Di halte bus yang ada di depan sekolah. Kyla berdiri menunggu angkutan umum untuk pulang. Tapi tidak ada satupun angkutan yang melintas. Mulai dari bus sampai becak sekalipun.
Hari ini Kyla tidak membawa mobilnya. Alasannya ingin mencoba satu hari tanpa mobil. Pagi tadi pun ia berangkat bersama Araz. Tapi sepertinya nasib tidak menyertainya. Sampai matahari mulai tenggelam seperti ini pun masih belum juga ada kendaraan yang lewat.
Untuk menumpang motor Araz lagi juga rasanya tidak mungkin. Meskipun Kyla tahu Araz masih ada di sekolah untuk berlatih bersama band-nya. Tapi Araz pasti pulang bersama Eve. Karena tadi setelah ia latihan band, Eve tidak langsung pulang. Ia menunggu Araz yang masih lanjut berlatih dengan Defender Band. Sedangkan Ariel, dia telah pulang dari tadi dengan jemputan dari rumahnya.
"Huh! Nyebelin banget sih!? Tau gini tadi gw bawa mobil aja!?" Gerutu Kyla kesal kemudian berjalan untuk masuk ke dalam sekolah dan mencari tumpangan untuk bisa pulang. Mungkin Fadly atau Zee mau menampungnya untuk pulang bersama?
Tapi langkahnya terhenti tepat di depan gerbang sekolah yang saat ini tertutup dan hanya terbuka sedikit untuk jalan. Sebuah mobil hitam yang berhenti tiba-tiba di depannya membuatnya juga ikut berhenti.
Kyla berniat memaki orang gila yang menyetir mobil itu. Tapi niatnya itu sekejap musnah saat ia mengetahui siapa orang yang mengemudikan mobil hitam itu. Jantungnya seakan berhenti. Tubuhnya membeku. Tidak mampu melakukan apapun bahkan untuk berbicara pun rasanya sulit. Lidahnya keluh saat itu juga. Saat menatap laki-laki yang baru saja keluar dari mobil hitam itu.
"Lama ya? Kita ngga ketemu?" Laki-laki itu berjalan mendekati Kyla yang masih mematung di tempatnya.
Tangan laki-laki itu terulur untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Kyla. Namun refleks Kyla segera menepisnya kemudian mundur beberapa langkah untuk membuat jarak dengan laki-laki itu.
"Nggak perlu takut, gw kesini cuman mau tepatin janji gw." Laki-laki itu kembali mendekati Kyla yang terus mundur saat keduanya hampir dekat. "Janji gw buat miliki lo, Hasyakyla." Laki-laki itu menarik tangan Kyla untuk ia bawa ke dalam mobilnya.
Entah kemana semua orang sore itu. Jalanan yang biasanya ramai kali ini sangat sepi. Bagai sebuah skenario yang telah disiapkan. Bahkan satpam yang biasanya berjaga di gerbang pun sekarang entah dimana.
"Lepasin gw!" Kyla terus meronta ingin dilepaskan. Tapi sepertinya laki-laki itu tidak mendengarkan perkataan Kyla.
"Mau sampe kapan lo ngejauhin gw?" Laki-laki itu menarik tangan Kyla.
Entah datang darimana sebuah bogeman mentah mendarat mulus di pipi laki-laki itu. Karena terkejut laki-laki itu melepaskan genggamannya pada tangan Kyla dan tentu Kyla segera memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri. Laki-laki itu berbalik dan melihat siapa orang yang dengan beraninya memukul wajahnya.
"De.. Devan.." lirih Kyla saat melihat siapa orang yang telah menolongnya itu.
"Siapa lo?" Ujar laki-laki itu.
"Harusnya gw yang nanya, lo siapa?" Tanya balik Devan. Entah hanya perasaan Kyla saja atau memang tatapan Devan saat ini jauh lebih dingin dari biasanya.
"Dasar bocah ingusan! Mending lo jauh-jauh deh," ujar laki-laki itu mendorong tubuh Devan hingga ke belakang.
Namun Devan tetap tidak mau mengalah. Devan kembali berdiri kokoh membelakangi Kyla. Menghadang agar laki-laki itu tidak dapat menjangkau Kyla. Sedangkan Kyla mulai ketakutan berdiri di belakang Devan. Entah apa yang diinginkan laki-laki itu hingga mengganggu kehidupan Kyla sekali lagi setelah beberapa tahun ini menghilang.
"Lo siapa berani ikut campur urusan gw!?" Laki-laki itu menunjuk Devan dengan telunjuknya.
"Gw.. gw pacarnya," Devan menatap tajam laki-laki itu. Sedang Kyla yang ada di belakang Devan langsung mendongak menatap tubuh belakang Devan terkejut.
"Oh, jadi sekarang udah punya yang baru?" Ucap laki-laki itu meremehkan.
Tangan kanan laki-laki itu terangkat memberi isyarat. Kemudian munculah orang-orang berwajah sangar dari dalam mobil hitam laki-laki itu. Jumlah mereka ada 4 orang.
"Habisi dia." Empat orang sangar itu segera mengepung Devan dan Kyla. Kedua kini tersudutkan di tembok dan tidak bisa pergi kemanapun.
"Van?" Devan menoleh dan melihat wajah Kyla yang telah pucat ketakutan. Devan tersenyum ke arah Kyla. Memberi ketenangan pada gadis yang telah di penuhi kepanikan itu. Meskipun perasaanya pun tidak jauh beda dengan Kyla sekarang.
Devan kembali menatap lurus ke depan. Melihat empat lawannya yang memiliki tubuh jauh lebih besar darinya itu. Ragu. Tentu saja. Empat lawan satu dengan kemampuan mereka yang pasti jauh lebih baik dari Devan. Tapi menurutnya tidak ada cara lain kalau dia memang ingin menyelamatkan Kyla.
Devan maju dan berhadapan dengan empat pria tersebut. Salah satu pria itu mengarahkan pukulan ke arah Devan namun masih sempat ditangkis oleh Devan dan langsung dibalas oleh tendangan keras di perut yang langsung membuat pria itu mundur beberapa langkah. Devan kembali menyerang. Ia mengarahkan pukulan pada salah satu pria itu dan langsung mengenai wajahnya. Devan hanya mampu menangkis dan bertahan lalu sesekali menyerang sekenanya. Karena ia tidak sempat memberikan serangan balik karena empat pria itu terus menyerangnya tanpa henti.
Salah satu pria itu berhasil memukul Devan tepat di ulu hati yang membuat Devan tersungkur dan memuntahkan darah dari mulutnya. Devan menjadi bulan-bulanan empat pria sangar itu. Sementara Kyla sudah menangis tersedu di pojokan. Memohon agar laki-laki tadi menyuruh anak buahnya berhenti memukuli Devan yang sudah hampir tidak bergerak itu.
"ZYDAN BRE*NG*SEK!! BA*NG*SAT LO!!!" Araz berlari ke arah orang-orang yang asik memukuli Devan itu. Ia datang bersama Jinan, Fadly, Zee, Cindy, dan Eve.
Jinan, Fadly, dan Zee segera membantu Devan yang sudah tidak kuat berdiri itu melawan empat pria sangar. Cindy dan Eve membantu menenangkan Kyla yang menangis seperti orang gila itu. Sedangkan Araz langsung menuju ke arah laki-laki yang ternyata bernama Zydan itu. Langsung saja Araz meninju pipi Zydan dengan begitu kuat yang langsung membuat Zydan tersungkur ke tanah. Sorot matanya menunjukkan amarah yang meledak-ledak.
"Hei! Kalian!" Seorang laki-laki dewasa yang melihat adegan pukul-pukulan itu segera menghampiri dan berniat untuk melerai. Laki-laki itu datang bersama beberapa orang warga. Yang langsung membuat Zydan dan empat anak buahnya kebingungan. Mereka berlima kalang kabut mencari cara untuk kabur. Mereka berlima segera masuk dalam mobil hitam tadi lalu kabur sebelum warga menyerbu mereka.
"Kalian gapapa?" Tanya seorang warga pada kumpulan anak muda itu.
"Kita nggak papa kok, pak. Tapi temen kita harus segera di bawa ke rumah sakit." Jawab Fadly sambil melihat keadaan Devan yang terluka sangat parah.
"Bawa ke mobil gw aja. Kita ke rumah sakit sekarang." Ujar Jinan memberi usul.
Fadly, Zee, dan di bantu beberapa orang warga mengangkat Devan dan memindahkannya ke dalam mobil Jinan. Kyla ikut masuk ke dalam mobil untuk memangku kepala Devan. Zee, Fadly, Araz, dan Eve menyusul menggunakan motor.
Tbc
Bhuahahahah, makin aneh kan ceritanya😅 makasih ya udah mau ngikutin dan membaca hasil karya dari kegabutanku😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin? (Tamat)
Fiksi Penggemar"Mungkin rasa untuknya masih ada. Tapi percayalah, bukan lagi dia yang di hatiku sekarang. Apa yang terjadi saat aku terlanjur mencintaimu? Apa itu salah? Tapi cinta tidak pernah salah." -Hasyakyla Vionetta C.- "Mungkin terlalu cepat. Saat aku terja...