Cerita Masa Lalu -15

167 16 9
                                    

Devan mengendarai motor hitamnya membelah jalanan ibukota. Devan berkendara menuju rumah Kyla setelah sebelumnya ia menawarkan diri untuk menjemput Kyla di rumahnya.

Sepuluh menit kemudian Devan telah sampai di depan rumah Kyla. Laki-laki itu menghentikan motornya dan membuka helm yang menutupi wajahnya.

"Langsung aja," Kyla telah menunggu di depan pagar saat Devan sampai.

"Pake dulu," Devan memberikan helm lain yang sengaja dibawanya untuk Kyla. Setelah memakai helm, Kyla pun segera menaiki boncengan di belakang Devan.

Setelah merasa Kyla telah duduk di belakangnya Devan segera menjalankan motornya menuju tempat yang sudah mereka sepakati sebelumnya.

...

Devan menghentikan motornya di parkiran salah satu taman hiburan di ibukota. Setelah memarkirkan motornya, Devan dan Kyla segera masuk ke dalam taman hiburan setelah sebelumnya membeli tiket terlebih dahulu.

"Jadi..?" Kini keduanya tengah berjalan santai mengelilingi taman hiburan yang sangat luas tersebut.

"Emm.. gw mau naik itu," Kyla menunjuk sebuah bianglala yang sangat besar membuat Devan ikut menoleh dan melihat arah yang ditunjuk Kyla.

Tanpa berucap Devan menarik tangan Kyla dan mengajaknya membeli tiket untuk naik bianglala. Sayang, saat keduanya sampai ternyata antrian untuk bisa menaiki bianglala itu sangat panjang. Bisa dipastikan kaki mereka akan patah jika ikut mengantri sekarang.

"Yaa, loketnya antri," seru Devan kecewa. Sedangkan Kyla hanya tersenyum kecil.

"Yaudah gapapa, naik yang lain aja," ujar Kyla meninggalkan Devan. Entah kenapa hari ini ia merasa begitu senang. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk bercerita pada Devan tentang masa lalunya.

"Nggak jadi naik itu?" Devan berlari kecil mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Kyla.

"Nanti aja. Lagian ini masih siang," jawab Kyla tanpa melihat ke arah Devan. Gadis itu terus menghindari tatapmuka dengan Devan. Perasaan aneh terus menyelimutinya saat bertatapmuka dengan laki-laki di sampingnya itu. Dan itu selalu berhasil membuatnya kembali merasa ragu.

"Terus kita naik apa sekarang?" Tanya Devan menatap sekitarnya yang penuh dengan wahana permainan.

"Gimana kalo kita coba semua aja?" Bukannya menjawab Kyla malah balas bertanya.

"Oke, pertama mau main apa dulu?" Devan menunduk untuk menatap wajah samping Kyla yang lebih pendek darinya.

"Gimana kalo itu?" Kyla menunjuk sebuah wahana yang langsung membuat kening Devan berkerut.

"Yakin? Emang berani?" Tanya Devan dengan wajah ragu kepada Kyla. Pasalnya yang Kyla tunjuk tadi adalah sebuah rumah hantu.

"Yakinlah!" Tanpa sadar Kyla menoleh ke arah Devan dengan senyum lebar yang mengembang di bibir merahnya.

"Cantik," ucap Devan tanpa sadar saat melihat senyum Kyla. Karena sangat jarang ia bisa melihatnya. Bahkan di sekolahpun Devan tidak pernah melihat Kyla tersenyum selebar itu.

"Heh? Apa Van?" Tanya Kyla yang mendengar Devan menggumamkan sesuatu tapi ia tidak mendengarnya dengan jelas.

"Eh? Ng-nggak papa. Yaudah kuy kalo mau masuk ke sana," Devan sadar dari lamunannya kemudian segera melangkah mendahului Kyla.

"Yakin? Gak takut?" Tanya Devan sekali lagi meyakinkan Kyla saat mereka tengah membeli tiket untuk masuk.

"Jangan bilang lo yang takut?" Tanya balik Kyla menuduh Devan dan membuat laki-laki itu tertawa kecil karena melihat wajah Kyla yang lucu saat memasang ekspresi serius.

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang