Duel

964 49 0
                                        

Kevin mengangkat tangan Luna keatas. Dengan tangannya sendiri. Disitu Evan baru menyadari kesamaan model cincin yang melingkar pada tangan keduanya.

"Luna adalah tunanganku." lanjut Kevin.

"Apa? Tunangan??" tanya Evan tak percaya.

"Ya, dan sekitar dua bulan lagi ... Kami akan menikah. Jadi, tolong jangan mengganggunya." kata Kevin.

Luna tentu merasa terharu dengan apa yang dilakukan kevin. Sejak dulu, memang seperti ini, perlakuan yang membuat ia, begitu mencintai Kevin.

Namun hal itu berbeda dengan apa yang dirasakan Evan. Merasa apa yang menjadi miliknya akan direbut, ia tentu tak bisa menerimanya. Tatapan Evan seolah ingin menghabisi Kevin saat itu juga. Pikirannya seolah terbang jauh. Menembaknya dengan bertubi-tubi, melindasnya dengan tank baja, melemparnya ke jurang, atau hal lain yang bisa membuatnya segera pergi menjauh dari Luna. Ya ... Apapun itu!

Meski demikian, Evan berusaha menahan amarahnya. Di tatapnya Kevin dengan sorot mata tajam.

"Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi," ucap Evan.

"Apa maksudmu?" tanya Kevin.

Evan memperhatikan Kevin dari ujung kepala hingga ujung kaki. Setelan kemeja tanpa brand terkenal, celana bahan, serta sepatu pantofel yang terlihat bukan dari kulit asli.

"Kamu salah jika memilih bersaing denganku. Aku memiliki segalanya yang tidak kamu miliki," kata Evan dengan senyum sinisnya.

"Benarkah? Tapi Aku sudah mengenal Luna sejak lama. Aku tahu wanita seperti apa dia. Jadi ... Untuk kebaikan anda sendiri, lebih baik ... Segera lupakan Luna. Karena Ia adalah kekasihku." Kata Kevin yang kemudian segera membawa Luna pergi dari hadapan Evan.

Dongkol, jengkel, marah, seperti itulah yang dirasakan Evan. Meski begitu, ia tetap membiarkan mereka pergi. Kedua tangan Evan tetap terkepal seolah tak bisa menerimanya. Dan ketika Luna telah menghilang dari pandangannya, Evan segera meninju dinding di depannya.

Punggung tangan itu mulai mengucurkan setetes demi setetes darah.

"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Jika Luna akan menikah, maka ia akan menikah denganku. Karena Luna adalah milikku," kata Evan geram.

******

Sama seperti kejadian bersama Evan, kali ini Kevin terus menggandeng Luna di sepanjang jalan yang mereka lalui. Dan ia lagi-lagi mau tak mau, harus menjadi topik perbincangan di kalangan karyawan. Pertama ia di gosipkan memiliki hubungan dengan Pak Direktur. Tapi sekarang ... Ia digosipkan memiliki hubungan dengan seorang kepala bagian di divisi HRD.

Sungguh beruntung, kata sebagian dari mereka. Karena baik Kevin, juga Evan termasuk kalangan pria populer di kantor. Evan memiliki wajah tampan, kekuasaan dengan segala kemisterusannya, sedangkan Kevin si ganteng yang memiliki sifat lebih bersahabat dan banyak menjadi panutan di kantor.

Luna sesekali menutupi wajahnya karena malu. Ia selalu menjadi perhatian orang lain. Dan meski Luna terus berusaha melepas pegangan Kevin, tapi Kevin tak pernah mengizinkannya.

"Biarkan mereka tahu kamu kekasihku, Luna," kata Kevin.

Dan kemana sebenarnya mereka pergi? Ternyata Kevin mengajak Luna ke rooftop.

Mata Luna langsung terbelalak kaget. Rooftop yang biasanya hanya sebuah lapang kosong, kini di hiasi dengan balon-balon, dan bunga-bunga yang cantik serta berwarna-warni. Dan di tengah-tengah lahan itu, ada sebuah bangku taman dengan beberapa cupcakes di atas meja kecil di hadapannya.

"Kamu menyukainya?" tanya Kevin.

Saking senangnya, Luna sampai kehilangan kata-kata. Senyum lebar tampak menghiasi wajahnya yang cantik. Ia benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan Kevin padanya.

My Possessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang