"Gimana sekolah baru kamu kak?" Seorang pria berusia sekitar empatpuluh tahun bertanya kepada Ariel yang tengah duduk di depan Eve menghabiskan makan malamnya.
"Biasa," jawaban singkat itu keluar dari mulut Ariel yang kelihatannya malas membahas sekolah.
"Masih kesel gara-gara tadi pagi ditinggal adek kamu?" Tanya seorang wanita yang duduk di sebelahnya.
Ariel hanya mengangkat bahu tidak peduli. Sedangkan Eve tengah menunjukkan cengiran khasnya kepada Ariel. Membuat Ariel memutar bola mata malas.
"Besok kalian berdua berangkat dianter Papa aja." Kata pria itu lagi kali ini ditujukan untuk Ariel dan Eve di depannya.
"Ngg.. Pa, besok aku berangkatnya sendiri aja, ya?" Eve membuka suara meminta izin dan menolak tawaran papanya.
"Dijemput Araz?" Eve hanya mengangguk kecil sambil tersenyum malu. Lagi-lagi Ariel memutar bola mata malas.
Pria berusia 48 tahun itu hanya mengangguk mengerti. Kemudian kembali melanjutkan memakan makan malamnya yang terjeda. Dyas Michelyn Djuandhar. Seorang pengusaha makanan sukses di Indonesia. Bahkan produk makanannya itu telah banyak yang diekspor ke luar negeri.
"Duh, anak mama udah besar sekarang." Ucap wanita di sebelah Ariel yang ternyata adalah mama mereka sambil tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Aku udah, duluan ya?" Ucap Ariel lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Sebelumnya Ariel sempat mencium kedua pipi orang tuanya.
"Aku juga," Eve mengikuti kakaknya yang menuju ke lantai atas. Juga sebelumnya mencium pipi kedua orang tuanya.
"Selamat tidur, anak-anak mama." Ucap sang mama mencium pipi Eve.
"Eve.." Ariel menghentikan gerakan Eve saat ingin membuka pintu kamarnya yang berada di depan kamar milik Ariel. Ternyata Ariel telah berdiri di sana untuk menunggu Eve.
"Kenapa?"
"Kamu punya temen laki-laki?"
"Ya punya atuh, banyak lagi. Emang kenapa?"
"Ada yang namanya Devan?"
....
"Kyla!!! Awas lu!!!" Araz berteriak kesal kepada Kyla yang sudah berlari memasuki kamarnya dan mengunci pintu agar Araz tidak bisa menyusulnya. Tapi tidak mungkin juga Araz mengejarnya karena saat ini posisi Araz tengah berada di dalam kamar mandi.
"Araz! Jangan teriak-teriak! Ini udah malem! Nggak enak sama tetangga!" Teriak Gracia- Mama ArKyl- dari ruang keluarga kepada Araz yang berada di kamar mandi kamarnya.
Shania Gracia, ibu muda yang memiliki studio foto di beberapa tempat. Kesukaannya kepada photografi membuatnya menjadi pengusaha yang sukses.
"Mama sendiri teriak kedengeran sampe sini!" Giliran Frans yang berteriak dari ruang kerjanya kepada Gracia istrinya memberitahu bahwa Gracia baru saja berteriak.
Fransyahputra Chaessar. Laki-laki berusia 47 tahun. Memiliki pekerjaan yang sedikit tidak jelas. Memiliki perusahaan produksi makanan yang cukup sukses, tapi dia juga menulis buku untuk diterbitkan. Terkadang dia juga bisa bernyanyi saat ada acara tertentu.
"TUHAN! PUNYA KELUARGA KOK GINI AMAT!!!" Sekarang Kyla yang berteriak dari kamarnya merutuki keluarganya yang aneh.
"KYLA!! JANGAN TERIAK!!" Kyla menutup telinga dengan kedua tangannya karena diteriaki Araz, Gracia, dan Frans secara bersamaan.
Kyla merasa sangat senang hari ini. Pasalnya dia berhasil membalaskan dendamnya pada Araz. Kyla mematikan lampu kamar mandi saat Araz sedang mandi di dalam sana. Dan tentu saja hal itu membuat Araz terkejut dan langsung berteriak pada Kyla. Kenapa Kyla? Karena tidak mungkin Gracia atau Frans yang melakukannya. Dan sampai terjadilah paduan suara di dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin? (Tamat)
Fanfiction"Mungkin rasa untuknya masih ada. Tapi percayalah, bukan lagi dia yang di hatiku sekarang. Apa yang terjadi saat aku terlanjur mencintaimu? Apa itu salah? Tapi cinta tidak pernah salah." -Hasyakyla Vionetta C.- "Mungkin terlalu cepat. Saat aku terja...