Jenguk Devan -11

181 24 0
                                    

Tok tok tok. Kyla mengetuk pintu ruang rawat Devan beberapa kali, di sampingnya berdiri Cindy dengan membawa bungkusan berisi buah-buahan. Kemudian ia mendengar suara yang menyuruhnya untuk masuk. Kyla membuka pintu perlahan. Tidak ada orang di ruangan itu. Hanya ada Devan yang duduk di atas bangsal dengan bersandar di tepi ranjang dan sedang tersenyum pada dua gadis yang berdiri di ambang pintu itu. Keduanya segera berjalan menuju bangsal Devan.

"Baru pulang sekolah?" Tanya Devan yang melihat dua kakak kelasnya itu masih mengenakan seragam sekolah.

"Iya," Kyla mengangguk lalu tersenyum.

"Gimana kata dokter?" Cindy duduk di kursi di samping bangsal Devan. Lalu meletakkan bungkusan plastik yang dibawanya di atas nakas.

"Katanya sih, baik-baik aja. Nggak ada luka yang parah. Dan besok gw udah boleh pulang. Itu apa?" Devan menunjuk bungkusan yang dibawa Cindy tadi.

"Itu buah, tadi kita beli di supermarket. Mau dikupasin?" Tawar Cindy pada Devan.

"Boleh." Jawab Devan.

"Tuh, Kyl. Kupas gih," Cindy malah menyuruh Kyla yang berdiri di belakangnya.

"Lha kok gw?"

"Udah, cepet kupas sana! Susah amat" Cindy mendorong-dorong tubuh Kyla agar cepat bergerak.

"Buah apa?" Ujar Kyla akhirnya setuju mengupas buah.

"Apel aja, ada enggak?"

"Ada kok." Kyla segera mengambil satu buah apel lalu mencucinya di wastafel yang ada di depan toilet dalam ruangan tersebut. Setelah mencuci Kyla langsung mengupas apel tersebut dengan pisau yang ada di atas nakas.

Kyla memotong buah apel menjadi kotak-kotak dan membuang bijinya agar Devan mudah saat memakannya nanti. Setelah selesai memotong Kyla menaruh potongan apel itu ke dalam sebuah piring yang juga didapatnya dari atas nakas. Lalu memberikan buah apel itu pada Devan.

"Tuh. Makan. Habisin." Kyla mengambil ponsel di sakunya dan berjalan menjauh dari Devan saat nada deringnya berbunyi. Araz menelponnya, menanyakan ke mana Kyla pergi. Kyla pun mengatakan di mana ia sekarang.

Selesai menelpon Kyla segera kembali mendekat ke arah Devan dan duduk di atas kursi yang tadi di duduki oleh Cindy. Entah kemana gadis itu sekarang.

"Aa.." Devan menyodorkan sepotong apel ke mulut Kyla yang tentu membuat Kyla terkejut dan langsung menatap Devan sejenak. "Aa.." Ulang Devan agar Kyla segera membuka mulutnya. Kyla tersadar lalu perlahan membuka mulutnya dan melahap potongan apel yang ada di garpu yang dipegang Devan.

"Makasih." Ucapnya setelah menghabiskan apel yang ada di dalam mulutnya.

"Harusnya gw yang makasih. Oh iya. Anak-anak mana?" Tanya Devan yang baru menyadari teman-temannya tidak ada yang datang kecuali Kyla.

"Pada nggak bisa katanya." Devan hanya manggut-manggut. Itu bukan suara Kyla. Melainkan Cindy yang baru keluar dari toilet.

"Mm.. kak," panggil Devan membuat Kyla menoleh ke arahnya. "Buat yang kemarin.. gw mau minta maaf.."

"Iya gapapa." Kyla teringat saat Devan mengatakan ia adalah kekasihnya pada Zydan hari itu. Sebenarnya saat itu hati Kyla merasa sangat senang sampai hampir melompat dari tempatnya kalau saja situasinya berbeda.

"Minta maaf kenapa deh?" Tanya Cindy yang bingung dengan percakapan dua manusia di depannya itu.

"Weeiittss!! Ngopi ngapa ngopi, Diem-diem bae!" Gracio, kakak laki-laki Devan yang tiba-tiba datang dan langsung berceletuk saat melihat keduanya hanya diam.

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang