12

181 24 3
                                    


"Yuki – kun"

"Hmm?"

"Kau kenapa menyelamatkan aku?" tanya Miki.

Mereka sedang duduk berdua disebuah kursi taman, taman hari ini benar – benar sepi hanya sedikit orang yang sedang berjalan kaki menikmati langit sore maklum sekarang sudah masuk musim gugur jadi tidak banyak yang menghabiskan waktu di taman.

Yuki tersenyum sekilas, kemudian melempar kaleng kopi kosong ditangannya.

"Aku hanya ingin menyelamatkanmu, saat itu dipikiranku entah kenapa hanya kamu yang terlintas" ujarnya.

Seketika semburat merah menghiasi wajah Miki, berarti selama ini pria itu memikirkannya.

"Aku tidak tahu kalau kau memikirkanku, aku pikir yang ada dipikiranmu hanya gadis 'itu'" ujar Miki seketika jadi teringat gadis yang bersama Yuki tadi.

Yuki terkekeh.

"Gadis itu? Nana maksudmu? Kenapa? Kau cemburu?" tebak Yuki.

Miki terdiam, Yuki mengacak rambut Miki pelan.

"Dia sahabatku di SMA, tidak lebih" ujar Yuki.

Miki mendengus kesal.

"Sahabat bisa jadi cinta" ujarnya.

Yuki mengacak rambut Miki kembali.

"Sebegitu sukanya kau padaku Miki – chan?" tanya Yuki sambil tersenyum.

Miki agak kaget mendengar Yuki memanggilnya dengan sebutan 'chan' seakan mereka sangat dekat, biasanya dia hanya memanggilnya 'miki' atau 'honoka' satu panggilan yang entah mengapa membuat jantungnya berdebar keras. Semoga Yuki tidak mendengarnya.

"Kalau aku bilang aku menyukaimu bagaimana?" tanya Yuki.

Miki menelan ludahnya.

Ia tidak salah dengarkan?.

"Apa- kau menyukai-" ujarnya terbata berusaha mencerna kata – kata Yuki.

Yuki menatap Miki lekat, kemudian pria itu tersenyum padanya. Senyum yang tidak bisa Miki artikan.

"Nanti"

"Apanya?"

"Nanti aku bilang kalau kau sudah berhasil membuatku menyukaimu" ujar Yuki asal.

Miki mempoutkan mulutnya, baru saja ia akan berteriak senang karena Yuki akhirnya membalas perasaannya tapi ternyata ini hanya percobaan rupanya.

"Susah ya"

"Apanya?"

"Membuatmu suka padaku" ujar Miki sedih.

"Katanya kau tidak akan menyerah, kenapa jadi seperti ini?" tanya Yuki.

Miki menatap Yuki.

"Dengan gadis itu disebelahmu? Tentu itu akan sulit bagiku, dia sangat cantik dan sepertinya pintar. Makanya bisa bersahabat denganmu, sedangkan aku? Aku hanya orang yang baru kau kenal" ujar Miki.

'kau bukan orang yang baru aku kenal, kau sudah ada di dalam hatiku sejak lama' ujar Yuki dalam hati.

"Belum tentu juga aku suka padanya, aku dan Nana sudah bersahabat sejak lama dan aku biasa saja padanya. Hanya menganggapnya sahabat berhubung aku tidak punya teman selain dia dulu di SMA, kau tahu sendiri sifatku seperti apa" ujar Yuki sambil menerawang langit sore.

Miki kemudian melirik Yuki dan tersenyum.

"Apa ini artinya aku masih punya kesempatan?" tanya Miki.

Yuki kemudian menatap Miki.

"Kau selalu punya kesempatan" ujar Yuki. "Tapi ingat janjimu"

Miki mengerjapkan matanya mencoba mencerna apa yang dikatakan Yuki.

Yuki sudah bisa menebak Miki melupakannya, seperti kebiasaan Miki. Namun ia ragu apakah Miki masih bisa menyukainya, jika ia bisa mengingat kejadian itu. Walau begitu ia ingin Miki ingat, setidaknya ia tahu dirinya bukanlah orang baru seperti yang dikatakan Miki barusan.

"Kau tahu? pernyataanmu barusan seperti menyatakan bahwa aku bukanlah guru yang baik" ujar Yuki.

"Apa?" tanya Miki berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh Yuki.

"Yang kau katakana barusan, jika orang lain tahu. Mungkin aku sudah kehilangan pekerjaanku" ujar Yuki mencibir.

Miki terkekeh.

"Aku bahkan baru ingat kau adalah guruku, selama ini kau bersikap padaku selayaknya teman kecil yang kau sebutkan itu. Maaf, ini terakhir kali aku membicarakan ini" ujar Miki menyesal.

Yuki pun kembali mengacak pelan rambut Miki.

"Aku bercanda. Kalau untukmu tidak masalah, toh memang aku hanya guru pengganti. Pekerjaanku yang sebenarnya bukan ini, tapi ingat janganlah mengatakan hal ini di sekolah. Itu akan buruk bagi dirimu" ujar Yuki.

"Dirimu juga Yuki" ujar Miki.

Yuki tersenyum kemudian bangkit dari kursi dan mengulurkan tangannya pada Miki.

"Ayo pulang, hari sudah semakin sore" ujar Yuki.

Miki tersenyum sumringah lalu menyambut uluran tangan Yuki.

"Yuki – kun"

"Hmm"

"Kalau kau sudah menyukaiku, pastikan kau bilang padaku ya. Karena aku bukan gadis yang pandai menebak" ujar Miki sambil mempererat genggaman tangannya.

Yuki hanya terdiam diam – diam tersenyumtipis tanpa Miki sadari.

 

Candy KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang