Mungkin? -25

149 20 6
                                    

Devan berdiri terpaku menatap dua orang di depannya. Zydan yang tengah menodongkan pistol ke arah Kyla yang terikat di atas sebuah kursi. Setelah tadi ia baku hantam dengan para orang-orang suruhan Zydan, kini ia berhasil menemukan Kyla. Tapi bersama Zydan.

"Dendam?" Ujar Devan menatap Zydan dalam. Hingga tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya. Eh? "Cuma gara-gara Papa lo masuk penjara, lo mau balas dendam ke Kak Kyla?" Lanjut Devan setelah mendengarkan cerita dari Zydan. Zydan tersenyum sinis.

"Ya! Gara-gara hari itu cewek ini gak mau ke rumah gw dan malah putusin gw, Papa gw jadi masuk penjara! Dan lo tau siapa yang masukin Papa gw ke penjara? Frans! Bokapnya dia!" Balas Zydan dengan nada tinggi masih mengarahkan pistol nya ke arah Kyla yang kini hampir menangis.

"Bodoh! Papa lo masuk penjara karena kesalahannya sendiri!" Seru Devan jengah dengan tingkah Zydan.

"Lo diem!" Zydan mengalihkan pistolnya dari Kyla ke arah Devan. Devan terlihat tenang, meskipun dalam hatinya tersimpan ketakutan yang teramat.

"Kalo lo berani, lawan gw! Satu lawan satu!" Tantang Devan pada Zydan. Zydan menaikkan sebelah alisnya menatap Devan. Kemudian ia mengantungi pistol yang ia genggam ke dalam sakunya lalu berjalan ke arah Devan.

Devan bersiap memasang kuda-kuda. Zydan yang tadinya hanya berjalan mulai menambah kecepatan dan menyerang Devan dengan sebuah pukulan yang mengarah ke pelipis laki-laki itu. Devan menangkisnya dan balas menendang perut Zydan menggunakan lututnya.

Zydan terdorong mundur beberapa langkah. Devan tidak memberi kesempatan untuk Zydan, ia kembali maju dan menendang dagu Zydan hingga laki-laki itu tersungkur. Zydan berusaha bangkit namun Devan telah menarik kerah bajunya lalu memukul pipi laki-laki itu keras. Zydan kembali terjatuh ke lantai.

Laki-laki itu menendang Devan dengan kedua kakinya saat ingin mendekat. Zydan berdiri dan mengelap sudut bibirnya yang berdarah terkena pukulan Devan. Keduanya berhadapan. Sesekali Devan melirik ke arah Kyla.

"Cih!" Zydan meludahkan darah ke lantai. Ia menatap Devan tajam.

...

Kyla berhasil membuka ikatan pada tangannya diam-diam. Dua orang laki-laki di depannya masih saja saling baku hantam. Devan nampak kelelahan karena sebelumnya telah melawan banyak orang-orang Zydan.

Segera Kyla membuka ikatan yang mengikat kedua kakinya. Bingung. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Melihat pertarungan Devan dan Zydan sambil makan kacang? Yang benar saja. Ia harus melakukan sesuatu untuk membantu Devan. Sepertinya dua orang itu terlalu serius berkelahi sampai tidak menyadari ia telah bebas.

Kyla menemukan sebuah balok kayu yang lumayan besar tergeletak tidak jauh dari tempatnya. Gadis itu berlari untuk mengambil balok tersebut. Kyla berjalan mengendap di belakang Zydan yang tengah sibuk memukuli Devan.

Sekuat tenaga Kyla mengayunkan balok kayu tersebut ke belakang kepala Zydan.

Bukh! Bukh!

Berkali-kali Kyla memukul tengkuk Zydan menggunakan balok kayu yang dipegangnya.

"Argghh!!" Erang Zydan perlahan terjatuh dan kesakitan. Devan menatap Kyla terkejut. Sejak kapan gadis itu melepaskan ikatannya?

Kyla berjalan mendekati Devan. "Van, kamu gapapa kan?" Lirihnya memeluk erat Devan.

"Aku..-," Devan hendak membalas pelukan Kyla saat sudut matanya menangkap gerakan Zydan yang mengarahkan pistol ke arah Kyla.

Dor!

Sedetik sebelum timah panas itu menembus tubuh Kyla, Devan telah lebih dulu menarik tubuh Kyla dan membalikkannya. Devan menukar posisinya menjadi membelakangi Zydan sekarang dan membuat peluru Zydan menembus tubuhnya.

 Devan menukar posisinya menjadi membelakangi Zydan sekarang dan membuat peluru Zydan menembus tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Zydan yang memegang pistol perlahan melemah dan akhirnya laki-laki itu pingsan. Begitu juga Devan. Perlahan tubuhnya luruh ke lantai. Darahnya keluar begitu banyak hingga membuat lantai di sekitarnya berlumur banyak darah.

Kyla yang baru menyadari hal itu mengikuti Devan yang perlahan jatuh. "Dev?" Lirihnya memanggil Devan. Gadis itu memangku kepala Devan.

"K-kak," ucap Devan sedikit kesulitan.

"Kenapa? Kenapa kamu lakuin ini? Hiks.. kenapa kamu lindungin aku..? Hiks," tanya Kyla sambil menangis memeluk Devan yang kesadarannya mulai menipis. Ia tidak peduli meskipun sekarang bajunya telah terkena noda darah Devan.

"Egh.. En-entahlah, mungkin k-karena aku cinta sama Kakak," jawab Devan lirih sambil tersenyum ke arah Kyla yang kini sesenggukan. Perlahan laki-laki itu menutup matanya.

"Van! Devan!" Kyla menangis sesenggukan sambil menyerukan nama Devan meskipun tidak ada respon dari orang yang dipanggilnya itu.

"Angkat tangan! Polisi!" Sebuah Seruan terdengar di luar ruangan. Polisi datang bersama rombongan teman-teman Kyla.

Mereka semua menyerbu masuk. Para polisi segera menangkap Zydan dan anak buahnya. Para medis segera membawa Devan masuk ke dalam ambulans.

...

Kyla duduk dengan gusar di sebuah bangku panjang di depan ruangan Devan ditangani. Tidak ia hiraukan bajunya yang sekarang penuh dengan darah Devan yang telah mengering. Di samping Kyla ada Cindy dan Ariel yang tengah mengusap punggungnya untuk menenangkan. Fadly dan Jinan berdiri bersandar di samping pintu. Elaine duduk diapit oleh Eve dan Brielle. Okta pergi untuk mengurus administrasi. Terakhir Araz dan Zee yang tengah mencari minuman untuk mereka semua.

"Kyl! Lo ganti baju dulu gih! Ini gw ambilin di mobil," Araz menyodorkan sebuah baju kepada Kyla. Itu sebenarnya milik Eve. Tapi tadi Eve sendiri yang menyuruh Araz mengambil bajunya untuk Kyla ganti. Sedangkan Zee telah membagikan minuman dan makanan ringan yang tadi di belinya bersama Araz di minimarket.

Kyla hanya bungkam. Gadis itu sama sekali tidak merespon Araz.

"Kyl?" Ariel menepuk pundak Kyla. Namun hal itu masih kurang untuk mengembalikan kesadaran Kyla.

"Hasyakyla!" Seru Cindy di samping telinga Kyla.

"Sstt!!" Desis Jinan mendelik ke arah Cindy. Cindy memang tidak tahu tempat saat ingin berteriak.

Tapi sepertinya hal itu sedikit mempan untuk Kyla. Gadis itu mengerjap dan melihat tangan Araz yang masih terulur memegang sebuah baju di depannya. Kyla mendongak memandang Araz yang kini memasang muka kesal.

"Buruan ambil! Tangan gw capek nih!" Kesal Araz.

Kyla menggeleng. "Gak usah," ujarnya membuat Araz semakin kesal.

"Lo gak risih apa pake baju penuh darah kek gitu? Nanti malah lo yang sakit! Udah deh gak usah bawel! Buruan ganti!" Araz menyodorkan baju Eve pada Kyla.

"Ganti aja Kyl. Gw temenin," Ariel menarik tangan Kyla. Akhirnya gadis itu mau dan mengikuti langkah Ariel setelah mengambil baju dari tangan Araz.

Tbc :v

Kurang dikit lagi😋

Jadi ceritanya saya lupa kalo hari ini Senin:v kemarin juga baru pulang kampung dan langsung ketiduran sampe pagi😅

Semoga bisa mengisi waktu luang kalian meskipun ceritanya sangat absurd😅

Happy read😘

F

Mungkin? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang