Luna dengan semangat 45, sibuk menata sarapan di atas meja. Hari ini ia memang sengaja bangun lebih pagi demi membuatkan sarapan untuk suaminya. Setidaknya seperti itu lah kenyataannya yang harus ia terima. Luna dan Evan sepakat untuk memulai segalanya dari awal.
Tak lama, Evan turun dari lantai dua. Senyumnya merekah ketika melihat Luna masih sibuk berkutat di meja makan dan dapur. Dari jauh ia terus memperhatikan Luna. Bagai mimpi kini Luna bisa tinggal di bawah atap yang sama dengannya.
"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Evan.
Luna menggelengkan kepalanya, karena memang semua sudah tertata rapi di atas meja. Ia lalu melepas celemeknya.
"Ayo duduk, Van. Aku sudah membuat sarapan spesial pagi ini," kata Luna semangat.
"Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot, disini kita sudah memiliki koki tersendiri."
"Aku tahu, tapi bukankah dulu aku pernah berjanji untuk membuatkan makanan untukmu. Aku pikir sekaranglah waktunya."
Evan mengangguk mengerti, "Tapi apa nama makanan ini? Baru pertama kali aku melihatnya."
"Omurice. Nasi goreng spesial yang dibalut telur dadar. Aku tahu kamu tidak terlalu suka sayur. Jadi, sayurannya disembunyikan di dalam telur. Aku ingin kamu selalu sehat, dengan makan makanan yang bergizi, Van."
"Iya, ini enak sekali. Aku bahkan tidak merasakan sayuran di dalamnya. Kamu benar-benar pintar memasak," puji Evan.
Luna tersenyum senang mendengarnya. Ia lalu memberikan segelas susu hangat untuk Evan.
"Hari ini kamu tidak berangkat ke kantor?"
"Tidak, Mama tidak mengijinkan aku untuk datang lagi ke perusahaan. Apalagi, ditambah ia sudah mengumumkan pada seluruh karyawan kantor bahwa, Aku hanya seorang anak haram. Aku sedikit sungkan untuk kesana. Jadi ... aku akan mengerjakan semua tugasku di rumah."
"Benarkah?" Raut wajah Luna terlihat sedih.
"Ya ... sebenarnya aku pun sudah tak ingin menjabat sebagai direktur. Hanya saja beberapa dewan direksi tak setuju dengan pengunduran diriku. Apalagi jika yang menggantikannya Benny. Karena itu mereka terbagi menjadi dua kubu. Satu memihak wasiat papa, dan yang satu lagi memihak kelangsungan perusahaan, di bawah kepemimpinanku."
"Kamu harus tetap menjadi direktur, Van."
"Kenapa? Kamu takut aku akan menjadi miskin setelah keluar dari perusahaan itu? Tenang saja ... aku ...." belum sempat Evan meneruskan ucapannya, Luna memotongnya.
"Tidak, hanya saja ... kamu lebih cocok menjadi seorang direktur di perusahaan itu. Melihat dari passion serta kecakapanmu, ketika menghadapi Mr. Chen. Aku tahu, tidak ada yang lebih baik memimpin perusahaan, dibandingkan dirimu."
Evan tersenyum haru mendengarnya. Ia tak tahu bahwa selama ini Luna juga memperhatikannya.
"Jika menurutmu begitu, baiklah ... aku akan berusaha untuk tetap berada di posisiku."
"Aku akan membantumu."
"Membantu?"
"Ya, aku bisa jadi asistenmu. Dan kamu tidak perlu pusing dengan gajiku. Cukup beri aku makan tiga kali sehari."
Evan tertawa kecil mendengarnya. Ia tahu Luna selalu bisa menghibur hatinya.
*****
Dan rupanya, Luna memang tidak main-main, ia kembali ke perusahaan dan bekerja bersama Reynaldi dan Willy. Mengumpulkan serta menganalisis data. Rencananya mereka akan meluncurkan sebuah produk baru demi kenyamanan para traveler. Karena mereka memang bekerja di bidang perhotelan, yang memiliki banyak cabang, berikut resort di beberapa daerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boy
RomansaEvan Surya Atmadja adalah pria sukses. Kaya, Tampan, Pintar. Meski begitu, Evan juga seseorang yang arogan, angkuh, dan sombong. Hingga nasib mempertemukan dirinya dengan Luna. Gadis manis yang berperawakan ceria dan baik hati. Siapa sangka, Evan ju...