31

23 3 0
                                    


.
.
.
.

Sebuah tepukan menyadarkan Romeo dari lamunannya, entah apa yang sedang Romeo pikirkan hingga ia tidak menyadari kedatangan Dylan.

Mata Romeo nampak sedang mencari-cari membuat Dylan mengerutkan keningnya.

"Lusi tidak bersamamu?"

Pertanyaan Romeo membuat Dylan mencondongkan kepalanya ke dalam kelas untuk mencari sosok Lusi, ia pun melihat jam tangannya.

"Apa dia belum datang?"

Romeo menganggukkan kepalanya.

"Tumben sekali." Dylan masuk, lalu meletakkan tasnya di bangku.

"Apa dia sakit?" Terdengar kekhawatiran dari ucapan Romeo.

Dylan tertawa, ia sangat tahu kalau orang di hadapannya itu sangat mencintai Lusi.

"Atau jangan-jangan Lusi sedang diganggu oleh Petrik dan Samuel."

Ucapan Romeo sukses membuat Dylan terperanjat.

"Ayo kita cari mereka."

Keduanya pun keluar kelas untuk mencari Samuel dan kawan kawan.

.
.

"Ada apa, Dylan?" Samuel yang sedang berkumpul dengan teman-temannya dibuat bingung saat Dylan dan Romeo menghampiri mereka, pasalnya ia tidak merasa mengganggu apa pun yang berhubungan dengan Dylan.

"Apa kalian melihat Lusi?" tanya Dylan menatap curiga.

Samuel dan kawan-kawan kompak menggelengkan kepalanya.

"Apa kalian yakin?" Tentu saja Dylan tak langsung percaya begitu saja.

"Sumpah demi apa pun, Dylan. Kami tidak melihatnya. Dari tadi kami berkumpul di sini," ucap Petrik meyakinkan Dylan.

"Sepertinya mereka memang tidak melihat Lusi, mungkin Lusi tidak masuk sekolah hari ini." Romeo yang dari tadi hanya diam akhirnya buka suara.

Keduanya pun pergi dari hadapan Samuel dan kawan-kawan tanpa mengucapkan maaf, terimakasih atau pun salam perpisahan lainnya.

.

"Kalau kau khawatir kau bisa ke rumahnya setelah pulang sekolah." Dylan memberikan saran untuk Romeo karena melihat Romeo yang seperti kehilangan semangat hidup.

"Apa boleh?" tanya Romeo ragu-ragu.

"Apa di depan rumah Lusi ada tulisan Romeo dilarang bertamu?" Bukannya menjawab, Dylan malah melempar sebuah pertanyaan konyol.

"Mana aku tahu, aku tidak pernah ke rumahnya," sahut Romeo berwajah murung.

"Serius?" Dylan terlihat tidak percaya, dan entah kenapa itu malah membuat Romeo kesal.

"Bukannya selama ini dia selalu pulang bersamamu dan rumah kalian memang berdekatan kan, jadi mungkin hanya kau saja yang tahu di mana rumah Lusi. Lagi pula sepertinya Lusi hanya peduli kepadamu." Terdengar nada kecumburuan dari kalimat yang Romeo sampaikan.

"Lalu apa kau cemburu padaku? Bukankah kau melihat dengan mata kepalamu sendiri bahwa aku selalu memberi ruang untuk kalian berdua. Aku selalu memberikan jalan agar kau bisa mendekati Lusi, aku selalu berusaha agar kau bisa mendapatkan hatinya, tapi nyatanya kau malah mendekati perempuan lain." Kali ini malah Dylan yang terlihat kesal, ia tidak suka dengan ucapan Romeo yang seperti menyudutkannya.

"Itu karena aku merasa selalu diabaikan olehnya, dia tidak melihat ke arahku." Romeo membela diri karena ia memang merasa usahanya selama ini seperti tidak dianggap.

Darah Berlian✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang