.
.
.
."Romeooooo!!!" pekik Lusi saat melihat teman sekelasnya yang baru saja datang.
Romeo tertawa dan sangat senang melihat reaksi Lusi akan kedatangannya.
"Aku merindukanmu," ucap Lusi dengan begitu ceria.
Kalimat sederhana itu merupakan kalimat yang sangat berarti bagi Romeo, walaupun Lusi mengucapkannya tanpa perasaan apa pun.
"Benarkah?"
"Tentu saja, ngomong-ngomong bagaimana keadaan Paris? Apa benar-benar indah seperti yang orang-orang katakan?" tanya Lusi begitu antusias.
"Iya benar, kota Paris memang sangat indah. Kau harus ke sana melihatnya secara langsung," jawab Romeo menggoda Lusi.
"Mudah sekali kau memintaku pergi ke sana, apa kau bersedia membayar biayanya?" balas Lusi mempoutkan bibirnya.
"Hahaha aku tidak bisa mengatakan iya untuk hal itu," sahut Romeo tertawa.
"Ngomong-ngomong apa kau membawakanku oleh-oleh dari Paris?" tanya Lusi seraya memain-mainkan alisnya.
"Tentu saja." Romeo langsung membuka tasnya dan mencari oleh-oleh yang ia maksud.
"Tadaaa." Romeo memperlihatkan miniatur menara eiffel kepada Lusi.
"Kau yakin ini oleh-oleh dari Paris? Jangan-jangan kau membelinya di sini." Lusi menatap miniatur tersebut penuh kecurigaan.
"Ini berbeda dengan yang dijual di sini, Lusi. Warna emasnya karena memang dilapisi oleh emas sungguhan dan aku mempunyai sertifikat miniatur ini." Penjelasan Romeo sukses membuat Lusi ternganga.
"Ja–jadi miniatur ini dilapisi emas?" ulang Lusi masih tidak percaya.
Romeo menganggukan kepalanya.
"Dan ini benar-benar untukku, kan?" tanya Lusi memastikan.
"Iyaaa," jawab Romeo seraya tertawa, ia menyerahkan miniatur menara itu kepada Lusi.
"Oh~~ hanya Lusi yang diberikan oleh-oleh dan aku tidak."
Mendengar suara yang tidak asing, Romeo pun membalikkan badannya ke arah pintu kelas.
"Kemarilah bodoh, aku ingin memukul kepalamu," ucap Romeo tertawa.
"JANGAN!" cegah Lusi cepat dan membuat Romeo terkejut.
"Aku hanya bercanda, Lusi," sahut Romeo dengan wajah bingung.
Lusi pun menutup mulutnya dengan tangan seraya menatap Dylan yang mendekat ke arahnya.
Dylan langsung merangkul bahu Romeo.
"Bagaimana kabar wanita-wanita di sana?" tanya Dylan sukses mendapatkan tatapan horor dari Lusi.
"Wanita-wanita di sana sungguh cantik, aku hampir saja lupa jalan pulang karenanya."
"Berlebihan," gumam Lusi.
"Kau cemburu, Lusi?" goda Dylan sambil memain-mainkan alisnya.
"Mana mungkin dia cemburu," jawab Romeo tertawa.
"Lalu oleh-oleh untukku mana?" pinta Dylan mengalihkan topik.
"Ini untukmu." Romeo memberikan miniatur menara eiffel berwarna silver.
"Punya Lusi berlapis emas dan punyamu berlapis perak," jelas Romeo sebelum Dylan mengoceh.
"Bukankah ini barang limited edision," tebak Dylan sambil menatap miniaturnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Berlian✔
General FictionKris, Mike, dan Dylan adalah tiga bersaudara. Dylan terpisah dengan kedua saudaranya karena suatu kejadian yang terjadi di malam pesta ulang tahun. Dylan diculik oleh bibinya sendiri yang bernama Lea. Kris dan Mike selalu berusaha mendapatkan Dylan...