Pertemuan Pertama -2

606 37 0
                                    


Hingga tatapan keduanya bertemu. Dan membuat keduanya merasakan sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Getaran di hati mereka.

"Dev!"

"Devan!" Panggil Araz sekali lagi dengan melambai-lambaikan tangan tanda agar laki-laki yang dipanggilnya Devan itu menoleh dan menghampirinya.

"Sini!" Teriak Araz memperjelas maksudnya. Laki-laki tadi hanya mengangguk memberitahu bahwa dia mengerti maksud Araz.

Laki-laki itu membayar makanan yang baru saja dibelinya. Kemudian segera menuju ke tempat Araz yang tadi memanggilnya.

"Raz, ada apa?" Tanya laki-laki itu pada Araz saat ia telah berdiri di depan enam orang tadi.

"Sini, gabung bareng kita." Laki-laki itu masih bingung tapi dia hanya menurut dan duduk di samping Jinan sebelum Cindy meminta bertukar posisi dengan Jinan dan akhirnya Cindy-lah yang duduk di samping laki-laki tadi. Semua mata tertuju pada laki-laki yang baru datang itu.

"Kenalin, namanya Devan, anak baru yang baru aja gw ceritain tadi." Araz berdiri mengenalkan laki-laki itu pada kakak dan teman-temannya.

"Devan. Sekelas sama Araz." Devan memperkenalkan diri lalu mengulurkan tangan pada Kyla yang berada di depannya. Tapi uluran tangan itu langsung disahut oleh Cindy yang berada di sebelahnya.

"Kenalin, gw Cindy anak 11 IPA 1. Di sebelah gw namanya Jinan. Cowok paling dingin seantero sekolah juga pacar gw. Di sebelahnya lagi ada Fadly sekelas sama Jinan, cowok paling keren di sekolah. Di sebelah kanan Araz pasti lo udah kenal. Dia cowo paling imut di sini. Dan yang di depan lo itu namanya Kyla, kakaknya Araz. Cewek paling dingin se-sekolahan. Sekelas sama gw. Kalo loe tanya Araz, dia cowok paling ngeselin di dunia." Jelas Cindy panjang lebar dan masih menggenggam tangan Devan.

"Eh, iya lupa, sory." Cindy melepas tangan Devan dan kembali duduk di tempatnya.

"Iya. Gapapa." Devan tersenyum dengan begitu manis hingga memperlihatkan pipi bolongnya di sebelah kanan. Mungkin setelah ini dia akan mendapat predikat cowok termanis di sekolahnya dari Cindy.

Devan merasa cukup canggung. Entah kenapa. Tidak biasanya dia seperti ini saat bertemu orang baru. Biasanya dia akan langsung akrab.

"Van, diem aja lu? Sakit gigi?" Tanya Zee yang daritadi melihat Devan hanya diam.

"Eh, engga. Gw sehat kok." Ucapnya dengan canggung. Matanya menatap ke segala arah yang tanpa sengaja langsung bertemu dengan mata milik Kyla yang juga sedang menatapnya.

Keduanya saling menatap. Jatuh pada tatapan masing-masing. Terkunci pada dunia yang mereka buat sendiri. Seakan tidak ada lagi yang ingin mereka lihat.

"Ukhuk..ukhuk.." Araz terbatuk karena menelan sebuah pentol yang masih utuh tanpa dikunyah terlebih dulu.

Segera saja Devan memberikan es teh miliknya pada Araz. Yang langsung diminum oleh Araz.

"Thanks, Dev." Ucap Araz setelah tenggorokannya reda. Devan mengangguk.

"Lain kali kunyah dulu, Raz. Jangan langsung telen," Devan cukup kasian pada Araz. Pasalnya muka Araz sekarang terlihat cukup pucat karena baru saja menelan bulat satu pentol yang cukup besar tanpa dikunyah dulu.

Empat orang lain yang berada di sana cukup terkejut dengan kejadian barusan. Araz yang tersedak satu pentol bulat. Berbeda dengan Kyla yang merasa sangat senang dengan hal itu.

"Dev, katanya lo bisa nyanyi, ya?" Ujar Araz setelah merasa cukup baik. Devan hanya mengangguk.

"Semua orang juga bisa nyanyi kali, Raz." Potong Zee. Sebelum Araz sempat melanjutkan pertanyaannya.

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang