Pengantin pengganti

970 55 1
                                    

"Luna! Kevin sudah meninggalkanmu!"

Satu kalimat yang seperti memberi tamparan keras bagi Luna.
Luna terdiam, ia seperti menyadari sesuatu. Di tatapnya Evan dengan penuh kebencian.

"Kamu ... kamu yang membuat Kevin pergi, kan?"

"Apa??"

Tangan Luna mengepal, entah sejak kapan ia mulai membenci sosok dihadapannya itu.

"Selama ini, kamu memang tidak suka aku menikah dengan Kevin. Jadi kamu membuatnya pergi meninggalkan aku, ya kan?"

Evan tersenyum sinis mendengar semua dugaan Luna.

"Hentikan semua itu, Luna! Ayo kita pergi dari sini!"

"Enggak! Kenapa? Apa kamu malu aku membeberkan sikap posesifmu di hadapan banyak orang?"

Evan mendengus kesal dibuatnya, "Ya! Aku yang meminta Kevin pergi! Aku memberikannya sejumlah uang, dan beberapa ancaman agar ia mau meninggalkanmu! Apa kamu puas? Sekarang ayo kita pulang!"

Plaakk
Luna menampar keras pipi kiri Evan.

"Dasar manusia iblis! Tega sekali kamu berbuat seperti itu! Aku sangat membencimu, Evan!"

Evan memegang bekas tamparan Luna yang masih terasa panas. Sebuah senyum sinis terlihat di sudut bibirnya.

"Manusia iblis? Yaa ... terimakasih telah mengingatkanku, akan julukan yang pernah ibu tiriku berikan padaku," kata Evan sinis.

Mendengar kata ibu tirinya, Luna jadi merasa tak enak. Meski rasa marah itu masih ada. Tapi entah apa yang dipikirkannya, Evan langsung menggendong Luna dan membawanya pergi dari bandara itu. Tak peduli Luna terus-menerus meronta, tak peduli orang-orang mulai berpikiran jelek tentangnya. Evan langsung memasukkan Luna ke dalam mobilnya.

"Apa yang kamu lakukan? Sebenarnya kita mau kemana?" tanya Luna kesal

"Kemana lagi? Kamu harus pulang Luna! Aku tidak mau semua orang khawatir padamu! Sekarang cepat masuk!" kata Evan dengan nada yang lebih tegas.

Meski dongkol, sedih, marah, tapi Luna mau menuruti perintah Evan.
Apalagi? Tentu karena perkataan Evan ada benarnya. Ia pergi bahkan tanpa pamit pada orang rumah. Bukan hal aneh lagi, jika orang rumah mengkhawatirkannya.

******

Sesampainya di rumah, ibu Luna dan Lisa langsung menghampirinya. Mereka menatap cemas pada keduanya.

"Luna, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ibunya.

Luna terdiam di pelukan Lisa, adiknya. Evan menghela nafas panjang. Tampaknya ia lah yang harus memberi penjelasan.

"Kevin ... sudah pergi, Tante." Evan berusaha menjelaskan sesingkat mungkin.

"Apa maksudmu? Lalu, bagaimana dengan Pernikahannya?"

"Dengan sangat terpaksa, harus dibatalkan, Tante."

Seketika, tubuh ibunya Luna melemah. Evan buru-buru menghampirinya dan memegang lengannya, agar ibu Luna tidak terjatuh.

"Pernikahan ini bahkan kurang dari sepuluh menit lagi," kata ibunya Luna shock.

Baik Evan maupun Luna kini sama-sama terdiam.

"Astaga ... para tamu undangan, semua tetangga dan kerabat bahkan sudah hadir. Kesialan apa lagi yang Kau berikan, Tuhaaaan," runtuk Ibunya Luna.

Ia mulai menangis, mungkin karena resepsi yang gagal, atau ia mulai mengasihani nasib putrinya?

Luna tak kuasa untuk tak memeluk ibunya, dan ikut menangis bersamanya.

"Gak, gak bisa. Ibu tidak mau menanggung malu, Luna. Kamu harus tetap menikah!"

My Possessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang