9. Perih

295 49 14
                                    


Sulli mengetuk pintu kamar Minho dengan cemas. Setelah menidurkan kedua anaknya, ia langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur miliknya. Ia sedikit ragu dengan tindakannya ini, apakah ia harus menuruti Minho? Tapi Minho adalah suaminya , pantang bagi dirinya untuk tak menuruti maunya.

Sahutan yang terdengar dari dalam mau tak mau membuat Sulli harus siap. Memang selama beberapa hari tinggal disini, ini adalah kali pertamanya ia masuk kekamar yang dulu ditempatinya. Wanita itu tinggal dikamar yang ada disebelah anaknya, selain memudahkan dirinya untuk membangunkannya, kamar tersebut juga memudahkan dirinya untuk memantau anak-anaknya. 

Sulli menatap Minho yang tengah duduk ditengah ranjang, pria itu sudah jauh lebih baik dibandingkan penampilannya tadi. Pria itu bahkan masih memakai piyama tidur yang pernah dibelikan olehnya dulu. Dalam hati Sulli tersenyum kecil, walaupun dari luar pria itu tampak bringas dan kasar padanya, tapi ia yakin jauh didalam lubuk hatinya Minho belum melupakannya.

Dengan takut wanita itu berdiri disamping kirinya , pria itu tampak sibuk dengan ponsel yang dipegangnya , apa tiba-tiba Minho berubah pikiran? Apa tiba-tiba Minho mengurungkan niatnya untuk memiliki dirinya seutuhnya lagi?

Wanita itu menatap sekeliling kamar yang dulu ditempatinya, semuanya masih tertata rapi, namun yang membuat wajahnya sedikit murung adalah tidak ada foto pernikahan mereka yang berada di atas ranjang. Disana hanya ada foto Minho juga Nicky dan Micky. Sulli membuang wajahnya, dadanya berdenyut linu memikirkan Minho yang pasti sudah membuang barang-barang yang berkaitan dengannya. 

Seberapa pun besarnya Sulli meyakinkan dirinya bahwa Minho masih mencintainya, tetap saja hal tersebut berbanding terbalik dengan kenyataannya. Minho sudah membuangnya, bahkan dengan tega mengusirnya tanpa mau mendengar penjelasannya. 

" Aku suruh kamu kesini bukan buat meneliti kamarku, dimana ucapan berani yang keluar dari mulutmu itu? " Sulli tak mempedulikan pertanyaan dari Minho, namun matanya tetap fokus pada sudut ruangan yang penuh kenangan tersebut, Sulli mencari-cari benda apa yang hilang disana. Dan ternyata Sulli menemukannya, foto saat dirinya tengah hamil kedua anak kembarnya, serangkaian foto USG juga beberapa foto yang memperlihatkan perut buncitnya, tidak ada pada tempatnya juga. Sulli menatap Minho dengan penuh tanya.

" Kamu nurunin foto pernikahan kita? " Tanyanya dengan nada tidak senang. Minho merentangkan lengannya dan melipatnya dibelakang kepalanya. Wanita itu terlalu banyak basa-basi dan Minho sangat membencinya.

" Ini kamarku dan aku berhak ngelakuin apapun yang aku mau " Sanggahnya dengan cepat, Sulli menatapnya dengan pandangan tak terbaca, tidak mungkin Minho membakarnya bukan? Minho pasti menyimpannya disuatu tempat.

" Kita masih suami istri Minho, kamu engga nyangkal kenyataan itu " Minho bangkit dari posisinya, Sulli refleks menjauhi tubuhnya namun gerakannya kalah dengan gerakan Minho yang lebih cepat darinya. Tubuhnya tak bisa bergerak , posisinya sangat tak menguntungkan karena Minho menahan lengannya dengan keras, juga pria itu duduk diatas tubuhnya membuat wanita itu mengerang sakit.


" Kamu engga bisa benci sama Micky gitu aja Minho, dia anak kamu juga , dia darah daging kamu, dia masih kecil, dia sama sekali engga tahu masalah kita. Kalo kamu mau menghukumku silahkan, tapi jangan sentuh anak-anak " Sulli memohon dengan air mata yang mulai berlinang, namun mata Minho semakin menggelap kala dirinya menatap tubuh istrinya yang hanya berbalut pakaian tidur tipis dan memperlihatkan pakaian dalamnya.

Pria itu hilang kewarasan, Sulli merasakan aura gelap mengelilingi Minho. Pria itu tampak berbeda, Sulli bisa melihat matanya menggelap penuh amarah juga nafsu terpendam.

" Kamu bakalan nyesel karena udah ngekhianatin aku " Sulli hanya diam, pria itulah yang akan menyesal karena sudah memperlakukan dirinya sedemikian rupa.

The Cold Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang