Setelah cukup lama Devan berkali-kali mengelilingi pasar itu dan terus mencoba menghubungi Kyla akhirnya sambungan telponnya terhubung tapi tidak diangkat oleh pemiliknya. Hal itu semakin membuat Devan panik. Ia takut terjadi sesuatu terhadap kakak kelasnya itu. Bingung harus berbuat apa Devan memilih untuk menelpon Okta dan meminta bantuan.
"Halo, Pa," ucap Devan setelah telpon terhubung.
"Halo, kenapa Dev?" Jawab Okta di seberang sana.
"Pa.., Kak Kyla..-," kalimat Devan terputus.
"Kenapa sama Kyla?"
"K-kak Kyla daritadi aku telpon gak diangkat," lanjutnya dengan sedikit panik.
"Lho, bukannya Kyla sama kamu?"
"Iya, tapi tadi dia pamit ke toilet dan gak balik-balik."
"Hah? Kok bisa? Kamu udah cari?"
"Udah, Pa. Tadi Devan udah muter-muter tapi tetep gak ada," Devan semakin panik.
"Kamu tunggu di sana. Jangan kemana-mana, Papa mau ke sana," setelah mengucapkannya Okta langsungmematikan sambungan telepon.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Okta datang bersama Elaine, Gracio, Shani, Zee, Brielle, Araz, dan Eve. Mereka langsung menghampiri Devan yang berjongkok di sebelah mobilnya. Araz yang melihat Devan langsung berlari dan memukul wajah laki-laki itu. Hal tersebut tentu membuat semua orang terkejut dan berusaha memisahkan mereka.
"Araz! Kamu apa-apaan sih?!" Eve memegangi pundak Araz yang naik turun karena emosi.
"Lo! Ini semua salah lo!" Seru Araz sambil menunjuk ke arah Devan. Sedangkan Devan hanya menunduk.
"Raz! Lo bisa tenang gak?! Kita tau lo emosi! Tapi gak gini caranya!" Bentak Zee yang memisahkan dua orang tadi. Araz terdiam.
"Oke, daripada berantem di sini mending kita berpencar buat cari Kyla," Okta menengahi. Mereka semua mengangguk dan mulai berpencar untuk mencari Kyla.
...
Kyla baru saja keluar dari toilet saat seseorang membekap mulut dan hidungnya dengan kain. Menyadari sesuatu Kyla segera menyembunyikan ponselnya di dalam sweternya. Setelah itu semuanya menjadi gelap. Gadis itu pingsan karena obat bius dari kain tadi.
Lalu dua orang laki-laki bertubuh kekar mengangkat Kyla masuk ke dalam sebuah mobil Jeep yang terparkir tidak jauh dari sana. Di dalam mobil itu telah menunggu seorang laki-laki yang duduk di kursi depan dan seseorang bertubuh kekar lain yang mengemudikan mobil.
"Kamu gak akan pernah bisa lari Kyla," ujar laki-laki itu sambil membelai wajah Kyla yang pingsan diapit dua laki-laki kekar di kursi belakang. "Jalan," ujarnya lalu mobil itupun pergi dari sana.
Jeep itu sampai di sebuah bangunan pabrik lama yang sudah ditinggalkan. Kedua pria besar tadi membawa Kyla masuk ke sebuah ruangan di dalam pabrik itu. Mereka mengikat Kyla mengikat Kyla di pojok ruangan yang lebih mirip seperti gudang tersebut.
Setelah beberapa menit pingsan, akhirnya Kyla tersadar. Ia sempat terkejut saat menyadari tangan dan kakinya terikat. Dengan susah payah gadis itu mencari cara untuk dapat melepaskan ikatan pada tangannya dan mencari bantuan.
Kyla melihat potongan kayu yang di ujungnya mencuat sebuah paku. Kyla berusaha merangkak ke arah kayu itu. Setelah sampai Kyla segera mengarahkan ikatan tali pada tangannya untuk ia kaitkan dengan paku itu. Setelah perjuangan yang sangat keras. Akhirnya Kyla berhasil membuka ikatan pada tangannya. Gadis itu segera melepas juga ikatan pada kedua kakinya.
Kyla ingat sebelum pingsan ia menyimpan ponselnya di balik sweter. Dengan cepat gadis itu meraih ponselnya dan menghidupkan ponsel tersebut. Ratusan panggilan tak terjawab dan pesan singkat dari seseorang masuk setelah ponselnya hidup.
