28

28 5 0
                                    

.
.
.
.

Lea memasukkan bumbu yang sudah dihaluskan ke dalam minyak yang sudah panas di wajan, ia aduk-aduk agar masaknya merata. Sambil menunggu bumbunya, Lea beralih pada sayuran di dekatnya, ia mulai memotong-motong sayuran tersebut, tapi karena tidak hati-hati tangan Lea terkena pisau yang ia gunakan untuk memotong sayur. Lea tidak fokus, ditambah kata-kata Mike masih terngiang-ngiang di kepalanya.

Tanpa diduga-duga Mike langsung meraih tangan Lea, Lea kaget pasalnya ia merasa seorang diri di dalam dapur.

"Bibi, jarimu berdarah."

"Hanya luka kecil," jawab Lea seraya menarik tangannya, tapi ditahan oleh Mike.

"Jangan dibiarkan nanti infeksi." Mike lalu menghisap darah yang keluar dari jari Lea.

Bau gosong tiba-tiba tercium. Lea langsung menarik tangannya, ia buru-buru mematikan kompor. Karena terburu-buru, ia malah mengangkat wajan panas dengan tangan kosong.

"Aaa!" teriak Lea dan melepaskan wajan panas tersebut, tangan Lea pun langsung melepuh.

Mike memutar air keran dan membiarkan tangan Lea yang melepuh dialiri air.

"Tunggu sebentar, Bi."

Mike keluar dari dapur dan tak beberapa lama kemudian ia kembali dengan kotak obat di tangannya.

Mike mematikan air keran. Lea mengarutkan keningnya menahan sakit karena tangannya yang melepuh.
Mike membuka kotak obat, ia mengambil obat merah lalu melumurinya ke tangan Lea yang melepuh, kemudia Mike mengambil perban.

"Apa yang sedang Bibi pikirkan sehingga Bibi tidak fokus seperti ini?" tanya Mike seraya memutar perban di tangan Lea.

Bukannya menjawab, Lea malah menatap Mike.

"Kau mengobati luka di tanganku, tapi kau yang membuat luka di hatiku karena ucapanmu," batin Lea.

Karena merasa tidak direspon, Mike pun mendongakkan kepalanya.

"Bibi.."

"Astaga! Aku harus menjemput Dylan." Lea terperanjat saat melihat jam dinding.

"Bibi tidak bisa menyetir dengan tangan seperti ini." Mike masih setia menopang tangan Lea. "Aku akan menyuruh Peter untuk menjemputnya."

Mike mengambil ponsel dengan tangan kirinya, ia pun menghubungi Peter, tapi ponsel Peter tidak aktif. Mike menelusuri kontaknya mencari nama lain, ia menatap Lea sebentar sebelum ia meggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Jemput Dylan di sekolahnya."

Mike pun mengakhiri panggilannya.

"Bagaimana ini, aku tidak bisa memasak untuk Dylan." Lea menatap tangannya yang sudah dihiasi perban.

"Biarkan pelayan di sini yang memasak, Bi." Mike memberi saran.

"Dylan tidak akan suka," sahut Lea dengan raut sedih.

"Bibi bisa mendampingi pelayan di sini untuk memasak dan mengatakan secara detail apa yang harus mereka lakukan," ucap Mike, ia tidak ingin tangan bibinya semakin parah jika dipaksa tetap memasak.

Lea nampak memikirkan saran yang diberikan Mike.

"Baiklah," jawabnya setuju.

.
.
.

Baru saja Kris keluar dari mobilnya, ia langsung menjadi pusat perhatian para siswa dan siswi yang berhamburan keluar gerbang untuk pulang.

Kris membuka kaca mata hitam yang bertengger indah di hidung mancungnya, ia mulai memperhatikan siswa-siswa yang keluar.

Darah Berlian✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang