Merasa sudah lebih baik, Evan melepas pelukan Luna.
"Sudah malam. Lebih baik kamu beristirahat, Luna."
"Baiklah, kamu juga. Hari ini pasti menjadi hari yang cukup berat untukmu."
"Tidak juga ... Karena sebagian besar keseharianku, telah kuhabiskan bersamamu. Itu adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupku."
Luna tersenyum mendengarnya. Ia pun memutuskan untuk segera masuk ke dalam. Tapi sebelum pintu di tutup, Evan ternyata ikut masuk dengannya.
"Lho? Ap -- apa yang kamu lakukan di sini?"
"Tentu saja untuk istirahat."
"Apa?? Jangan bilang kalau kita satu kamar."
"Jika kamu tidak menginginkannya, aku bisa tidur di sofa, dan kamu di tempat tidur."
"Hah? Yang benar saja! Kenapa aku harus satu resort denganmu?"
"Heh ... Bukankah kamu pernah bilang hidup itu penuh perjuangan? Di dunia ini tidak ada yang gratis. Anggap saja kamu menumpang di resortku."
"Apa??"
Tak ingin perdebatan berlanjut, Evan langsung pergi ke kamar mandi. Luna pun mencibir, melihat tingkah laku bosnya itu
'Kamu bahkan bisa membelikanku tas dengan harga selangit. Kenapa untuk menyewa Resort kamu hitung-hitungan? Menyebalkan sekali! Awas saja kalau kamu macam-macam!' batin Luna.
*****
Di tempat lain, Liana sedang mengobati luka memar pada Benny. Ia menahan kesal lantaran Evan yang telah memukuli anaknya itu sampai babak belur.
"Beraninya dia berbuat seperti itu padamu! Lihat .. wajahmu yang tampan, jadi seperti ini. Awas saja, mama tidak akan tinggal diam. Mama akan balas perlakuan si anak haram itu. Tapi siapa gadis itu? Mama merasa cukup familiar dengannya."
"Dia sekretaris Evan, mah."
"Begitu? Ya ... Mama ingat. Sepertinya anak haram itu cukup menyukainya."
"Bagaimana Mama tahu?"
"Mama bisa melihat dari gelagatnya, Ben. Baguslah, lebih cepat mereka menikah, lebih cepat perusahaan jatuh ke tanganmu. Mama tak menyangka, Mama pikir selera anak itu cukup tinggi, berkali-kali Mama mencoba menjodohkannya, dia tidak pernah mau. Siapa sangka, dia malah menyukai sekretaris rendahan seperti itu."
"Tidak boleh, Mah! Aku tidak menyetujuinya."
"Apa maksudmu, Ben?"
"Aku juga menyukai gadis itu."
"Apa???!" Liana dengan cepat mencubit-cubit lengan Benny gemas, "Awas saja kalau kamu berani menyukai gadis rendahan seperti itu!"
"Aduh -- Duh ampun, Mah!" sahut Benny sambil mengelus-elus tangannya.
"Mama kejam sekali!"Liana tak menjawab, ia lebih memilih meninggalkan anaknya itu.
******
Luna menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Sesekali ia mengintip di celah lubang kunci.
"Hey ... tidak perlu berlebihan seperti ini. Meski aku mau, aku tak akan melakukannya tanpa izin darimu," kata Evan sambil merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
Luna tentu mendengar suara Evan, meski ia berada di kamar yang terkunci.
"Aku pegang ucapanmu. Awas saja kalau kamu berani macam-macam padaku! Aku ini jago karate! Aku bahkan memiliki sabuk merah muda," teriak Luna dari dalam kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boy
RomanceEvan Surya Atmadja adalah pria sukses. Kaya, Tampan, Pintar. Meski begitu, Evan juga seseorang yang arogan, angkuh, dan sombong. Hingga nasib mempertemukan dirinya dengan Luna. Gadis manis yang berperawakan ceria dan baik hati. Siapa sangka, Evan ju...