Miki tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini...
Sebuah pantai sejauh mata memandang hanya laut yang ia lihat.. dan hembusan angin yang menampar pipinya dengan lembut membuatnya merasa geli
Pantas malam itu Yuki menyuruhnya segera membereskan barang, dan jangan lupa membawa baju renang. Juga insiden ia yang entah mengapa, saat terbangun sudah ada di pesawat. Karena seingatnya dia tertidur di mobil lelaki itu.
Jadi ini yang ia rencanakan.
"Kau tidak bilang kita ke Okinawa! Kalautahu begitu aku akan bawa baju yang lebih bagus! Dan mungkin aku akan bawa baju renangku!" ujar Miki merajuk.
Yuki hanya terkekeh menanggapi sikap Miki yang terlihat menggemaskan, persis seperti dulu...
Yukin pun kemudian merangkul Miki, meski awalnya sempat terkejut dengan sebuah tangan yang yang tiba – tiba saja memeluk lehernya itu. Namun pada akhirnya ia hanya tertawa kecil dengan apa yang Yuki lakukan dan ia rasa ini benar – benar manis.
"Jangan banyak protes, lihat saja pemandangannya. Indah kan?" tanya Yuki.
Miki melirik Yuki sekilas, sebelum akhirnya mengikuti arah pandang lelaki itu menuju gulungan ombak yang berada di hadapannya.
"Ya. Ini menakjubkan" ujar Miki sambil menarik nafas panjang dan menghembuskannya, merasakan suara deburan ombak dan bebasnya suasana pantai.
Yuki menatap Miki, ada tatapan sedih merayap di hatinya. Ini adalah terakhir kalinya ia bisa dekat dengan gadis itu, namun dibalik itu ada secerca perasaan bahagia karena ini pertama kalinya ia sadar bahwa gadis kecilnya itu sudah tumbuh menjadi perempuan dewasa yang cantik. Sungguh ini pasti akan menjadi penyesalan teramat dalam karena ia akan meninggalkan gadis yang ia cintai sejak lama, terlepas dari masa lalu yang menghalanginya untuk masuk terlalu dalam pada kehidupan gadis itu.
Kali ini tembok penghalang itu semakin bertambah dengan ia yang harus melakukan pernikahan demi menyelamatkan keluarganya...
Meski begitu ia tetap merasa beruntung mengajaknya pergi, setidaknya ini merupakan salah satu hal terindah baginya bersama gadis yang ia cintai, dan ia tahu hal yang ia lakukan saat ini tidak pernah membuatnya menyesal dan akan ia ingat seumur hidupnya.
"Yuki?"
Suara Miki menyadarkan lamunannya, ia kemudian menatap Miki yang menatapnya kebingungan.
"Kau sedang ada masalah? Apa yang sedang kau pikirkan?" ujar Miki memperhatikkannya dengan ekspresi bingung.
Yuki kemudian menarik Miki kedalam pelukannya memeluk gadis itu erat, seolah tidak ingin gadis itu pergi.
"Kau bisa ceritakan padaku" ujar Miki sambil membalas erat pelukannya.
Yuki tersenyum sedih sambil memejamkan matanya merasakan aroma tubuh gadis itu dan merasakan hangatnya dekapannya.
"Aku hanya butuh ini, aku...berjanjilah padaku Miki" ujar Yuki kemudian melepas pelukannya lalu memegang pundak gadis itu erat dan menatap gadis itu.
Miki hanya terdiam. Ia hanya menatap lurus tatapan Yuki.
Yuki tersenyum.
"Berjanjilah padaku kau akan tetap bahagia, sekalipun ada suatu hal yang tidak sesuai ekspetasimu"
Yuki menghela nafas.
"Dan berjanjilah padaku kau akan tetap memaafkan aku atas setiap keputusan yang aku ambil" ujar Yuki lagi.
Miki mengerutkan keningnya, dan merasa tenggorokannya kering ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Yuki, namun yang pasti ia merasa ini seperti seolah – olah Yuki akan meninggalkannya.
"Kau mau pergi? Kemana? Bisakah aku ikut?" tanya Miki.
Yuki menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak pergi. Tapi mungkin kaulah yang akan melakukannya" ujar Yuki.
"Apa maksudmu? Aku tidak akan pergi, aku tetap di jepang dan aku juga tetap mencintaimu!" ujar Miki sedikit berteriak.
Yuki kemudian memeluk gadis itu lagi.
"Aku tahu. Karena itu berjanjilah padaku seperti apa yang aku katakan, aku tidak tahu kedepannya seperti apa tapi bisakah kau berjanji padaku? kalau kau mencintaiku bisakah kau lakukan itu?" ujar Yuki.
Miki menangis, ia tidak tahu yang ia inginkan saat ini hanya menangis hingga tangisannya benar – benar membuat dadanya terbakar, ia tahu bahwa ini adalah perpisahannya dengan Yuki namun apa alasannya melakukan ini? Meski lelaki itu bilang ia tidak pergi tapi ia tahu ia merasa Yuki akan meninggalkannya.
"Apa kau punya alasan kenapa aku harus melakukan itu?" tanya Miki.
"Ya. Alasannya karena kau mencintaku" ujar Yuki kemudian melepas pelukkannya dari gadis itu.
Miki menyeka air matanya. Meski suaranya masih serak dan dadanya masih terasa panas, ia memberanikan menatap wajah Yuki.
Eskpresinya Yuki yang tidak terbaca, tatapannya yang seolah tak tergambarkan. Wajah itu dingin tidak dan tenang Miki tidak tahu apa lelaki itu merasakan perasaan sedih seperti dirinya atau tidak tapi Miki tahu.
"Apa kau tidak memiliki perasaan yang sama denganku? Apa kau tidak mencintaiku?" tanya Miki.
Miki menghela nafas.
Kemudian melanjutkan perkataannya.
"Sehingga aku harus melakukan hal ini?" tanya Miki.
Yuki mengangkat ujung bibirnya sedikit, sebelum akhirnya menatap Miki.
"Aku sudah memikirkan banyak hal dan ya"
Yuki menghela nafas kemudian melanjutkan ucapannya.
"Aku tidak mencintaimu, sekarang bisakah kau berjanji padaku?" ujar Yuki.
Miki terhenyak dengan apa yang dikatakan Yuki, setelah beberapa moment yang mereka habiskan bersama dan perilaku padanya inilah yang sebenarnya.
"Lalu perlakuan yang kau berikan padaku? apa itu artinya? Dan...dan bagaimana dengan perkataanmu bahwa aku masih punya kesempatan?" tanya Miki.
Yuki menggelengkan kepalanya.
"Aku pun tidak tahu, mungkin hanya perasaan penasaran semata. Kau tahu setiap pria selalu punya rasa penasaran, dan aku pikir itulah yang terjadi padaku untukmu"
Miki benar – benar merasa hatinya tercabik – cabik atas perkataan Yuki, dan dengan ekspresi dingin yang ia tunjukkan padanya saat ini sudah cukup menjelaskan bahwa lelaki itu memang tidak punya perasaan apapun padanya.
Pada akhirnya memang Miki harus menyerah, dan selama ini perasaan itu hanya terpusat padanya bukan pada mereka berdua.
"Begitu rupanya...tapi maukah kau berjanji juga padaku" ujar Miki.
Yuki mengerutkan keningnya, terdiam seolah menunggu perkataan selanjutnya yang akan keluar dari mulut gadis itu.
Miki tersenyum lalu menjinjitkan kakinya dan melabuhkan bibirnya pada pada Yuki. Ia mencium pria itu. Yuki membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang terjadi, bahwa Miki meciumnya.
Miki menutup matanya merasakan bahwa bibir mereka bertemu, dan ia merasakan bahwa tidak ada penolakan dari lelaki itu meski Yuki tidak membalas ciumannya. Namun ia senang setidaknya ia tidak menolak. Setelah hampir 5 menit ia pun menyudahinya. Lantas menatap Yuki dengan tatapan yang tidak bisa terartikan.
"Berjanjilah padaku bahwa kau akan bahagia jika aku melakukan apa yang kau inginkan, aku melakukan ini karena aku mencintaimu dan jika aku melakukannya kau harus bahagia"
****
Holaaa ketemu lagi dengan author! gimana nih kabarnya kalian? semoga selalu sehat dan bahagia ya aaaminn. Disini udah mulai masuk konflik nih, gimana ya kelanjutan cerita mereka? gimana nih reaksi Miki kalau tahu alasan Yuki meminta dia berjanji? Yang penasaran tunggu chapter selanjutnya yaa! See You readerss :). Jangan lupa vote dan comment yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Candy Kiss
FanfictionApa jadinya bila Miki Honoka, seorang gadis berusia 17 tahun jatuh cinta pandangan pertama dengan seorang pria yang tak sengaja bertubrukan dengannya di Bus? dan telebih pria itu adalah seorang guru di Sekolahnya!. "Aku menyukaimu Furukawa sensei!"...