.
.
.DOR!
DOR!
DOR!
Ketiga tembakan Kris semuanya berhasil mengenai sasaran.
DOR!
Botol terakhir pun hancur terkena tembakan dari Kris.
Prok
Prok
Prok
Sebuah tepuk tangan diberikan Mike sebagai pujian untuk Kris. Keahlian menembak saudaranya itu memang patut diacungi jempol, dan sampai kapan pun Mike tidak akan pernah mampu menandinginya.
"Kau tidak ke kantor?" Kris bertanya seraya mengisi amunisi ke dalam senapannya.
"Hari ini aku biarkan Peter mengambil alih kantor," jawab Mike dengan santai.
"Kau sakit?" Kris memeriksa kening Mike.
Walaupun Kris terlihat acuh tak acuh dan terkesan kejam, tapi sebenarnya ia adalah orang yang sangat peduli dan sangat sayang kepada saudaranya. Hanya saja mungkin dua hal itu akan sangat konyol bila terlalu Kris perlihatkan.
"Aku hanya sedikit lelah." Mike menepis tangan Kris di keningnya.
"Mau kupanggilkan dokter?" tawar Kris sekaligus menggoda adiknya.
"Jangan berlebihan, aku tidak apa-apa. Lagi pula yang lebih membutuhkan dokter itu dirimu sendiri," jawab Mike dengan wajah kesal.
"Aku tidak sakit."
"Dokter kejiwaan maksudku hahaha," Tawa Mike pecah.
Ucapan Mike itu pun sukses mendapatkan tatapan tajam dari Kris. Jika saja Mike bukan adiknya, mungkin sekarang Mike sudah tewas karena telah mengejek seorang Kris.
"Pergi dari hadapanku sebelum aku benar-benar meledakkan kepalamu," usir Kris begitu galak.
Bukannya takut, lagi-lagi Mike malah tertawa mendengar ucapan Kris.
"Sana pergi, sebaiknya kau istirahat dan jangan menggangguku." Lagi, Kris berucap dengan nada mengusir, tapi niatnya agar adiknya itu beristirahat.
"Maaf mengganggu anda, Tuan."
"Ada apa?" tanya Kris.
"Nona Victoria ada di luar," jawab sang pelayan.
Kris langsung meletakkan senapan yang sedang ia pegang, lalu mengambil pistolnya yang kemudian ia simpan di balik bajunya.
"Sepertinya dia senang bertamu ke rumah ini, Kris," ledek Mike sambil menahan tawa.
"Diam kau!" tegur Kris lalu pergi untuk menemui Victoria.
.
."Victoria."
Kris memeluk lalu mengecup singkat bibir Victoria.
"Aku meneleponmu, tapi nomormu tidak aktif," ucap Victoria mempoutkan bibirnyw.
"Aku mengganti nomor teleponku."
Kris melonggarkan pelukannya."Ini sudah ke berapa kalinya kau mengganti nomormu, Kris."
Victoria mendengus kesal."Yang penting bukan diriku yang berganti wajah," sahut Kris sukses membuat Victoria tersenyum.
Tak beberapa lama kemudian, seorang pelayan datang membawa minuman dan cemilan.
"Kenapa kau tidak bekerja hari ini? Bukannya kau baru saja mendapatkan pekerjaan itu," tanya Kris sedikit penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Berlian✔
Fiksi UmumKris, Mike, dan Dylan adalah tiga bersaudara. Dylan terpisah dengan kedua saudaranya karena suatu kejadian yang terjadi di malam pesta ulang tahun. Dylan diculik oleh bibinya sendiri yang bernama Lea. Kris dan Mike selalu berusaha mendapatkan Dylan...