Emotion -24

177 17 0
                                    

Matahari mulai bersembunyi di ufuk barat. Devan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi melewati jalanan sepi. Di sebelah kanan-kirinya hanya ada pohon dan padang rumput yang telah kering hingga berwarna kuning. Sekitar 20 menit perjalanan. Akhirnya Devan melihat sebuah bangunan pabrik tua yang tidak terpakai. Laki-laki itu menghentikan mobilnya dan parkir di tempat yang cukup jauh dari pabrik itu.

Dari sana Devan dapat melihat dua orang penjaga yang berdiri di depan pintu masuk. Tiba-tiba ponselnya berdering. Gracio menelponnya.

"Halo?"

"Kutil! Lo di mana?!" Seru Gracio meneriaki Devan.

"Nyari Kak Kyla, lah!" Jawab Devan kesal.

"Kata Shani tadi lo pergi bawa mobil. Lo ke mana?"

"Gw share lokasi ke elo. Kalian cepet ke sini," ujar Devan. "Oh, ya. Tolong bilangin ke Araz, gw mau ketemu Zydan," tambahnya.

"Zydan? Zy-," Devan lebih dulu mematikan sambungan telepon dan segera mengirimkan lokasinya kepada Gracio.

Di tempat lain Gracio mengumpat kesal karena Devan dengan seenaknya mematikan telponnya.

"Lo denger sendiri, kan?" Ucap Gracio menatap Araz karena memang sedari tadi Gracio menspeaker percakapannya dengan Devan.

Araz sendiri langsung menegang begitu mendengar Devan menyebut nama laki-laki yang dibencinya itu.

"Zydan lagi! Zydan lagi! Brengsek!" Umpat Araz.

"Raz, tenang, ya. Devan pasti nemuin Kak Kyla," Eve mengusap punggung Araz.

...

Jakarta, 3 tahun yang lalu. Kyla baru saja keluar melewati gerbang sekolah SMP-nya. Gadis itu berdiri di halte seperti biasa untuk menunggu jemputan. Tidak lama sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan halte. Kyla yang mengenali siapa pemilik mobil itupun segera mendekat dan masuk ke dalam mobil.

"Lama ya?" Ujar seorang laki-laki. Itu adalah Zydan.

"Nggak kok, baru juga keluar," jawab Kyla tersenyum pada Zydan.

"Mau langsung pulang?" Tanya Zydan sebelah tangannya menggenggam tangan kanan Kyla.

"Terserah," jawab Kyla singkat.

"Jangan terserah. Kan aku bingung jadinya. Mau makan dulu?"

"Yaudah, iya," jawab Kyla lagi.

"Ok ok kita makan. Mau makan apa?"

"Terserah," ujar Kyla mengulangi kata yang sama.

"Lha? Kok terserah lagi?" Zydan memanyunkan bibirnya sok lucu membuat Kyla tertawa lalu mencubit kedua pipi Zydan.

Zydan Arya Gutama yang saat itu berusia 17 tahun dan memang lebih tua dari Kyla. Mereka dekat sejak satu tahun yang lalu. Dan Zydan baru berani menembak Kyla enam bulan yang lalu. Orang tua keduanya pun mengetahui dan malah merestui mereka.

Selesai makan bersama di sebuah restoran Jepang, Zydan mengantarkan Kyla pulang. Kyla baru masuk ke dalam rumah saat telah melihat mobil Zydan menghilang di tikungan.

Kyla berjalan masuk ke dalam rumah. Di ruang keluarga sudah ada Frans yang duduk menghadap laptop di depannya.

"Dijemput Zydan?" Tanya Frans tiba-tiba saat Kyla lewat di belakangnya membuat gadis itu terkejut.

"I-iya. Kayak biasanya," jawab Kyla santai lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

"Mulai besok kamu Papa antar-jemput. Jadi gak perlu sama Zydan lagi," ujar Frans membuat Kyla kembali menghentikan langkahnya dan mematung di tempat.

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang