• Kita dan Awal

12.9K 1K 83
                                    

Pria itu melempar map yang dipegangnya ke lantai dengan keras.

"Apa kau benar adalah lulusan terbaik Oxford? Karena apapun yang kau tulis di dalam laporan itu, terlihat seperti tumpukkan sampah bagiku!" Pria itu berteriak marah. Total kesal sekali dengan hasil kerja sang sekretaris.

Wanita bermata biru yang tengah berdiri di depan meja bosnya itu terlihat bergetar ketakutan. "M-maafkan saya, Tuan Jean. S-saya--"

"Kau dipecat."

Wanita itu sontak membulatkan matanya. "A-apa?"

"Apakah perkataanku kurang jelas? Kau. Di. pe. cat! Enyah dari hadapanku!"

Wanita itu pun pergi dari ruangan bosnya dengan wajah yang banjir air mata. Tepat saat perempuan itu keluar, seorang pria masuk ke dalam ruangan itu.

"Dipecat lagi?" tanya si pria itu pada bosnya.

"Pekerjaannya seperti sampah." Si Bos menjawab ketus.

Pria itu terkekeh. "Ya Tuhan, Tuan Jean, kapan kau akan dapat sekretaris kalau begini caranya?"

Jean menatap bawahannya itu dengan pandangan tajam. "Tutup mulutmu, Kang Jungwon."

Jungwon mengangkat tangannya, gestur menyerah. "Oke, oke. By the way, Bos. Kau harus pergi ke Korea secepatnya."

"Korea? Kenapa?"

"Ibumu sakit. Dia ingin agar anak lelaki kesayangannya cepat pulang dan menemuinya," kata Jungwon. "Dan yang hebat lagi, Bos. Ternyata kau memang punya proyek yang harus di kerjaan di Korea. Wah, sepertinya Tuhan memang menakdirkanmu untuk segera pulang."

"Cih, takdir macam apa itu. Dan sumpah, kenapa harus ke Korea? Sebal sekali, demi apapun!"

"Kau sudah lima tahun tidak pulang, Bos. Kau tidak rindu teman-temanmu?" tanya Jungwon.

"Aku masih bisa berkomunikasi dengan mereka lewat ponsel."

"Tapi bertemu langsung pasti akan lebih menyenangkan. Bukankah begitu?"

Jean tidak menjawab. Pria itu hanya diam sambil mengetuk-ngetukan ujung pena miliknya di atas meja.

***

"Wah, Hyung! Akhirnya kau pulang juga!" pekikkan nyaring itu berasal dari Jeon Jungkook yang baru saja pulang kuliah.

Jimin tersenyum lembut. Ia menyambut pelukan sang adik. "Aigoo, Jungkookie, aku sangat merindukanmu."

"Aku juga merindukanmu. Jahat sekali selama ini tidak mau pulang!" Jungkook merengut sebal.

"Eyy, jangan marah begitu, Bayi."

"Hyung, aku bukan bayi!"

"Iya, oke. Dimana yang lain?"

"Semuanya sedang bekerja. Seokjin Hyung dan Namjoon Hyung sedang di kantor. Yoongi Hyung di studionya, Hoseok Hyung di kantornya juga, kalau Taehyung Hyung jelas tengah berada dalam kencan buta."

"Kencan buta? Woah, hebat sekali Kim Taehyung itu," ujar Jimin. "Kau tidak kencan buta juga, Kook?"

"Tidak, malas. Lagipula Hyung tahu, aku sudah dijodohkan! Dengan bocah SMA kelas satu, pula!" kata Jungkook mencoba mengadu.

Jimin terkekeh. "Wah, ternyata Jungkookie kecil ini sudah akan menikah, ya," ujar pria itu sedikit meledek.

"Hyung~~ aku masih ingin tinggal bersama kalian. Apalagi kau akhirnya pulang setelah lima tahun. Aku benar-benar ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamamu." Jungkook merengut.

Dear, Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang