Pisau Saudara Tiri

643 31 0
                                    

Malam sudah semakin larut,meski begitu mata ku sama sekali tak mau terpejam.bayang-bayang kejadian waktu itu selalu berputar di kepalaku,seperti meminta agar aku segera menyelesaikannya.aku matikan lampu kamar dan ku pejamkan mataku kembali dan tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang bernafas tepat di depan wajahku.

Aku mulai merinding,tanganku merambat untuk menghidupkan lampu tidur di sebelah ku.aku tersentak kaget,ketika melihat sesosok wanita berambut panjang berbaju putih yang berada tepat di depanku.
“Dia ada di dekatmu Yen"Ucap wanita itu dengan suaranya yang cukup membuat bulu kuduk berdiri lalu segera menghilang.
  
                       💀💀💀
“Masih pagi bukannya sarapan malah bengong”Ucap Fia sambil menuruni tangga,aku memandang Fia yang berjalan menuju meja makan dengan gusar.
“Fi,aku mau cerita sesuatu sama kamu”.
“Cerita apa?” Tanya Fia duduk di sebelahku lalu mengambil roti dan mengoleskan selai coklat di atasnya. Aku terdiam sejenak,terlihat Fia menungguku membuka suara.
“Semalam ibu mendatangiku”.
“Ah kamu ini, itu pasti cuma mimpi”
“Ini nyata Fi,semalam ibu datang ke kamarku.Ibu seperti menyampaikan sesuatu tapi aku nggak ngerti apa maksudnya”.
“Aku tahu kamu belum bisa sepenuhnya merelakan kematian ibu” Fia menatapku iba.
Fia adalah saudari tiri ku,Ibunnya meninggal karena bunuh diri dua tahun lalu sampai akhirnya ibu ku menikah dengan ayahnya.meski begitu Sofia sangat baik padaku,ia menganggapku seperti saudari kandungnya sendiri dan Fia juga sayang dengan ibuku.namun beberapa bulan setelah pernikahan ibuku dan ayahnya Fia.ibuku meninggal,ia di temukan di gudang yang terletak di belakang rumah dalam keadaan sebuah pisau dapur yang menancap di perutnya.sampai saat ini siapa yang membunuh ibu belum terungkap,mungkin itu yang ingin di sampaikan ibu semalam.

Sore ini aku duduk di belakang rumah sambil memandangi ilalang dan beberapa tanaman bunga yang bergoyang mengikuti irama angin. Ayah belum pulang bekerja sedangkan Fia pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas kuliah.sesekali aku tersenyum mengingat saat aku,ibu,Fia dan ayah berkebun.kadang ibu dan ayah duduk di bangku yang sedang aku tempati sekarang sambil melihat aku dan Fia bernyanyi bak penyanyi profesional. Ibu dan ayah hanya tertawa dan terkadang bertepuk tangan melihat kekonyolan kami berdua.tapi itu semua hanyalah menjadi sebuah kenangan yang manis.

Di tengah kesunyian aku mendengar suara dua orang yang sedang berdebat dari dapur.aku segera menuju kesana untuk melihat,aku mengintip dari belakang jendela. Ternyata itu pak Wahyu penjaga kebun dan istrinya yang juga pembantu di rumah ini sedang berbicara sesuatu.
“ssst...bu, jangan keras keras ngomongnya nanti ada yang mendengar kita”.
“Pak, bapak harus secepatnya mengaku pada tuan Redy”desak bi Lita.
“Tapi bu, bapak takut”
Tiinn...tiinnn...
suara mobil ayah menghentikan percakapan mereka,aku pun segera beranjak dari belakang jendela untuk menemui ayah.

Aku masih memikirkan percakapan antara pak Redy dan bi Lita tadi.apa maksud mereka dengan harus secepatnya mengaku,memang akhir akhir ini tepatnya setelah ibu meninggal tingkah pak Redy dan bi Lita agak aneh.terutama pak Redt yang setiap bertemu denganku,ayah ataupun Fia,pak Redy mendadak gugup seperti orang ketakutan.hal ini pun aku bicarakan dengan Sofia di kamarnya.
“Iya juga ya Yen,waktu itu juga aku pernah lihat sehari sebelum ibu meninggal. Ibu marah besar sama pak Redy karena ibu mengira pak Redy mengambil uang yang ada di laci kamar ibu”
“Apa jangan jangan Pak Redy dendam sama ibu dan terus membunuh ibu? gitu maksud kamu?”
“Mungkin”Fia keluar kamar menuju kamar mandi untuk membersihkan maskernya,sedangkan aku masih diam sambil berfikir.tiba tiba aku merasakan ada seseorang yang bernafas di belakangku,hembusan nafasnya begitu terasa di leherku. Perlahan aku menoleh kebelakang berharap supaya itu cuma halusinasiku atau itu Fia.
“Dia ada di dekatmu Yen”aku terkejut bukan main dan hampir berteriak. Meski aku tau itu ibu tepatnya arwah ibu atau yang lainnya tetap saja aku takut dengan perwujudannya yang seperti itu.
“Kamu kenapa Yen?” tanya Fia yang masuk ke kamar dan melihatku ketakutan.
“Ibu….tadi ada ibu.Ia menyampaikan pesan yang sama seperti malam itu Fi”Fia memelukku.
“Kamu pasti begitu kehilangan ibu Yen.aku juga sama,aku sudah menganggap ibu sebagai ibu kandungku sendiri”aku segera melepaskan pelukan Sofia.
“Aku nggak gila Fi,itu nyata” ucapku setengah berteriak lalu keluar kamar meninggalkan Fia dan ia pun menyusul ke kamarku.
“Maksud aku bukan seperti itu Yen, Aku juga pernah merasakan kehilangan ibu secara tragis.aku malah mengalami hal itu dua kali, saat itu aku juga mengalami hal yang sama yaitu halusinasi”aku hanya diam karena bagaimanapun aku menjelaskan kepada Fia pasti ia tak akan percaya.
“Yen,besok kamu harus ikut aku” ucap Fia sesaat sebelum ia keluar dari kamarku.

                             💀💀💀

“Memang kita mau kemana sih Fi?”
“Kita mau jalan jalan sekalian shoping” jawabnya sambil terus menata rambutnya di depan cermin
“Aku nggak ikut ya Fi”
“Kamu harus ikut Yen,kamu butuh hiburan.kalau di rumah kamu akan sedih terus”n
Mataku tertuju pada sebuah anting di meja rias Fia.aku segera beranjak untuk melihatnya,sepertinya anting pernah aku lihat sebelumnya.
“Fia,apa ini punyamu?”Fia mengangguk lalu ia kembali sibuk berdandan di depan cermin.
“Kenapa cuma sebelah?sebelahnya lagi mana?”
“Nggak tahu,mungkin jatuh.kamu bener nggak mau ikut aku?”.
“Lain kali aja ya Fi” .

Setelah Fia pergi,aku kembali ke kamarnya.untung kamarnya tidak terkunci,aku segera mengambil anting itu dan kembali ke kamarku. Ternyata benar,anting itu adalah pasangan anting yang kutemukan di genggaman tangan ibu sewaktu aku pertama kali menemukan mayat ibu.