Tiba-tiba pintu gudang itu terbuka. Seseorang masuk. Kyla terkejut dan belum sempat menyembunyikan ponselnya saat ponselnya itu tiba-tiba berdering. Sebuah panggilan masuk dari Devan. Keringat Kyla bercucuran saat menyadari siapa yang masuk ke dalam ruangan itu.
"Z-Zydan?" Lirih Kyla gemetar. Zydan menyeringai ke arah Kyla.
"Wah-wah, ditelpon tuh. Diangkat gih, nanti yayangnya nyariin lagi," ujar Zydan mendekati Kyla.
Ponsel Kyla masih berdering menunjukkan nama Devan. Zydan beralih mantap ponsel di tangan Kyla masih dengan seringaiannya. Perlahan Zydan berjongkok menyamakan posisinya dengan Kyla. Semakin lama jarak mereka semakin dekat. Kyla tidak bisa pergi ke manapun, ia terjebak di antara Zydan dan dinding. Keringat gadis itu semakin mengucur deras tidak tahu harus melakukan apa.
Tangan Zydan terulur mengambil ponsel milik Kyla yang terus berbunyi. Kyla terkejut tapi gadis itu tidak bisa melakukan perlawanan. Entah kenapa tubuhnya mendadak kaku seperti patung.
Zydan kembali berdiri setelah mendapatkan ponsel Kyla. Laki-laki itu terlihat tengah mengetik sesuatu di dalam ponsel Kyla sesaat setelah ponsel Kyla berhenti berbunyi. Tak lama kemudian ponsel itu kembali berbunyi dan lagi-lagi nama yang muncul adalah Devan. Dengan senyuman menyeramkannya Zydan menggeser tombol hijau yang tertera di layar ponsel. Telpon terhubung.
"Halo? Kak?" Panggil Devan dari seberang sana.
"Halo, Devan. Lo bisa jemput kesayangan lo ini sekarang. Atau nunggu gw yang anterin?" Ujar Zydan membuat Devan terdiam. Tidak ada suara dari seberang sana.
"Devan! Jangan ke sini!" Teriak Kyla.
...
Devan berjalan sendiri mencari keberadaan Kyla. Laki-laki itu menyesal. Harusnya tadi ia menemani Kyla mencari toilet. Sungguh sekarang ia merasa sangat takut. Sekarang pun berkali-kali Devan masih mencoba menghubungi Kyla. Sambungannya terhubung. Tapi kenapa Kyla tidak mengangkat telponnya?
Tiba-tiba ponselnya berdenting. Sebuah pesan masuk. Ia terkejut saat mengetahui yang mengiriminya pesan adalah Kyla. Iya Kyla. Gadis itu mengirimkan sebuah lokasi yang cukup jauh dari tempatnya sekarang. Tidak mau buang-buang waktu Devan langsung berlari ke arah mobilnya dan segera pergi menuju lokasi tersebut.
Devan kembali menelepon nomor Kyla. Kali ini langsung diangkat.
"Halo? Kak?" Panggil Devan pada Kyla.
"Halo, Devan. Lo bisa jemput kesayangan lo ini sekarang. Atau nunggu gw yang anterin?" Ujar seseorang dari seberang sana. Itu bukan suara Kyla, itu suara laki-laki.
Devan diam mematung di dalam mobilnya. Ia seperti pernah mendengar suara itu.
"Siapa lo?"
"Harusnya gw yang nanya, lo siapa?"
"Dasar bocah ingusan! Mending lo jauh-jauh deh."
Ingatannya kembali terputar pada kejadian beberapa bulan lalu. Ia ingat sekarang suara itu. Zydan!
"Devan! Jangan ke sini!" Teriakan dari suara Kyla dari telpon membuyarkan lamunan Devan.
"ZYDAN SIALAN!!"
Tbc
Cihuy😋 update soalnya Kyla ultah😅
Hbd Kyla😘 muah muah😙
Gitu aja😅
Happy reads😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin? (Tamat)
Fanfiction"Mungkin rasa untuknya masih ada. Tapi percayalah, bukan lagi dia yang di hatiku sekarang. Apa yang terjadi saat aku terlanjur mencintaimu? Apa itu salah? Tapi cinta tidak pernah salah." -Hasyakyla Vionetta C.- "Mungkin terlalu cepat. Saat aku terja...