Fadly Jatuh Cinta -8

253 20 2
                                    

Dua minggu berlalu Devan, Araz, Zee, Jinan, Fadly, Eve, Cindy, Kyla, dan Ariel telah melaksanakan ujian akhir semester. Dan hari ini di sekolah mereka akan diadakan pengambilan rapor akhir semester. Karena itu hari ini Cindy berangkat bersama orangtuanya ke sekolah.

"Papih! Buruan! Lemot banget!" Cindy mengeluarkan kepalanya dari kaca mobil hitam yang terparkir di depan rumahnya.

"Iya! Ini lagi pakek jas!" Jawab orang di dalam rumah.

Tidak lama keluar seorang pria dengan memakai jas berwarna biru dengan kemeja hitam dari dalam rumah. Di sampingnya berjalan seorang wanita yang juga berpakaian rapi memakai dress biru selutut dan sepatu highellsnya.

"Lama banget sih?! Pacaran mulu di dalem." Kesal Cindy pada kedua orang tuanya. Sedangkan Vernando dan Yona hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak bungsunya itu.

"Heh, mulutnya," ucap sang Mamih.

Jesson Vernando Tanumihardja. Laki-laki berusia 46 tahun. Berkerja sebagai pengusaha tambang yang sangat sukses. Tubuhnya yang jangkung menambah kewibawaannya dan ketampanannya.

Yona Airien. Wanita berusia 40 tahun. Berkerja menjadi seorang pengacara yang sukses. Hingga banyak orang yang membutuhkannya untuk disewa sebagai pengacara dalam kasus mereka.

Keduanya masuk ke dalam mobil yang sebelumnya juga ada Cindy di dalamnya. Vernando duduk dikursi kemudi. Dan Yona duduk di sampingnya. Sedang Cindy sendiri berada di kursi belakang. Vernando menjalankan mobilnya untuk menuju sekolah Cindy.

....

"Gimana?" Tanya Zee pada dua sahabatnya Devan dan Araz setelah gerombolan anak OSIS keluar dari kelas mereka.

Para OSIS itu memberikan pengumuman tentang acara yang akan diadakan sekolah bulan depan sebelum liburan. Mereka mengatakan akan mengadakan pensi rutin yang setiap tahun pasti akan di adakan di sekolah mereka. Kegiatan pensi tersebut memberi kesempatan bagi semua murid yang ingin menujukan bakat terpendam mereka.

"Apanya?" Tanya Araz dengan kadar lemot yang tinggi. Membuat Zee menepuk jidatnya sendiri.

"Kita ikut ga?" Kali ini bukan Zee yang bersuara. Melainkan malaikat tak bersayapnya X IPA 2, yaitu Devan. Araz tampak berpikir, lalu dengan tiba-tiba berdiri dari duduknya dan melangkah lebar keluar kelas.

Devan dan Zee yang cukup kebingungan dengan tingkah Araz pun berlari untuk menyusul boncel yang satu itu.

....

Fadly duduk di roftoop sekolahnya. Hari ini tidak ada pelajaran. Semua orang tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sibuk berlatih untuk pensi bulan depan. Ada yang sibuk dengan rapat osis. Yang pasti tidak ada yang bersantai kecuali Fadly saat ini.

Fadly duduk di pinggiran roftoop dengan kaki yang diayun-ayunkan di udara pandangannya lurus ke depan. Tidak ada yang benar-benar dilihatnya. Pikirannya bercampur aduk begitupun perasaannya saat ini.

Ingatannya berputar kembali pada kejadian beberapa minggu lalu. Fadly berjalan di koridor sekolah. Hari itu ia pulang terlambat karena tadi Pak Gito wali kelasnya meminta bantuan untuk memasukkan data ke dalam komputer.

Sayup-sayup pendengarnya menangkap suara petikan gitar dari dalam ruang musik saat ia berjalan. Fadly berhenti tepat di depan pintu ruang musik. Penasaran. Tentu saja. Tidak biasanya akan ada seseorang yang bermain gitar di dalam ruang musik di jam seperti ini. Karena harusnya sekolah telah sepi dari 30 menit lalu.

Fadly berjalan mendekati ruang musik dengan masih terus menajamkan pendengarnya. Perlahan petikan-petikan gitar itu tersusun menjadi sebuah nada. Tidak lama terdengar suara seseorang bernyanyi. Suaranya begitu merdu saat memasuki gendang telinga Fadly.

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang