12

38 5 0
                                    

.
.
.
.


"Ada apa, Mike?"

"Jika kau sudah selesai dengan kekasihmu, datanglah ke rumah sakit karena Luis tertembak."

Kris bangkit dari posisi tidurnya, Ia langsung memutuskan sambungan teleponnya. Kris mengambil pistol yang tadi ia letakkan di atas meja, lalu menyimpannya di balik bajunya. Kris bergegas hendak pergi tanpa mengatakan apa-apa kepada Victoria.

Victoria menarik bagian belakang baju Kris. "Kau mau ke mana?"

Kris terlalu terbiasa pergi tanpa memberikan penjelasan apa pun, bahkan saat ia bersama Victoria seperti sekararang. Kris malah ingin pergi begitu saja, bayangkan siapa yang tidak akan kesal?

"Sepupuku tertembak, aku harus pergi ke rumah sakit."

"Aku ikut."

Victoria memberanikan diri mengatakan kalimat itu dan berharap Kris mengizinkannya, tapi Kris langsung menggelengkan kepalanya.

"Kris!"

Karena malas berdebat di situasi seperti ini, Kris pun meng iya kan keinginan Victoria. Keduanya pergi bersama ke rumah sakit.

.
.
.

Sesampainya di rumah sakit, mereka mendapati Mike sudah menunggu di depan ruang operasi. Terlihat ada beberapa orang berpakaian serba hitam, Mike melirik ke arah Victoria sebentar, lalu menatap Kris.

Tanpa pikir panjang Kris langsung menarik Mike untuk berbicara empat mata.

"Kau bilang akan menghadiri sebuah rapat, lalu bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Kris dengan tatapan tajam.

"Luis tidak bisa menghubungimu, dia lalu meneleponku, dan aku tidak ingin mengganggumu." Lagi, Mike melirik ke arah Victoria sebentar. Mike masih tidak menyangka Kris akan membawa wanita bernama Victoria itu ke rumah sakit.

"Apa kau gila, Mike? Seharusnya kau memberitahu hal itu kepadaku, aku sudah memintamu untuk tidak terlibat, aku memintamu tetap tidak terlihat." Kris merendahkan suaranya seraya mencengkram kerah Mike.

"Aku tidak bisa menahan diriku, Kris. Kau tahu siapa yang menembak Luis?" Mike sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Siapa?" tanya Kris.

"Erik, dan–" Ada keraguan dari Mike untuk melanjutkan ucapannya.

"Dan?" Kris menunggu Mike untuk menyempurnakan kalimatnya.

"Dia mengetahui tentang anak itu."

Ucapan Mike bagai sambaran petir di telinga Kris.

Kris mengira dengan berhasil membunuh seseorang yang mengetahui tentang keluarganya semua masalahnya akan selesai, tapi ternyata masalahnya baru saja dimulai.

Mike menahan tubuh Kris.

"Kau mau ke mana?" Mike bertanya dengan jawaban yang sebenarnya sudah ia ketahui.

"Aku harus mencari Erik, lalu melenyapkannya," jawab Kris dengan pemikiran pendeknya.

"Kau pikir Erik sama gegabahnya seperti paman yang bisa kau hadapi seorang diri? Dia memiliki dendam padamu, dan orang yang memiliki dendam cenderung memiliki rencana yang sudah diatur dengan sangat baik, dan dia adalah temanmu di kelas menembak. Sekali lagi kau harus berhadapan dengan orang yang mengenal baik dirimu." Mike menepuk pundak Kris, memintanya untuk berpikir jernih sebelum melakukan sesuatu.

Darah Berlian✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang