Devan mengerjapkan matanya. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mata. Kepalanya terasa begitu berat. Juga sekujur tubuhnya yang terasa sakit semua. Devan menggerakan tangan kirinya untuk menyentuh kepalanya yang pusing. Namun hal itu segera ia urungkan saat merasa ada sesuatu yang mengganjal.
Devan mengambil posisi duduk. Ia melihat ruangan dengan nuansa putih. Tidak ada orang lain di sana kecuali Kyla yang tertidur di sampingnya dengan kepala yang ditaruh di samping ranjang. Juga tangan kirinya yang digenggam oleh Kyla. Devan menggerakkan tangannya yang bebas untuk mengusap pucuk kepala Kyla perlahan agar tidak membangunkan empunya.
Sepertinya saat itu Kyla tidak benar-benar tertidur. Karena baru beberapa kali Devan mengusap pucuk kepalanya, Kyla tiba-tiba terbangun dan langsung menegakkan tubuhnya kemudian menghadap Devan yang telah siuman itu.
"Eh, ma.. maaf, kak. Kak Kyla jadi ba... kak? Kenapa?" Ucapan Devan terputus karena dilihatnya mata Kyla kini yang mulai berair.
Kyla hanya diam menatap Devan begitu dalam. Kemudian perlahan airmata jatuh dari kelopak matanya. Kyla menangis. Gadis itu masih syok. Kemudian dengan gerakan cepat Kyla langsung memeluk Devan. Membuat yang dipeluk terperanjat kaget. Sekaligus harus menahan sakit. Karena Kyla memeluknya terlalu erat.
Devan hanya pasrah saat Kyla memeluknya. Kemudian tangannya bergerak untuk mengusap punggung belakang Kyla yang bergetar karena menangis. Cukup lama Kyla menangis dalam pelukan Devan. Sampai akhirnya Kyla-lah yang melepas pelukan terlebih dulu. Kemudian Kyla kembali pada posisi semula. Duduk menghadap Devan.
"Kakak nggak papa kan? Nggak ada yang luka?" Devan menatap Kyla yang masih diam sambil mengusap sisa air mata di pipinya.
"Gw gapapa. Harusnya gw yang tanya. Lo gapapa? Gara-gara gw lo jadi kayak gini." Ucap Kyla masih menunduk dengan suara yang masih bergetar.
Devan tersenyum mendengar perkataan Kyla, "Gw gapapa kok. Mmm... yang lain mana?"
"Udah pulang dari tadi."
"Mmm..." Depan hendak bertanya lagi, tapi tidak jadi karena terpotong oleh suara pintu yang dibuka. Keduanya melihat ke arah pintu kamar rumah sakit Devan.
Dari pintu masuklah Araz kemudian disusul oleh Okta, Elaine, dan terakhir Gracio yang berjalan paling belakang. Elaine yang melihat Devan tengah berada di atas bangsal rumah sakit langsung menyerbu memeluknya. Kyla dan Devan sendiri merasa sedikit terkejut dengan kehadiran keluarga Devan di ruangan itu.
"Devan.. kamu baik-baik aja kan?" Ujar Elaine khawatir melepas pelukannya pada Devan. Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung ingin menjawab apa.
"Aku gapapa, Ma," Jawab Devan.
"Kalian berdua mending pulang aja, nanti dicari orang tua kalian. Devan biar om, tante, sama Gracio yang jaga." Pinta Okta menyuruh Kyla dan Araz untuk pulang karena hari mulai larut.
"Kyl?" Araz memanggil Kyla yang tiba-tiba diam. "Kita pulang?" Araz memberikan jaket yang entah ia dapat darimana itu pada Kyla.
Kyla mengangguk tanpa suara. Pikirannya bercampur aduk saat ini. Kyla menerima jaket yang ada di tangan Araz kemudian berdiri dan mengenakan jaket itu. Ia beranjak ke sofa yang ada di pojok ruangan untuk mengambil tasnya yang ia taruh di sana tadi.
"Om, tante, Bang Cio, Devan. Kita pulang dulu." Pamit Araz pada keluarga Devan dia juga Devan sendiri.
"Mari om, tante, kak." Kini Kyla yang berpamitan. Keduanya segera meninggalkan ruang rawat Devan.
....
"Tumben lu pulang malem?" Ariel duduk di kursi meja belajar Eve. Sedangkan Eve baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya dan rambut yang basah.
"Tadi nganterin Devan ke rumah sakit dulu," jawab Eve seadanya sambil mengusap kepalanya dengan handuk. Ariel tampak terkejut dengan penuturan Eve tersebut.
"Devan?" Tanya Ariel yang terkejut. Eve mengangguk membenarkan.
"Kok bisa?"
"Habis di keroyok."
"Emang Devan ngapain sampai dikeroyok gitu?"
"Nolongin calon kakak ipar."
"Kakak ipar? Kyla?" Lagi-lagi Eve mengangguk. "Terus Kyla-nya gimana?"
"Kak Kyla baik-baik aja sih."
"Syukur deh kalo gitu." Dan entah karena apa, lagi-lagi hati Ariel serasa terbakar oleh api. Meskipun ia memberikan senyuman di depan Eve. Tapi masih ada perasaan lega di sana karena mendengar sahabat barunya, yaitu Kyla tidak apa-apa.
...
Kyla duduk termenung di balkon kamarnya memandangi langit gelap berhias bintang di atas sana. Pikirannya kembali pada kejadian sore tadi. Seseorang dari masa lalunya, laki-laki bernama Zydan itu hadir kembali dengan sosok yang berbeda. Banyak pertanyaan yang muncul di kepala Kyla. Kenapa Zydan datang lagi setelah sekian lama? Apa yang diinginkan Zydan dengan berusaha membawanya pergi?
Walaupun, kalau boleh jujur sebenarnya perasaan Kyla pada laki-laki itu masih ada. Dan Kyla juga pernah berharap suatu hari Zydan akan kembali lagi padanya. Tapi tidak dengan cara seperti tadi. Caranya itu malah membuat Kyla ketakutan.
Sekarang, setelah Devan yang tidak mengetahui apa-apa menjadi korban. Apakah Zydan akan berhenti? Atau orang itu akan kembali lagi? Bahkan di sini Kyla sebenarnya juga tidak mengetahui apa tujuan Zydan.
Kyla beranjak dari tempat duduknya lalu masuk ke dalam kamar. Udara malam semakin dingin ditambah mata Kyla yang semakin berat. Biarlah semua pertanyaan itu ia pikirkan besok. Untuk Devan, kalau laki-laki itu menanyakan perihal siapa Zydan, ia akan menceritakan semuanya. Meski jujur hatinya belum siap jika harus kembali mengungkit masa lalu itu.
Tbc
Siapa Zydan di masa lalunya Kyla? Coba tebak😋 sedekat apa mereka sampai Kyla masih nyimpen perasaan buat Zydan? Hmm.. maafkan atas kegabutanku..
😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin? (Tamat)
Fanfiction"Mungkin rasa untuknya masih ada. Tapi percayalah, bukan lagi dia yang di hatiku sekarang. Apa yang terjadi saat aku terlanjur mencintaimu? Apa itu salah? Tapi cinta tidak pernah salah." -Hasyakyla Vionetta C.- "Mungkin terlalu cepat. Saat aku terja...