" Grandma " Keduanya menghambur kepelukan neneknya karena tak ada satupun orang yang mengerti mereka berdua selain dirinya. Ayahnya sudah tak berada dipihaknya lagi, sejak kemarahannya tadi mereka berdua sudah berjanji didalam mobil untuk tak datang kecuali pria itu memintanya.
Neneknya menatap Nicky juga Micky dengan senyum lebar diwajahnya. Tumben sekali mereka kesini , lalu siapa yang mengantarkan mereka?
" Dimana Ayahmu? " Ia membalas pelukannya tak kalah erat sembari menatap kearah belakang tubuh cucunya. Tidak ada anaknya, lalu dengan siapa mereka kesini?
" Ayah dikantor, kami kesini dengan asisten Ayah " Sahut Nick, Neneknya menganggukkan kepalanya. Ia melepaskan pelukannya sembari menatap cucunya, baru tiga hari yang lalu mereka bertemu tapi ia sudah merindukannya lagi. Ia mengajaknya masuk kedalam, Kakeknya tengah duduk diruang menonton sembari menyesap kopinya.
Belum sempat mereka berdua mengagetkannya pria paruh baya itu sudah keburu menoleh dan menatapnya yang tengah melangkah pelan-pelan. Ia tidak mungkin mengabaikan lengkingan dari suara cucu-cucunya. Ia menatap istrinya yang berjalan dibelakang mereka, wanita itu sudah tahu pasti apa yang ada dikepala suaminya , maka dari itu ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Ia menerima pelukan cucunya dengan senang hati, namun yang jadi pertanyaannya sekarang adalah kenapa anaknya malah mengirim Nicky dan Micky kesini, bukahkah itu sudah menjadi tugasnya? Inilah yang ia takuti dari perpisahan antara anaknya juga menantunya, ia takut kedua anaknya menjadi korbannya, seperti sekarang ini, bukankah seharusnya salah satu dari mereka ada yang menemani cucu-cucunya tidur siang? Kenapa malah melemparnya kesini?
" Kalian terasa enteng sekali, apa ayahmu tidak memberimu makan? " Tanyanya dengan nada pelan namun penuh penekanan. Salah satu dari mereka sama sekali tak ada yang membuka mulut. Istrinya menatap suaminya dengan lembut, ia tak harus menanyakan ini kan? Anak-anak bisa saja salah paham , terlebih Nicky yang lebih tua itu sudah pandai membaca situasi, mereka pasti sedih dengan pertanyaan sederhana ini.
Dan dari kediaman kedua cucunya saja mereka sudah tahu situasi sulit apa yang tengah terjadi, ia menyayangkan Minho yang memutus hubungan kedua cucunya dengan menantunya. Namun pria itu tak bisa berbuat apa-apa, Minho dengan sifat keras kepalanya itu membuatnya menyerah. Ia tahu anaknya sudah dewasa. dan pastinya ia tahu resikonya.
" Ayo makan dulu, Grandma udah buatin puding untuk kalian " Nicky berdiri dengan antusias, berbeda dengan Micky, anak itu terus saja meringsek dipelukan Kakeknya karena hatinya bergetar tak karuan, ia masih meyakini bahwa Bundanya benar-benar ada diruangan Ayahnya namun Ayahnya malah mengusirnya dan menyembunyikan semuanya.
" Kamu engga mau puding kesukaanmu? " Tanya Sam, kakeknya. Anak itu menggelengkan kepalanya dan terus saja memeluk lehernya. Ia saling tatap dengan istrinya, berbeda dengan Nicky yang lebih memilih menyembunyikan semuanya dan berlari menuju meja makan untuk mengambil miliknya.
" Ada apa? Cerita sama Grandma, apa Ayahmu menyakitimu? " Tanyanya, namun Micky kembali menggelengkan kepalanya , ia takut .. ia sangat takut kalau dirinya benar-benar tak bisa bertemu lag idengan Ibunya.
" Aku mau ketemu Bunda, terus Ayah marah dan usir kita " Nicky menghentikan gerakannya, anak laki-laki menatap adiknya yang masih memeluk kakeknya, bukankah mereka berdua sudah berjanji untuk tidak cerita, kalau sampai cerita mungkin Ayahnya akan merah dan tak memperbolehkannya lagi bertemu Bundanya.
Kedua orang tua itu hanya diam, bukankah sikap anaknya begitu berlebihan? Pria itu yang mengusir istrinya lalu membuat anaknya meradang karena tak menemukan Ibunya. Bagaimana mereka tidak kalang kabut, Minho benar-benar menjauhi anaknya dari menantunya itu. Pria itu bahkan benar-benar menendang Sulli keluar dari hidupnya, padahal waktu itu keduanya kaget bukan main saat Minho bilang ia telah menghamili kekasihnya dan ingin segera menikahinya.
" Nicky, apa itu benar? " Tanya Kakeknya , anak laki-laki itu hanya menoleh dan tak mengatakan apapun. Ia sendiri takut , apalagi melihat nada bicara Ayahnya yang tinggi juga matanya yang berkobar penuh kemarahan. Mereka tak pernah melihat yang seperti itu sebelumnya.
Sam, pria itu menyerahkan Nicky pada istrinya dan berdiri menatap kedua cucunya. Ia sudah hilang kesabaran pada anaknya. Minho benar-benar harus diberi pelajaran agar pria itu jera, kenapa ia harus melakukan hal seperti ini pada anaknya? Kenapa Minho seakan menghukum anaknya , padahal mereka tak mengetahui apa-apa. Kedua cucunya itu masih terlalu kecil untuk situasi seperti ini, tapi Minho, apa ini yang disebut kasih sayang orang tua seperti yang selalu diucapkannya?
" Nicky, Grandpa bertanya padamu. Apa telingamu mulai rusak seperti Ayahmu? " Nicky menggeleng, tubuhnya bergetar, sedangkan Micky, anak itu mulai menangis dipelukan Neneknya.
" Kami denger suara Bunda dikantor Ayah, lalu Ayah marah dan bilang Bunda udah ninggalin kita. Dan Ayah menyuruh kami pulang kerumah kalian " Sahut Nicky dengan nada gemetar. Mereka berdua tahu Sulli tidak kemana-mana, dari pantauan yang ia dapat wanita itu mengundurkan dirinya demi Minho, ia mati-matian menutupi skandal dengan mengadakan konferensi pers , namun semuanya harus berakhir sia-sia karena Minho tak mau memberinya sebuah kesempatan.
" Kita udah engga nakal lagi, tapi kenapa Bunda pergi? " Micky sesegukan dipelukan Neneknya, mereka hanyalah anak kecil yang tidak tahu apapun. Mereka tidak tahu dimana Sulli berada dan bersyukur sekali kalau Neneknya juga Kakeknya mau membantu mereka untuk bertemu Bundanya. Mereka sungguh sangat merindukannya, mereka rindu masakannya, mereka rindu pelukan hangatnya, dan terlebih mereka lebih merindukan wajah cantiknya yang selalu tersenyum lebar padanya.
" Ayah jahat, padahal kita cuma bilang mau ketemu Bunda " Nicky membuang pandangannya, ia berusaha menutupi air matanya yang memang sudah jatuh dipipinya. Kakeknya mendekatinya lalu berjongkok sambil memeluknya, ia begitu menyayangkan nasib kedua cucunya yang terombang-ambing seperti ini. Kalau memang begini ia akan mengambil sebuah keputusan yang tak akan menguntungkan pihak manapun.
Ya, keputusan ini mungkin akan membuat anaknya murka. Namun itu semua tidak penting, yang terpenting sekarang adalah kebahagiaan kedua cucunya.
****
" Choi Minho! " Pekik Key lalu menutup rapat ruangan kerja Minho, pria itu menatap sahabatnya dengan pandangan penuh tanya , mereka benar-benar penasaran dengan cerita apa yang telah mereka lewatkan sekian lama. Setelah melihat kondisi Sulli, keduanya benar-benar ingin mengintrogasi dirinya, salahnya mereka hanya mendengarnya dari sebelah pihak saja, ia tak tahu bagaimana cerita perpisahan versi Sulli yang belum pernah mereka dengar.
" Tolong ketuk pintunya " Sahutnya dengan dingin, Key memutar matanya, biasanya ia tak pernah seperti itu , biasanya Minho akan menyambut kedatangannya apalagi mereka hanya mampir kesini kurang lebih tiga bulan sekali. Apa Minho mulai melupakan persahabatan mereka?
" Kami baru aja ketemu Sulli, kupikir.. "
" Kalian datang bukan untuk mengintrogasiku kan? Kalau iya, lebih baik kalian pergi karena ada urusan yang lebih penting ketimbang pertanyaan kalian " MInho meraih kunci mobil miliknya dan meninggalkan mereka yang menatapnya penuh tanda tanya. Mereka sendiri juga bingung dengan apa yang terjadi pada diri Minho. Lama tidak bertemu rupanya benar-benar membuatnya berubah.
Key terlebih juga Onew terdiam, mereka memilih keluar dari ruangan Minho yang tak berpenghuni. Mereka juga tahu kalau dalam kondisi marah mereka tak akan mendapatkan jawaban apapun dari Minho. Mereka akan menunggu sampai emosinya reda, namun dibalik itu semua mereka berdua yakin kalau Sulli lah penyebabnya.
Sedari awal mereka sudah tahu kalau Sulli adalah pusat dunianya.
..tbc..
Special thanks buat kalian yang udah nungguin cerita ini terbit, luv:)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Husband✔
ChickLit(REPOST DENGAN JALAN CERITA BERBEDA) Nicky dan Micky harus berjuang sendiri untuk bertemu dengan Ibunya, mereka tidak mengerti alasan perpisahan kedua orang tuanya yang begitu tiba-tiba. Dan juga Ayahnya, entah kenapa orang yang dicintainya itu tiba...