Pandangan Pertama -1

1.3K 45 2
                                    

Teng teng teng teng

Suara bel pertanda masuk telah berbunyi. Artinya semua siswa dan siswi harus segera masuk ke kelas masing-masing. Tidak terkecuali gadis yang memiliki wajah datar yang sekarang tengah berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju ke kelasnya. Wajahnya nampak sedikit tegang. Mungkin dia takut terlambat.

Gadis itu semakin mempercepat langkahnya. Karena waktu menunjukkan pukul 7.35. Wajahnya terlihat semakin memucat saat melihat seorang guru baru saja memasuki ruang kelas IPA 1 yang adalah ruang kelas gadis tadi.

Gadis itu menghentikan langkahnya di depan pintu kelas yang terbuka. Dilihatnya seluruh kelas telah rapi. Juga Bu Retno, guru matematikanya yang sudah berada di dalam kelas mulai menerangkan.

"Maaf, bu saya terlambat." Gadis itu menunduk. Ini pertama kalinya ia terlambat masuk kelas.

Bu Retno, guru matematikanya hanya tersenyum melihat gadis itu menunduk.

"Ini pertama kalinya kamu terlambat. Jadi saya maafkan. Lain kali jangan diulangi, mengerti, Kyla?" Gadis yang diketahuinya bernama Kyla itu hanya mengangguk masih dengan menunduk.

Hasyakyla Vionetta Chaessar. Biasa dipanggil Kyla agar lebih mudah. Teman-temannya mengejeknya karena dia tidak juga memiliki pacar. Padahal jika dilihat, banyak sekali laki-laki yang mengantri untuknya. Entah belum ada yang bisa membuka hatinya atau ada orang lain yang telah mengisi hatinya. Memiliki sebuah grup band akustik bernama KiVCin membernya adalah temannya sendiri yaitu Cindy dan Eve adik kelasnya. Posisinya adalah vokalis.

"Sekarang kamu duduk dan siapkan PR yang kemarin ibu berikan." Ucap Bu Retno, lalu beliau kembali menerangkan pada murid-murid.

Kyla berjalan memasuki ruang kelasnya dengan tampang lesu. Gak biasanya. Batin teman sekelas Kyla yang juga adalah sahabat Kyla.

Cindy Hapsari Tanumihardja. Biasa dipanggil Cindy oleh teman-temannya. Juga salah satu member KiVCin. Cindy berposisi sebagai vokalis dan gitaris.

"Kenapa, lu?" Tanya Cindy saat Kyla telah duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Cindy.

Kyla hanya menggeleng. Memberitahu dengan wajah datar bahwa ia tak apa, kemudian mengeluarkan buku PR matematikanya dari dalam tas. Tapi hal itu malah membuat penasaran Cindy yang pada dasarnya memang anak yang kepo.

"Kyl, cerita dong?" Rengek Cindy pada Kyla agar Kyla mau bercerita padanya.

"Diem deh, gw gk mau dihukum gara-gara lo. Gw udah tegang karena telat, lo gk usah nambahin lagi, oke?" Jawab Kyla dengan penuh penekanan agar Cindy segera diam dan tidak mengganggunya yang memang tidak dalam mood yang baik pagi ini.

Cindy hanya menghela napas dengan kelakuan Kyla yang tidak pernah berubah. Dingin. Cuek. Apalagi?

....

Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Seorang laki-laki tengah duduk bersama teman-temannya di salah satu bangku kantin yang terlihat cukup ramai dengan murid-murid yang ingin mengisi perut mereka.

"Kak Ji, gimana sama Kak Cindy?" Anak laki-laki itu menyantap bulat bakso bundar di mangkuknya dengan garpu di tangannya.

"Biasa. Kenapa? Lo sendiri gimana sama Eve?" Jawab laki-laki bernama Jinan yang lebih tua satu tahun itu.

Jinan Rhaffi Prasetya. Kelas 11 IPA 2. Dipanggil Kak Jinan oleh adik juniornya. Diketahui tengah berpacaran dengan Cindy yang merupakan sahabat dekat Kyla. Kapten tim basket sekolahnya. Dan juga member dari sebuah band yang dibentuk oleh dua adik kelasnya yaitu Defender Band. Posisinya adalah sebagai drumer.

Dan yang bertanya tadi adalah Araz, adik paling menyebalkan kalau menurut Kyla. Adhistyan Araz Chaessar. Memiliki sifat jahil, tapi juga ramah. Tidak ada hari yang membosankan saat bersamanya hanya mengesalkan. Leader Defender Band yang merupakan band yang dia bentuk sendiri bersama temannya yang bernama Nino. Posisinya adalah gitaris dan rapper.

"Masih pendekatan sih, kak." Jawab Araz diakhiri dengan cengiran yang selalu terlihat mengesalkan di mata semua orang.

"Ah elah, lu mah pendekatan mulu. Tembak dong." Celetuk salah satu teman Araz yaitu Zee.

Azizi Rhafa Fahriansyah. Teman sekelas Araz di kelas 10 IPA 2. Dipanggil Zee oleh teman-temannya, menepati posisi rapper dan bassis di band yang ia buat bersama Araz dengan memaksa kakak kelasnya untuk ikut bergabung. Dan band itu bernama Defender Band. Dan juga salah satu pemain terbaik di tim basket.

"Araz mana berani tembak Si Eve." Ejek Fadly yang juga sedang memakan bakso yang ditambahkannya dengan sambal yang cukup banyak.

Fadly Gunawan Laksandar. Akrab dipanggil Fadly. Kelas 11 IPA 2. Teman sekelas Jinan. Ikut bergabung dengan Defender Band karena dipaksa oleh Araz, dengan alasan kekurangan member. Posisi Fadly disini adalah sebagai keyboardis dan vokal. Dengan begitu band mereka masih kekurangan satu member lagi.

"Yee.. gw mah berani aja tembak Eve. Tapi gw gak mau ngelangkahin kakak gw dulu." Araz menujukan senyuman lebarnya.

"Halah sok-sok'an lu." Kyla yang baru saja datang bersama Cindy melempar kotak tisu yang ada di atas meja pada Araz. Untungnya Araz masih sempat menghindarinya.

"Dih, gw bener kali, Kyl." Ucap Araz membela diri. Lalu melanjutkan makannya yang tertunda tadi.

Kyla hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Lalu duduk di sebelah Araz dan memakan mie ayam yang dipesannya. Sedangkan Cindy duduk di antara Jinan dan Fadly setelah tadi menyumpil di antara dua laki-laki itu. Zee sendiri duduk di sebelah Araz. Jadi posisi Araz di antara Kyla dan Zee.

"Eh, guys, tau gak tadi di kelas gw ada anak baru." Araz kembali membuka topik pembicaraan.

"Terus?" Jawab Kyla tidak peduli. Berbeda dengan Cindy yang terlihat cukup antusias dengan topik yang diambil Araz itu.

"Laki apa cowok?" Tanya Cindy dengan begitu antusias.

"Inginku berkata gaib," Zee terlihat kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Cindy tersebut.

"Hap?"

"Iya, Ji? Kenapa?"

"Bedanya laki sama cowok apa, ya?"

"Salah, ya?" Ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nggak. Udah bener kok." Ucap Fadly yang sedari tadi menahan kekesalannya.

"Dev!" Teriak Araz tiba-tiba pada seorang laki-laki bertubuh jangkung yang sedang mengantri di salah satu stand di kantin.

Laki-laki yang dimaksud Araz itu menoleh saat merasa ada yang memanggil namanya. Begitu juga Kyla yang kaget dengan teriakan Araz dan langsung melihat ke arah yang ditunjuk Araz.

Hingga tatapan keduanya bertemu. Dan membuat keduanya merasakan sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Getaran di hati mereka.

Tbc

uwaw

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang