Liburan -21

199 17 13
                                    

Hari masih pagi, tetapi Okta telah mengumpulkan seluruh anggota keluarganya di ruang santai. Devan duduk di samping Elaine. Dan Elaine duduk di samping Gracio. Jadi posisi Elaine itu berada di tengah-tengah kedua putranya. Lalui sofa lain ada Brielle yang duduk sendiri. Sedangkan Okta duduk di sofa seberang yang berhadapan dengan anak dan istrinya itu.

"Jadi.. Papa ngumpulin kalian di sini karena mau ngomong sesuatu," buka Okta setelah dari tadi mereka hanya saling pandang.

"Papa nggak akan ceraiin Mama kan?" Panik Gracio tiba-tiba tanpa alasan dan membuatnya mendapat jitakan dari Elaine.

"Husst! Dengerin dulu orang ngomong, jangan main potong aja," Okta hampir saja melempar vas bunga di meja jika tidak mengingat Gracio adalah anak kandungnya.

"Mama lempar masuk neraka kamu," kesal Elaine. Gracio hanya nyengir memamerkan deretan gigi putihnya.

"Lanjut," ujar Devan.

"Jadi.. Papa mau ngajak kalian liburan," ujar Okta. Gracio seketika girang.

"Yaayyy!! Liburan!!!" Teriak Gracio menggema di seluruh ruangan.

"Bang! Jangan teriak. Yang ada kita nggak jadi liburan gara-gara masuk rumah sakit THT," sergah Devan sambil menutup telinganya yang pengang karena ulah kakaknya itu.

"Liburan ke mana, Pa?" Kini ganti Brielle yang bertanya.

"Kalian maunya ke mana?" Tanya balik Okta tanpa menjawab pertanyaan dari Brielle.

"Gunung!"

"Pantai!"

"Luar!"

"Laut!"

Sahut Brielle, Devan, Gracio, dan Elaine. Tapi ada satu yang menarik perhatian semua orang di sana. Yaitu sahutan dari Gracio yang melantur hingga membuat semua orang menatap padanya.

"Luar?" Beo Devan.

"Luar planet?" Lanjut Brielle dengan wajah polosnya.

"Ck, kalian ini. Ya luar negeri-lah. Kenapa gak sekalian luar dunia aja?" Kesal Gracio karena semua yang diucapkannya selalu dipermasalahkan oleh seluruh anggota keluarganya bahkan Brielle.

"Terus, tadi Mama minta ke laut?" Elaine mengangguk. "Laut mana? Mama mau nyemplung ke laut gitu?" Tanya Okta.

"Siapa tau Papa mau beli kapal selam," jawab Elaine gampang. Okta memutar bola matanya malas. Ternyata kebiasaan asal ceplos Gracio itu menurun dari Mamanya.

"Dua suara yang berhubungan sama pantai. Jadi kita ke pantai aja," putus Okta. Semua orang hanya menurut. Toh bukan mereka yang akan membayar.

"Pantai mana, Pa?" Tanya Devan.

"Anyer," celetuk Gracio.

"Ihh.. ogah Mama ke Anyer. Kita ke Sumba aja, Pa," ujar Elaine menanggapi celetukan Gracio.

"Jauh banget, Ma?" Brielle menatap Elaine dengan tatapan sulit diartikan.

"Biarin lah, kan yang bayar bukan Mama. Ya, kan, Pa?" Elaine mengedipkan matanya ke arah Okta. Okta hanya mengangguk pasrah.

"Pantai Watu Parunu bagus," ujar Devan tiba-tiba sambil melihat layar ponselnya membuat semua orang menoleh padanya.

"Di mana tuh?" Tanya Gracio.

"Kata tadi ke Sumba?" Jawab Devan malas.

"Ini beneran ke Sumba?" Tanya Brielle memastikan.

"Papa cuma nurut kalian aja," ujar Okta pasrah sambil menggidikkan bahunya.

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang