10

49 5 0
                                    

.
.
.
.

Waktu berjalan dengan cepat, dan akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi. Satu per satu para siswa dan siswi berhamburan ke luar kelas.

Dylan, Romeo dan Lusi berjalan menuju lapangan. Sesampainya di lapangan, mereka mendapati Samuel dan Patrik sudah menunggu dengan bola basket di tangan mereka.

Lusi memilih duduk di bangku penonton.

Petrik melempar bola ke arah Dylan yang dengan sigap ditangkap oleh Dylan

"Permainan singkat, 2 lawan 2, siapa yang lebih dulu mendapat 5 point, dia menang," ucap Samuel seolah ingin sekali mempecundangi Dylan.

Dylan melempar bola ke arah Petrik, membiarkan Petrik membawa bola terlebih dahulu. Petrik mulai men-drible bola di tangannya, ia melemparkan bola kepada Samuel, Samuel dengan mudah memasukkan bola ke dalam ring.

Skor sementara 1-0, Dylan tertinggal.

Romeo menguasai bola, ia di bayang-bayangi oleh Samuel, Samuel berhasil merebut bola dari Romeo. Samuel membawa bola mendekat ke ring, tapi Dylan dengan sigap menghalangi Samuel dan mampu merebut bola dari tangan Samuel.

Dylan men-drible bolanya, Petrik coba merebut bola, tapi Dylan berhasil mempertahankan bola, dengan mudahnya Dylan melakukan tembakan 3 point.

"Assah!" seru Romeo.

Petrik melempar bola ke arah Samuel, tapi tidak disangka-sangka Romeo yang ada di belakang Samuel berhasil merebut bola. Romeo melemparkan bola ke arah Dylan, Dylan men-drible sebentar lalu memberikan lagi bola di tangannya kepada Romeo, Romeo menangkap bola lalu memasukkannya ke dalam ring.

Skor 1-4, Samuel tertinggal.

Dylan dan Romeo melakukan hight five.

Samuel men-drible bola, Romeo terus saja berusaha merebut bola, sedangkan Dylan terus menghalangi Petrik.

Samuel menyikut perut Romeo dengan tangan kirinya, membuat Romeo terjatuh. Melihat hal itu Dylan pun ingin menghampiri Romeo, tapi Petrik menghalangi kaki Dylan, lalu dengan sengaja Samuel melempar bola ke arah Dylan. Dalam keadaan tidak siap, Dylan tidak bisa menangkap atau pun menepis bola yang datang ke arahnya, bola itu pun menghantam tepat di kepala Dylan.

"DYLAN!" pekik Lusi yang langsung turun dari kursi penonton untuk menghampiri Dylan.

Dylan memegangi kepalanya yang terkena hantaman bola.

"Apa yang kau lakukan, hah!" Lusi langsung emosi melihat apa yang dilakukan Samuel.

"Aku tidak sengaja." Dengan santainya Samuel menjawab dan membuat Lusi semakin geram.

"KAU SENGAJA!" teriak Lusi, rasanya ia ingin menarik rambut Samuel hingga botak.

"Lusi sudah-sudah," lerai Romeo agar tidak terjadi perkelahian yang tidak sepadan.

"Dylan, kau tidak apa-apa?" tanya Romeo.

Dylan mengangguk.

"Sepertinya pertandingan ini tidak seru. Ayo kita pulang, Samuel." Senyum licik Petrik membuktikan bahwa semua ini sudah direncanakan.

Lusi terlihat mengepalkan tangannya.

"Dan kau, Lusi. Jangan berlebihan, dia tidak akan mati hanya karena terkena bola," sambung Petrik, sempat-sempatnya ia menyolek dagu Lusi.

Dylan terus menunduk diam seraya memegangi kepalanya yang dirasa sangat sakit.

"Kita impas, Dylan," bisik Petrik lalu pergi bersama Samuel.

Darah Berlian✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang