4. Kesal (Season 2)

251 38 16
                                    


Minho menatap Sulli yang sudah turun dari pangkuannya, Wanita itu cuma nyengir-nyengir sambil memamerkan deretan giginya yang putih juga rapi. Minho tahu wanita itu menghindar, ia juga tahu kalau pastinya wanita itulah yang mengajak kedua anaknya itu kesini.

Desahan nafas panjangnya keluar, suaranya terdengar begitu merana. Susah sekali dapet waktu berduaan, apa dia harus memasukkan kembali anaknya kedalam rahim istrinya ini? Gangguan kedua setan kecilnya itu memang tak terduga, tapi mendengar permintaan anaknya yang meminta uang untuk membeli Bakso membuat Minho berdiri ditengah-tengah mereka sambil berkacak pinggang.

Bukankah dia sudah memperingati keduanya untuk tidak makan micin?


" Ayo ngaku siapa yang salah satu dari kalian yang ngajak makan bakso duluan? " Sulli tak mengatakan apapun, ia hanya duduk sambil melipat kedua tangannya dihadapan suaminya, tepatnya ia tengah duduk diantara kedua anaknya.

" Pasti Nicky kan? Micky engga bakalan kaya gitu kalo Kakaknya engga ngajak " Nicky membuang pandangannya, ia berdiri dengan kesal sambil ikut berkacak pinggang seperti Ayahnya.

" Kalo mau bikin Adik kita engga masalah ko, emangnya harus gitu nitipin kita dirumah Grandma? Kaya engga punya rumah aja " Sulli tersenyum kecil , bikin adik? Dari mana ia dapat kata-kata seperti itu? Ia melihat Micky ikut berdiri dan berkacak pinggang didepan Ayahnya, Minho hanya diam saja karena ucapan anak pertamanya benar-benar menohoknya. 

Minho merasa kedua setan kecilnya itu dendam padanya , dalam hatinya ia tersenyum. Mungkin memakan bakso adalah salah satu bentuk protes ketidak sukaannya karena harus menginap dirumah Ibunya lagi. 

" Terus kenapa beliin kita mainan kalo kita harus dititipin dirumah Grandma, sayang banget kan? " Keluhnya lagi, Sulli meraih kedua lengan anaknya untuk duduk. Sedangkan Minho duduk disebrang sambil memijat pelipisnya. Jangan sampai Sulli punya anak dulu, ucapan dewasa yang keluar dari mulut kedua anaknya ini membuat Minho harus memikirkan ulang kembali. Bagaimana bisa ia punya anak dengan mulut pintar seperti itu?

" Oke-oke, kamu beli Bakso dimana? " Tanya Minho pasrah, keduanya tersenyum dan menunjuk keluar pintu.

" Di Ibu Ratna, tadi dia mau kasih gratis karena kita anaknya Ayah. Tapi Kak Nicky bilang, tenang Bu, gerobaknya juga bisa kita beli " Sahut Micky, Minho menatap istrinya, anaknya itu... kapan tidak bikin pusing kepalanya sehari saja. Sulli mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan memberikannya pada Nicky, keduanya berdiri dengan sigap dan mengecup pipi milik Sulli.

" Kalo engga bawa uang tuh bilang, hati-hati naik lift nya "

" Tenang Bun, kita perginya sama Tante cantik yang ada didepan ruangan Ayah ko " Nicky berlari lebih dahulu lalu diikuti oleh Micky , anak bungsunya itu tidak akan seperti itu kalau bukan Kakaknya yang mengajarinya. Lalu sebutan Tante Cantik itu membuat Minho kembali menghela nafas, apa ia harus mengunci ruangan ini agar mereka tak menggangunya lagi? Hari ini ia ingin cepat-cepat pulang dan menghabiskan waktunya dirumah.


" Anak kamu siapa yang ajarin sih? Jangan kebanyakan gaul sama Chanyeol , anak kita jadi gede sebelum waktunya kan? " Ucap Minho pada istrinya, Sulli mencebik kesal, apa sih yang dipermasalahkan? Selama anak itu masih dalam batas wajar biarkan saja, lagipula keduanya tidak mungkin macam-macam dibelakang mereka.

" Seharusnya tuh kamu terima kasih sama Chanyeol, kalo engga ada dia kita engga bakalan bisa ketemu dan sampe punya anak kembar lucu kaya gitu " Pria itu mendecak sebal, dan menjatuhkan dirinya disofa tempat istrinya berada. 

" Kita itu emang udah ditakdirin ketemu, walaupun tanpa bantuan Chanyeol " Keluhnya, Sulli mengangguk saja, walau bagaimana pun mendebat Minho adalah hal terakhir yang diinginkan olehnya, Pria itu punya segudang cara untuk terus menyahuti ucapannya dan terlebih ia tak pernah mau kalah dengan lawannya.

Siang itu Minho benar-benar tak meneruskan pekerjaannya, pria itu lebih memilih memanjakan dirinya sembari tidur dipangkuan istrinya sembari memejamkan matanya. Sedangkan Sulli, wanita itu tengah mengecek ponsel suaminya yang berada ditangannya, apakah ia harus beli ponsel terbaru? Sudah hampir satu bulan lebih ia tak menggunakan benda pipih tersebut. Seperti orang jaman dahulu saja.

Diponsel suaminya tidak ada hal yang menarik sama sekali. Media sosial tidak punya, permainan pun tidak ada, hanya email dan beberapa pesan masuk yang masuk kedalam ponselnya. Begitu membosankan bukan?

Sulli menaruh ponsel milik suaminya di meja yang ada dihadapannya. Anaknya sedari tadi belum kembali, mungkin saja mereka tengah berkeliling seperti biasanya. Ia memainkan rambut tebal suaminya, Pria itu membuka matanya, tahu karena istrinya mungkin bosan dan menginginkan sesuatu. Ia bangkit dari posisinya dan menatapnya yang tengah diam. 


" Kenapa? " Tanyanya lembut, Sulli merebahkan kepalanya didada bidangnya yang tegap, dasinya sudah ia lepas dan berada diatas meja, kemejanya sudah ia gulung lengannya sampai siku juga kancing atasnya yang terbuka. Pria itu tampak sedikit santai tak sekaku saat dirinya datang tadi.

" Kamu engga mau beliin aku handphone? " Tanya Sulli, Minho menggeleng keras. Untuk apa? Bukankah wanita itu sudah tidak bekerja lagi, kenapa harus punya Handphone , atau ia punya niat lain?

" Engga , kerjaan kamu itu cuma mengurus segala keperluanku sama anak-anak. Kamu engga butuh benda itu, kita bisa pake berdua kalo kamu mau " Ia menunjuk ponsel miliknya dengan dagu, Sulli menggelengkan kepalanya, lebih baik ia tidak punya ketimbang harus memakai berdua milik suaminya.

Katanya orang kaya, beliin ponsel saja tidak bisa. Sulli mendecak sebal, apa ia harus bekerja agar bisa membeli ponsel? Disaat orang-orang punya yang bagus untuk Selfie , sedangkan dirinya tidak punya sama sekali.

" Aku kan mau Selfie kaya orang-orang, terus upload ke media sosial " Ia mengangkat kepalanya dan menatap suaminya yang tengah merengut padanya.

" Kita bisa beli kamera " Putusnya final , Sulli hendak bangkit dari posisinya tapi pria itu menahannya dan membuat tubuhnya jatuh kembali ke pelukannya.

" Aku engga bolehin kamu main Sosmed  karena aku engga mau kamu lupa sama tugas utama kamu " Sulli merengut, wanita itu melingkarkan tangannya ke pinggang suaminya dan meringsek ke pelukannya. Minho mengelus kepalanya dengan lembut, wanita itu tersenyum dengan perhatian kecil yang diberikan oleh suaminya. Lagipula, ia tak pernah lalai menjalankan tugasnya, sebagai seorang Ibu, juga sebagai seorang istri.

" Oke aku beliin kamu Handphone , tapi jangan ada media sosial " Sulli mengangkat kepalanya, wanita itu mengangguk antusias.

" Minggu depan aku ada tugas di Bandung, dijadwalkan lima hari sih. Tapi aku usahain pulang lebih cepat " Ucapnya, Sulli mengecup pipinya dan kembali memeluknya.

" Kita bisa Video Call , kalo kamu beliin aku handphone  sekarang "  Minho mengangguk, pria itu melepaskan pelukannya dan menahan tengkuk istrinya, baru saja hendak mendekatkan wajahnya ia menatap pintu yang terbuka, disana kedua tuyulnya itu tengah menatap mereka dengan raut wajah geli, kepalanya menyembul dari balik pintu. Saat Minho bangkit dari posisinya, keduanya langsung berlari dengan kencang, Sulli menggelengkan kepalanya menatap tingkah laku ketiganya.

 Saat Minho bangkit dari posisinya, keduanya langsung berlari dengan kencang, Sulli menggelengkan kepalanya menatap tingkah laku ketiganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..tbc..

Udah cukup belum manis-manisnya, habis ini baru ada konflik yawww :)

Terima kasih komentarnya^

The Cold Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang