Gabriel Christopher Chaessar -14

202 17 9
                                    

Kyla duduk gelisah di atas sofa ruang tamu sambil memegang ponsel. Gadis itu terus saja membuka lalu menutup lgi chatroomnya dengan Devan yang masih kosong. Alias mereka tidak pernah mengobrol.

"Chat gak ya?" Ucap Kyla resah pada dirinya sendiri. Karena tidak ada orang lagi di ruang tamu.

"Lu kenapa sih? Kaya cacing kepanasan gitu?" Celetuk Araz tiba-tiba dari arah tangga. Kemudian laki-laki itu duduk di sebelah kakaknya. Sedangkan Kyla hanya melirik sekilas Araz kemudian kembali sibuk dengan rasa gelisahnya dan mulai menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

"Ck, lu kesambet?" Seru Araz karena melihat kelakuan aneh kakaknya itu.

"Bisa diem ga sih?" Balas Kyla dengan nada jengkel membuat Araz bingung sendiri.

"Tau!" Kesal Araz kemudian beranjak menuju taman belakang rumahnya. Ia tidak mau berdebat dengan Kyla saat seperti ini. Karena pasti dialah yang kalah.

Semalaman Kyla terus memikirkan akan bercerita pada Devan atau tidak. Jika dipikir selama satu minggu setelah kejadian tragis yang membuat Devan masuk rumah sakit itu, laki-laki itu tidak pernah bertanya apapun tentang hal tersebut. Bahkan Devan sendirilah yang mengatakan tidak perlu bercerita kalau tidak mau cerita. Tapi tetap saja rasa bersalah terus mendorong Kyla agar bercerita pada Devan.

Tetapi juga gadis itu masih takut. Takut untuk membuka lembaran lama yang telah lama ditutupnya rapat-rapat. Ia takut jika harus kembali jatuh pada kisah masa lalu yang rumit. Intinya Kyla masih ragu. Apalagi seseorang yang ia harapkan akan kembali padanya, malah berbuat hal buruk bahkan sampai membuat Devan masuk rumah sakit.

...

Devan mengendarai mobil Papahnya dengan senang hati menuju bandara internasional di ibukota. Hari ini ia mendapat tugas dari ibu negara untuk menjemput seseorang di bandara. Meski tanpa disuruh sekalipun Devan juga akan dengan sendirinya menjemput seseorang ini.

Sekarang Devan berdiri di depan pintu keluar bandara menunggu seseorang. Perlahan senyumnya mengembang saat melihat siluet yang telah dinantinya. Seorang gadis yang tingginya mungkin tidak lebih dari dada Devan. Dengan poni rata dan mata sipitnya gadis itu tersenyum pada Devan.

"Kak Farrel!!" Gadis itu berlari ke arah Devan sambil menarik koper miliknya.

"Jangan lari! Nanti nabrak!" Ujar Devan memperingatkan.

"Habisnya kangen!" Gadis itu tiba-tiba menabrakkan tubuhnya pada Devan.

"Baru juga beberapa bulan ditinggal. Belum beberapa tahun," ujar Devan melepas pelukan mereka.

"Yee sama aja. Kapan pulangnya?"

"Oh iya, yaudah yuk. Sini aku bawain kopernya," Devan mengambil alih koper yang dibawa gadis tadi.

...

"Assalamualaikum! Devan in home!" Seru Devan begitu memasuki rumah disusul seorang gadis yang mengekor di belakang Devan.

Elaine yang berada di ruang tamupun segera menghampiri Devan begitu mendengar seruan dari putranya itu. "Waalaikumsalam, Brielle! Gimana perjalanannya tadi?" Elaine langsung memeluk gadis yang dipanggilnya dengan sebutan Brielle tersebut.

"Heheh, aman kok, Ma," jawab Brielle tersenyum pada Elaine.

Gabriel Christopher Chaessar. Lebih sering dipanggil Brielle. Adalah teman Devan sejak kecil di Surabaya. Dan bisa dibilang Brielle adalah satu-satunya teman dekat Devan yang berjenis kelamin perempuan kala itu. Karena sudah sangat sering bermain bersama, mereka menjadi seperti adik-kakak, maka dari itu Elaine menyuruh Brielle untuk memanggilnya mama saja agar lebih enak daripada tante.

Perlu diketahui Devan adalah orang yang sangat dingin dan cuek sebelum bertemu dengan Araz and the gank. Dan hanya dengan Brielle lah Devan bisa menjadi Devan yang ramah. Itu karena dari dulu Devan menginginkan sosok adik. Tapi hal itu tidak dikabulkan oleh Elaine dan Okta. Akhirnya Devan menganggap Brielle sebagai adik sendiri.

"Yaudah, Devan. Kamu anter Brielle ke kamarnya," Elaine meninggalkan dua orang itu kemudian berjalan menuju ruang tamu melanjutkan menonton televisi.

"Yuk, Bri," Devan berjalan terlebih dulu tanpa menunggu jawaban dari Brielle.

"Di sini kamar kamu. Kamu istirahat aja dulu, nanti kalo butuh apa-apa panggil Kak Farrel atau Mama aja. Soalnya Papa sama Bang Cio lagi nggak di rumah," jelas Devan begitu sampai didepan pintu sebuah ruangan. "Ngomong-ngomong, kamar kak Farrel ada di ujung lorong ini," Devan menunjuk ujung lorong tempat kamarnya berada.

"Okok, siap bwang!" Brielle berpose memberi hormat pada Devan. Sedangkan Devan hanya tertawa kecil melihatnya.

Drrtt drrtt

Tiba-tiba ponsel Devan bergetar. Segera laki-laki itu mengambil ponselnya yang berada di saku. Sedangkan Brielle sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Kyla's Calling" tulis huruf yang tertera di layar ponselnya.

"Halo?" Ucap Devan setelah menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Halo, Dev. Mmm.. lo sibuk ga hari ini?" Tanya Kyla dari seberang sana.

"Hari ini.. enggak sih. Emang kenapa, kak?"

"Gw mau ajak lo ketemuan, lo bisa gak? Gw mau ngomong sesuatu," jelas Kyla.

"Bisa aja sih kalo ketemuan. Tapi mau ngomong apa?"

"Ngomong sesuatu, nanti gw chat lokasi sama jamnya."

"Mm, ok. Gw tunggu chatnya," jawab Devan.

"Yaudah tutup gih, gw mager tutup telponnya," ujar Kyla menyuruh Devan menutup Devan.

"Hha, i-iya," Devan menuruti perintah Kyla dan menutup sambungan telpon mereka.

"Kak Kyla mau ngomong apa, ya?" Gumam Devan berjalan ke kamarnya untuk bersiap.

Tbc...

Jangan kangen😋 *ge'er banget lu_-
😅😅

Hayolohh ada yang sadar nggak ada yang aneh dari Brielle?
Coba tebak Brielle itu siapa😋

Intinya Happy Reads😘

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang