Part 22

3.9K 109 4
                                    

Melati, gadis cilik yang sangat ceria kini hanya bisa terbaring tidak sadarkan diri di dalam ruang ICU. Wajahnya sangat pucat dan kondisinya masih sangat kritis. Melihat gadis cilik yang malang itu, membuat Rangga tidak kuasa menahan kegelisahan dan rasa takutnya. Melati adalah salah satu anak panti asuhan milik Rangga yang memang telah lama mengidap suatu penyakit. Penyakit yang bisa merebut nyawanya kapan saja.

Mungkin terlalu sadis jika mengingat gadis cilik secantik dan seceria Melati harus mengidap menyakit mematikan seperti yang di deritanya saat ini.

Melati telah lama di diagnosis mengidap penyakit kanker otak. Mendengar kata kanker saja sudah cukup membuat orang dewasa ketakutan setengah mati. Di tambah lagi kanker yang menyerang pusat sistem saraf yaitu otak.

Kanker otak, penyakit yang terus menghantui Melati di masa kecilnya. Masa yang seharusnya diselimuti kebahagiaan dan keceriaan, tapi malah harus selimuti bayang-bayang menakutkan dan rasa sakit yang luar biasa.

Rangga terus memandangi Melati yang kini nampak sangat tidak berdaya. Pemandangan yang tentu mengiris-iris hati Rangga. Dia berharap anak itu bisa cepat sadar dan berhasil melewati masa kritisnya.

Rangga terus berusaha melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Melati. Dalam segala tindakannya, dia selalu melakukannya dengan sangat hati-hati. Dia tidak ingin melakukan kesalahan sekecil apapun yang bisa saja membahayakan nyawa anak itu.

Rangga meraih tangan Melati dan menggenggamnya. Dia memandang tangan mungil anak itu sambil berucap pelan "Pak dokter yakin, Melati pasti bisa sembuh, Melati anak yang sangat kuat. Melati harus sembuh....harus"

Setelah selesai memastikan keadaan anak itu, Rangga keluar untuk menemui Maria. Dia pasti sangat gelisah.

"Dokter... Bagaimana keadaan melati dok?" Maria yang sedari tadi hanya bisa menunggu di luar dengan perasaan yang bercampur aduk, cemas, gelisah dan rasa takut yang luar biasa kini langsung menghampiri Rangga saat Rangga keluar dari ruang ICU.

Raut wajah yang di nampakkan Rangga membuat Maria semakin cemas, pasti telah terjadi sesuatu yang buruk lagi dengan kondisi anak itu.

"Dok, Melati baik-baik saja kan? Melati nggak kenapa-kenapa kan?" ucap Maria panik.

Melihat Maria yang nampak sangat khawatir, membuat Rangga tidak tega. Dia harus bersikap tenang supaya Maria tidak semakin cemas.

"Kita doakan saja semoga Melati baik-baik saja. Saya yakin dia pasti bisa melawan penyakitnya. Melati anak yang kuat. Saya percaya itu" balas Rangga.

Maria tidak kuasa lagi menahan air matanya dan mengalir deras di kedua pipinya. Perasaan takut dan khawatir dengan kondisi Melati terus saja membayanginya. Maria sangat menyayangi Melati, dia adalah orang yang telah mendidik dan merawat Melati sejak anak itu masih sangat kecil. Maria menyayangi anak itu layaknya seorang ibu yang sayang kepada anaknya. Jika terjadi sesuatu yang buruk dengan anak itu, maka Maria lah orang pertama yang akan merasa sangat terpukul.

"Kamu jangan khawatir, saya yang akan mengurus Melati. Kamu pulang saja. Biar saya saja yang menemaninya"

"Nggak dok, saya mau menemani Melati di sini dok, saya.." ucap Maria terpotong.

"Kamu masih punya tanggung jawab lain, anak-anak pasti sedang menunggu kamu di sana. Jangan membuat mereka cemas" ucap Rangga berusaha menangkan.

"Tapi dok.."

"Ini, kamu pulang naik mobil saya saja" ucap Rangga sambil memberikan kunci mobilnya ke Maria.

Dengan berat hati Maria menuruti permintaan Rangga dan mengambil kunci mobil yang di berikan pria itu. Benar yang di katakan Rangga, dia masih punya tanggung jawab besar. Anak-anak yang lain pasti sudah menunggunya dengan cemas. Mereka juga pasti sangat khawatir dengan saudari mereka Melati.

MY ICE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang