Luna menggulung sedikit ujung piyamanya. Matanya sesekali menengok ke kanan dan kiri. Terus mengawasi.
Entah hanya perasaannya, atau memang orang-orang di bandara itu mulai memperhatikan dirinya.Siapa juga yang tidak heran. Tampilan Luna memang jauh dari kata pantas. Sendal jepit, piyama dengan motif hello Kitty, no make up, benar-benar seperti orang yang memang baru bangun tidur.
Luna pun mempererat sweeternya. Setidaknya ia beruntung masih ada sweeter yang membantu menahannya dari rasa dingin AC di bandara.
Dan rasa minder itu bertambah karena saat ini ia berada di sebelah Evan. Tampilannya memang biasa saja, tapi ketika Evan mulai membuka kaca mata hitamnya, beberapa orang seperti mengagumi ketampanannya.
'Kenapa ia tidak membiarkan aku ganti baju? Atau minimal mandi. Seenaknya menyeret orang. Ini sungguh memalukan. Lihat sekarang? Ini bagai adegan drama Sang tuan dan upik abu.' Runtuk Luna.
Tiba-tiba, Evan menggenggam tangan Luna. Dan ia kembali sukses menjadi pusat perhatian. Apalagi kalau bukan oleh beberapa perempuan yang memang sedari tadi mencuri-curi perhatian pada Evan.
'Astaga ... Apa dia tidak menyadari atmosfer yang ada di sini? Jika ia terus menggenggam tanganku, drama ini akan berkembang. Tidak lagi menjadi, sang tuan dan upik abu, melainkan menjadi ... kemarahan para wanita serigala.' batin Luna sambil memperhatikan tampang para wanita itu
Luna berniat menarik tangannya dari genggaman Evan. Tapi Evan tidak membiarkannya.
"Hey ... Pak Evan, lepaskan tanganku! Apa bapak tidak memperhatikan, bahwa sekarang ini kita menjadi pusat perhatian?"
"Biar saja."
"Apa? Biar saja bagaimana??"
"Apa bapak tidak malu, bersebelahan denganku. Ah ... Seharusnya bapak tadi membiarkan aku mandi dulu. Ini memalukan," keluh Luna.
"Aku lebih suka penampilanmu yang sekarang."
Luna menoleh kaget mendengarnya.
"Kamu tahu Luna? Dengan penampilanmu yang seperti ini, tidak ada laki-laki lain yang melirikmu. Itu membuatku tenang. Karena jujur saja, aku benci ada laki-laki lain yang mengagumimu. Rasanya ingin kutusuk mata mereka. Aku hanya ingin kamu untukku seorang."
Luna menggeleng tak percaya, "Apa bapak lupa, bahwa aku ini sudah bertunangan. Dan kita ke sini, karena untuk perjalanan bisnis. Bukan begitu?"
"Aku tahu ... Tapi kamu bahkan belum menikah. Itu artinya, kamu masih bisa menjadi milikku."
Kali ini Luna memilih diam. Ia tahu, seberapa pun ia mencoba menjelaskan, Evan tak akan mau mengerti.
Evan dan Luna segera naik pesawat menuju bandara Sam Ratulangi. Jujur saja, ini pertama kalinya Luna pergi keluar kota. Dan naik pesawat adalah hal baru baginya. Sedikit rasa cemas mulai melanda. Evan yang sepertinya tahu, langsung menggenggam tangan Luna erat, berusaha memberi kekuatan padanya. Luna pun tersenyum.
Akhirnya mereka berdua sampai di bandara Sam Ratulangi Manado. Di sana Evan sudah menyewa mobil pribadi. Perjalanan di lanjutkan menuju dermaga Kuala Jengki. Disana sudah ada kapal Speedboat yang menunggu. Evan memandu Luna untuk naik ke kapal. Tapi karena kapal terus bergoyang, langkah Luna menjadi Gontai. Dan ia hampir terjatuh, jika Evan tidak menangkapnya.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Evan.
"Emm ... ya, terimakasih," balas Luna gugup. Jarak mereka terlalu dekat.
Di atas kapal, ternyata sudah ada banyak hidangan yang disajikan. Luna menelan ludah. Karena memang ia belum sarapan, akibat insiden penculikan tadi pagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boy
RomantikEvan Surya Atmadja adalah pria sukses. Kaya, Tampan, Pintar. Meski begitu, Evan juga seseorang yang arogan, angkuh, dan sombong. Hingga nasib mempertemukan dirinya dengan Luna. Gadis manis yang berperawakan ceria dan baik hati. Siapa sangka, Evan ju...