Tiba-tiba aku teringat kata-kata itu “Dia ada di dekatmu”.
apa maksud dari kata “dia"?jangan-jangan yang dimaksud ibu adalah Fia?akkhhh kayaknya tidak mungkin,sepertinya aku harus bertanya kepada pak Redy.
Ku lihat ia sedang membersihkan gudang.
“A...ada apa neng kesini?” tanya pak Redy yang melihat aku berjalan menuju ke arahnya
“Ini pak,saya mau bertanya sesuatu sama bapak”.
“Mau nanya apa memangnya neng?” Tanya pak Redy dan terlihat sekali kalau ia begitu gugup saat ini.
“Apa bapak tahu sesuatu tentang pembunuhan ibu seminggu lalu?”.
“Ke.. kenapa neng Yeni menanyakan itu sama saya?saya tidak tahu apa- apa.maaf neng saya lagi banyak kerjaan”Pak Redy segera berjalan keluar gudang,Namun aku segera menarik lengannya.
“Pak,saya yakin bapak tahu sesuatu tentang pembunuhan itu.saya mohon pak kasih tahu saya”
“Se...sebenernya malam itu bapak melihat siapa yang membunuh ibu neng Yeni”
“Siapa pak?” tanyaku semakin penasaran.
“Di.. dia itu… dia itu… neng Fia”
“Fia…?!” Aku tak percaya kalau Fia yang membunuh ibu,bagaimana bisa?Di tengah keterkejutanku,tiba-tiba Fia masuk sambil bertepuk tangan dan tertawa.
“Bagus,akhirnya kau tahu juga Yeni.
"Fia,apa yang di bilang pak Redy itu nggak benar kan?”.
“Sayangnya semua itu benar Yeniku sayang”.
“Ta...tapi kenapa kamu bisa melakukan itu semua?”
“Kau mau tahu kenapa Yeni? Karena aku amat sangat membenci ibumu dan tentunya kamu”Fia berjalan mendekatiku.
“Kamu pasti bingung kan Yeniku sayang.oke akan aku ceritakan,ibu mu yang murahan itu telah merebut ayahku…”.
“Ibuku tidak merebut ayahmu,Fia.ibu menikah dengan ayahmu setelah ibumu meninggal dunia”potong ku.
“Diam!!!Apa kamu nggak tahu apa penyebab ibuku bunuh diri?Itu semua karena ibuku tahu kalau ayah berniat menikahi ibumu,sedangkan ibuku tak mau di madu dan kamu tahu Yeni seperti apa sakitnya hati ibu dan hati aku?"Fia menarik keras lenganku.Ia mengambil sebuah silet dari tasnya dan menggoreskan silet tersebut di tanganku,aku meringis kesakitan dan segar keluar dari luka itu.
“Sakitnya melebihi luka yang aku goreskan di tanganmu!”Fia mendorongku keras sampai-sampai membuatku terjatuh.
“Dan kini aku akan membuat mu menyusul ibumu yang malang itu. Aku tahu cepat atau lambat polisi akan menangkapku,tapi apa bedanya membunuh satu atau dua orang”Fia mengeluarkan sebuah pisau dari tasnya hendak menikam ku.aku mencoba melawan dengan melemparnya dengan beberapa barang yang ada di gudang,tetapi Sofia semakin buas ia mencoba beberapa kali menikamku dan akhirnya pisau tajamnya itu berhasil mengenai perutku.Aku ambruk tak berdaya dan pandanganku kabur. Saat itu samar samar aku melihat Sofia tertawa dan akhirnya gelap.

Setelah sadar aku melihat diriku sudah terbaring di rumah sakit. Disebelahku ada ayah,pak Redy dan bi Lita.
“Kau sudah sadar nak?” Tanya ayah. Raut wajahnya terlihat bahwa ia begitu khawatir dengan keadaan ku.
“F...Fia....a” kataku terbata
“Tenang neng,Fia sudah di amankan oleh pihak yang berwajib”ucap pak Redy.
Aku tersenyum.
Malam ini ayah pulang dan besok akan kembali menjengukku sedangkan pak Redy yang bertugas menemaniku malam ini sedang keluar membeli makanan,aku di ruangan sendiri sambil membaca novel.seorang suster masuk dan memeriksaku,selama pemeriksaan suster tersebut selalu menunduk sehingga aku tak bisa melihat wajahnya.setelah selesai ia keluar, lalu ia berhenti di depan pintu dan menoleh ke arah ku sambil tersenyum sinis.

HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang