*Pict Furukawa Yuki
Setelah pertemuan beberapa minggu kemarin, hubungan Miki dan Yuki semakin dekat. Meski mereka sepakat merahasiakan hubungan tersebut, khususnya di sekolah. Namun tetap saja mereka masih menunjukkan kedekatannya di sekolah, Yuki masih memberikkan perhatian – perhatian kecil layaknya guru dan murid untuk Miki dan meski begitu perhatian tersebut tidak sembarangan didapatkan oleh para murid disana melainkan hanya untuk Miki. Tidak jarang ada beberapa siswa yang bertanya tentang Yuki pada Miki, bahkan hal tersebut menimbulkan gossip yang tentu saja membuat Miki mendapatkan perilaku tidak menyenangkan khususnya dari kalangan murid perempuan yang memang mayoritas mengagumi Yuki.
"Apa hubunganmu dengan Yuki sensei?" tanya Jinko.
Miki menoleh sesaat.
"Maksudmu?" ujar Miki yang kemudian memfouskan kembali matanya membaca komik yang ia pegang dengan sebelah tangannya.
"Hubungan kalian, dia perhatian sekali padamu. Seperti terkadang meminjamkan buku dan memberikan latihan – latihan soal Bahasa inggris, lalu terkadang menawarkan tumpangan. Sebenarnya kalian ada hubungan apa?" tanya Jinko selidik.
Satomi yang tidak tahan mendengar pertanyaan – pertanyaan tersebut mencubit lengan Jinko sehingga gadis itu mengaduh kesakitan.
"Apa maksudmu? Bukankah itu wajar? Kau lupa bahwa Miki punya nilai Bahasa inggris yang buruk sehingga kepala sekolah meminta Yuki sensei memberikan perhatian lebih padanya? Ya tentu saja hubungan apa lagi selain guru dan murid? Memang ada hubungan lain?" ujar Satomi.
Jinko menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Lalu bagaimana dengan Miki yang setiap kali ditawari tumpangan oleh Yuki sensei? Jangan salah paham Miki, pertanyaanku ini sebenarnya bukan aku saja yang penasaran tapi hampir setiap anak disini penasaran" ujar Jinko.
Miki menghela nafas sambil menutup buku komiknya ia menatap Jinko.
"Itu kebetulan saja arah rumah kami searah, yah karena aku sering menghabiskan waktu belajar bersamanya bukankah wajar jika ia memberikan perhatiannya padaku? hubungan kami hanya sebatas aku muridnya yang butuh bantuan dirinya untuk nilaiku dan dia guruku harus memberikan kewajiban mengajari muridnya yang punya nilai rendah ini" ujar Miki. Entah mengapa kekesalan memenuhi hatinya saat ini, meski kata – kata ini keluar dari mulut sahabatnya namun karena sering sekali murid – murid disini yang menggosipkan dirinya aneh – aneh membuatnya benar – benar jengah.
Miki pun kemudian bangkit dari kursi dan menuju keluar, entah mengapa ruang kelas benar – benar terasa pengap untuknya.
"Miki!" teriak Satomi,berusaha menghentikkan gadis itu namun terlambat Miki sudah berjalan menjauh dari kelas.
Miki tidak mempedulikan Satomi yang berteriak padanya berusaha menghentikkan dirinya, saat ini ia hanya ingin menyendiri. Sampai tak terasa ia sudah ada di atas atap sekolahnya, angin musim gugur seolah menyapu lembut wajahnya hingga tak terasa beberapa lembar rambutnya menutupi pandangannya. Pandangan matanya ia buat kosong, ia sengaja karena dengan begini ia bisa merasakan ketenangan.
"Apa yang kau lakukan?"
Sebuah suara seakan menyadarkannya, namun tetap saja Miki engga menoleh dan tetap memfokuskan padangannya kedepan.
"Tidak melakukan apapun" ujarnya.
Seseorang itu mendekatkan kaleng minuman kearah wajah Miki, sehingga Miki mau tidak mau harus mengalihkan pandangannya.
"Kinnosuke?" ujarnya.
Kinnosuke tertawa dan memberikan kaleng minuman itu pada Miki.
"Kau jangan banyak pikiran, sebentar lagi kita harus melewati banyak ujian. Lebih baik kau gunakan otakmu untuk mempersiapkan ujian, terlebih ujian kelulusan dan ujian masuk universitas" ujar Kinnosuke.

KAMU SEDANG MEMBACA
Candy Kiss
FanfictionApa jadinya bila Miki Honoka, seorang gadis berusia 17 tahun jatuh cinta pandangan pertama dengan seorang pria yang tak sengaja bertubrukan dengannya di Bus? dan telebih pria itu adalah seorang guru di Sekolahnya!. "Aku menyukaimu Furukawa sensei!"...