34

20 2 0
                                    

.
.
.
.

Sudah seminggu pasca operasi, tapi Dylan belum juga sadar, ia masih koma. Berbagai alat medis juga masih banyak melekat di tubuh Dylan. Itulah yang membuat Lea masih belum tenang karena kemungkinan terburuk pun masih bisa terjadi pada anak kesayangannya itu.

Lea memperhatikan sekitarnya, dilihatnya Mike yang tengah tertidur di sofa, wajah Mike juga terlihat lelah karena semalaman menggantikan Lea menjaga Dylan.

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka menampakkan sosok Lusi dan seorang temannya, mereka berdua masuk dengan membawa berbagai plastik berisi makanan di tangan mereka.

"Bibi.." sapa Lusi.

Lea menyambut keduanya dengan senyuman.

Lusi meletakkan barang-barang yang ia bawa ke atas meja. "Bagaimana keadaan Dylan, Bi?"

"Belum ada kemajuan, Sayang," jawab Lea. "Ngomong-ngomong siapa si tampan ini?"

"Aku Romeo, teman sekelas Dylan dan Lusi, Bi." Romeo memperkenalkan dirinya.

Lea hanya ber oh ria saat Romeo memperkenalkan dirinya.

Romeo menatap Dylan yang tidak sadarkan diri. Aneh rasanya melihat temannya yang biasa aktif dan konyol sekarang malah terbaring tak berdaya. Jujur saja Romeo merasa rindu dengan sosok temannya itu dan ia berharap Dylan cepat sadar agar bisa bermain basket lagi dengannya.

"Kau merindukannya, Romeo?" tanya Lusi yang sadar dengan tatapan Romeo.

"Jujur saja, iya," jawab Romeo sedih.

Lusi tersenyum, jika Romeo saja rindu lalu bagaimana dengan dirinya yang sudah bersama dengan Dylan dari kecil, Lusi memalingkan wajanya.

Romeo sangat tahu kalau Lusi juga sangat merindukan Dylan, ia pun mendekati Lusi dan menyeka air mata Lusi.

"Bibi mau apel?" tawar Lusi, mengalihkan topik dan perhatiannya.

Lea terlihat mengangguk. Lea merasa sedikit terhibur dengan kedatangan Lusi dan Romeo.

"Bi, apa yang sedang tidur di sofa itu juga saudaranya Dylan?" tanya Lusi, matanya memang tidak bisa mengabaikan pria tampan.

"Iya, Sayang."

"Tampan sekali, Bi,"

Ucapan Lusi membuat Romeo menyenggol lengan Lusi.

"Kenapa? Memang kenyataannya kan dia tampan," ucap Lusi sangat berterus terang.

"Bisa tidak jangan memuji laki-laki lain di hadapanku," bisik Romeo, rupanya ia dirundung kecemburuan karena Lusi memuji ketampan Mike di hadapannya.

"Kau cemburu?" tanya Lusi yang jelas-jelas jawabannya sudah terpampang nyata di wajah Romeo.

Lea pun dibuat tersenyum oleh interaksi keduanya, satu hal yang ia ketahui bahwa keduanya memiliki sebuah hubungan yang lebih dari sekedar teman biasa. Lea kembali memperhatikan Dylan.

"Cepatlah bangun, Sayang. Apa kau tidak ingin bercanda dengan kedua temanmu itu," batin Lea.

Tanpa mereka ketahui, Mike yang sedang tidur di sofa sebenarnya sudah bangun dari tadi, ia juga mendengar saat Lusi memuji ketampanannya.

Dari tempatnya tidur, Mike dapat melihat kesedihan dari wajah bibinya setiap kali perhatian bibinya itu tertuju pada Dylan.

Mike akhirnya bangun dari posisi tidurnya, membuat Lusi dan Romeo sedikit terkejut.

"Apa kami terlalu berisik sampai-sampai kau terbangun?" tanya Lusi tanpa rasa canggung sedikit pun.

"Iya kalian berisik sekali, bisa-bisa Dylan bangun dari koma karena ulah kalian," canda Mike, ia bangkit lalu mendekati bibinya. Tak lupa Mike mengambil sepotong apel lalu memakannya.

Darah Berlian✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang