Araz berjalan santai menuju garasi rumahnya setelah menghabiskan sarapannya. Pagi ini ia ingin memanaskan motornya untuk ia gunakan ke sekolah dan menjemput Eve.
"Ma! Motor aku kenapa?" Teriak Araz dari dalam garasi saat mengetahui motornya tidak bisa dinyalakan.
"Kenapa sih Araz? Teriak mulut kerjanya." Ujar Frans yang juga berada di garasi untuk memanaskan mobilnya.
"Si Devil kayaknya butuh berobat deh, Pa?" Devil adalah nama yang diberikan Araz untuk motor merahnya.
"Yaudah, nanti papa telponin orang bengkel papa. Biar nanti diperiksa."
"Terus aku berangkatnya gimana?"
"Bareng kakak kamu aja. Kok bingung." Ujar Gracia yang baru saja datang dari arah dapur setelah mendengar teriakan Araz tadi.
"Kok aku?" Kyla yang entah datang dari mana tiba-tiba muncul di dalam garasi.
"Hari ini aja, Kyl. Jangan jahat-jahat sama adek kamu," tutur Frans pada Kyla yang nampaknya kurang setuju dengan ide dari Gracia tersebut.
Kyla hanya memutar bola mata malas dan langsung masuk ke dalam mobilnya setelah sebelumnya berpamitan kepada Frans dan Gracia. Araz segera mengikuti Kyla masuk ke dalam mobil agar Kyla tidak meninggalkannya.
....
Devan menghentikan motornya saat sampai di parkiran sekolah. Dibukanya helm yang ia pakai memperlihatkan wajah tampan yang dipuja-puja banyak orang. Hidung mancung, mata coklat, dan lesung pipi di pipi sebelah kanannya membuat ketampananya mendapat nilai plus. Di sekitar Devan banyak siswi perempuan yang memperhatikannya dan bergumam entah apa yang mereka bicarakan.
Devan melepas jaket yang dikenakannya lalu memasukkannya ke dalam tas. Devan tidak menghiraukan banyak mata yang tertuju padanya. Seakan telah terbiasa menjadi seorang idola sekolah. Dengan santai Devan berjalan di area parkir untuk menuju kelasnya.
Tin tin. Sebuah mobil putih hampir saja menabrak Devan berhenti tepat di depannya. Devan menghentikan langkahnya terkejut.
"Woy! Anaknya Pak Njul!" Belum sempat Devan memarahi pengendara mobil tersebut Araz tiba-tiba keluar dari dalam mobil dan menyapa Devan.
"Bapak gw namanya Oktavian bukan Pak Njul," ketus Devan kesal karena hampir saja dia tertabrak jika Kyla tidak mengerem mobilnya. Kyla menjalankan mobilnya untuk mencari tempat parkir.
"Santuy, bro."
"Tumben lu gak bawa motor? Nasib Eve gimana?"
"Si Devil lagi sakit. Dan Eve udah gw telpon. Kuylah masuk kelas," Ucap Araz setelah Kyla bergabung dengan mereka.
Setelah mereka berpisah dengan Kyla di lorong karena kelas mereka berbeda. Akhirnya Araz dan Devan sampai di kelas mereka. Keduanya memasuki kelas dan segera menuju tempat masing-masing.
"Akhirnya, bess prens gw dateng juga dua-duanya," Zee sedikit berteriak sambil merentangkan kedua tangannya ingin dipeluk.
"Paan sih lu?" Devan menoyor kepala Zee. Kemudian segera duduk di bangkunya.
"Jijik gw, Zee." Araz juga duduk di bangkunya di depan Zee.
"Yee, gw kan kangen ama lu berdua," Zee memanyunkan bibirnya seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen.
"Kesambet lu pagi-pagi?"
"Jahat amat sama temen sendiri."
"Bodo."
....
"Tugas dari Bu Wahyu gimana?" Tanya Araz pada Devan yang berjalan di sampingnya tentang tugas kelompok yang diberikan oleh guru Bahasa mereka. Mereka bertiga Araz, Devan, dan Zee kini tengah berjalan di koridor untuk menuju ke kantin.
![](https://img.wattpad.com/cover/161896706-288-k461445.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin? (Tamat)
Fanfiction"Mungkin rasa untuknya masih ada. Tapi percayalah, bukan lagi dia yang di hatiku sekarang. Apa yang terjadi saat aku terlanjur mencintaimu? Apa itu salah? Tapi cinta tidak pernah salah." -Hasyakyla Vionetta C.- "Mungkin terlalu cepat. Saat aku terja...