Amukan boss Killer

1.3K 59 1
                                    

Hingga suatu hari ...
"Luna !!!!!" teriak Evan geram dari ruangan nya.

'Mati aku ... Kenapa lagi tuh si Killer?' batin Luna.

Cerita 60 menit sebelumnya!
Saat itu Wiily dan Luna sama-sama membawa beberapa berkas yang cukup banyak. Mereka terlihat lebih akrab satu sama lain. Terkadang sama-sama tertawa dan bersenda gurau.

"Hey Luna ... Harusnya kamu tidak perlu repot-repot bantuin aku. Aku bisa kok membawa berkas laporan ini sendiri," kata Willy yang merasa tidak enak.

"Gak apa, Kak. Kebetulan aja aku lagi ada di divisi ini. Jadi sekalian, lagipula kakak sudah sering menolongku. Jadi aku gak bisa gak ikut menolong Kak Willy," balas Luna dengan senyum manisnya.

"Eh iya, kalo aku perhatikan ... Kamu cukup sering ke divisi HRD. Ada apa sih? Mau ketemu Pak Reynaldi, ya?" goda Willy.

Mendengar itu, sontak Luna menjadi gugup. Karena nyatanya ia kesana untuk bertemu Kevin, dan melakukan pertemuan rahasia. Hehehe.

"Enggak, Kak. Aku memang senang pergi menjelajah," jawab Luna ngasal

'Whats? Menjelajah? Apa itu alasan yang tepat? Astaga, memangnya aku si Bolang?' runtuk Luna di dalam hatinya.

"Baiklah, aku percaya," kata Willy dengan senyum manisnya.

Luna pun membalas senyuman Willy. Willy memang gadis yang manis. Usianya terlampau lima tahun lebih tua dibanding Luna. Dan dia juga belum menikah.

Akhirnya, mereka pun sampai di ruang sekretaris Willy. Luna lalu membantu menyusun berkas itu di mejanya.

"Loh, apa ini, kak?" tanya Luna sembari melihat selembar kertas yang tertulis rapi. Tidak ada yang aneh, hanya saja ... Isinya adalah beberapa komposisi bahan makanan.

"Oh, itu ... Aku ingin mencoba belajar memasak, Lun. Sepertinya menyenangkan bisa masak makanan sendiri sepertimu."

Luna pun mengangguk seraya tersenyum. Ia kembali membaca

"Nasi kari? Ini sih enak banget, kak. Semoga sukses deh bikinnya."

"Makasih, oh ya ... Ini berkas laporan milikmu tadi. Jangan sampai ketinggalan. Bukankah sebentar lagi Evan akan ada rapat dengan kliennya?"

Mendengar itu, sontak Luna terperanjat kaget. Ia menjadi sedikit panik.

"Astaga, bagaimana bisa aku melupakannya. Makasih, kak. Kalau begitu, aku pergi dulu," balas Luna cepat.

Willy pun tersenyum melihat tingkah lucu Luna.

*******

Itulah cerita 60 menit sebelumnya. Dan sekarang, Luna sedang berdiri di depan meja Evan. Tatapan mata Evan yang tajam bagai elang sedang memburu mangsa, ditambah soundtrack film horor yang terus terngiang di kepalanya, seperti menambah kesan angker, makhluk yang ada di hadapannya itu. Siapa lagi kalau bukan Evan.

"Kamu tahu apa kesalahanmu?" tanya Evan dingin.

Luna kembali terdiam seraya berpikir.
'Terlalu cantik? Ah, tidak ... Kurasa bukan karena itu. Akan konyol jika memang seperti itu. Kecuali dia Kevin.' batinnya.

"KAMU TAHU, TIDAK?" tanya Evan. Kali ini dengan intonasi yang lebih tinggi.

Luna buru-buru menggelengkan kepalanya, "Ti -- tidak, Pak Evan."

Sesaat Evan mendengus kesal. Ia pun melemparkan berkas laporan ke hadapan Luna.

"Baca!!" perintah Evan cepat.

Luna segera mengangguk dan mengambil berkas laporan itu

"Lima butir bawang putih, sepuluh butir bawang merah? Lada atau merica secukupnya???"

My Possessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang