⚫COLD LUNA (3)⚫

10.8K 714 7
                                    

"Kau dari mana saja?" Terdengar suara bariton dari arah belakang Alena.

Alena berbalik dan mendapati Dimitri berdiri di belakangnya dengan raut wajah khawatir.

"Eum, aku da...dari perpustakaan." Ucap Alena terbata-bata.

"Kenapa lama sekali? Sudah dapat bukunya? Lalu kenapa suaramu gugup seperti itu?" Tanya Dimitri beruntun dengan mata yang memicing curiga.

"Astaga Dimitri pertanyaanmu banyak sekali, baiklah aku jawab satu persatu." Ucap Alena yang kini sudah mulai menguasai suaranya kembali.

"Jadi tadi ada sedikit insiden di perpustakaan, lalu aku tak mendapatkan buku yang kucari, dan aku tidak kenapa-napa." Ucap Alena panjang lebar.

Mata Dimitri yang tadinya memicing curiga akhirnya berubah menjadi berbinar seperti biasanya.

"Baiklah kalau begitu, mari kita makan! Sebentar lagi kita masih ada kelas, lagi pula aku takut makanannya akan dingin." Ucap Dimitri riang sambil merangkul pundak Alena.

Entah perasaan Alena saja atau memang benar, Alena merasa bahwa ada seseorang yang menatapnya tajam sampai membuat punggungnya terasa panas.

Alena hanya memandang Dimitri yang terlihat antusias itu dengan senyuman lebar.

Bagaimana tidak ekspresi Dimitri saat ini terlihat sangat menggemaskan, dengan bibir yang menyunggingkan senyum riang serta mata birunya yang berbinar-binar bak anak kecil pasti Dimitri akan dinobatkan sebagai vampire terimut di dunia.

Dengan ekspresi seperti itu, siapa yang tidak terpesona pada Dimitri?

Banyak para mahasiswi yang terpana melihat Dimitri, bahkan Dimitri menjadi mahasiswa populer saat ia pertama masuk kuliah.

Dan tak sedikit pula mahasiswa yang iri dengan ketampanan yang dimiliki Dimitri.

Mereka duduk di tempat yang sudah Dimitri siapkan, dan mulai memakan makanan mereka.

Baru saja Alena ingin menyendokkan makanannya, tiba-tiba ia merasa ada yang mengawasinya membuat Alena sedikit tidak nyaman.

Alena mengedarkan pandangannya ke arah sekitar dan menemukan sepasang mata biru kehijauan sedang mengawasinya.

Mata biru kehijauan milik lelaki yang menolongnya tadi, lelaki yang membuatnya merasa terikat dan lelaki yang terlihat sangat aneh.

"Kau kenapa Alena?" Tanya Dimitri.

"Ah, tidak...tidak kenapa-napa." Ucap Alena yang tersadar dan langsung mengalihkan tatapannya ke arah Dimitri.

"Kalau begitu lanjutkan makanmu Alena, jangan lupa kita ada kelas lagi setelah ini." Ucap Dimitri.

Selesai makan mereka berdua memilih berjalan dengan santai menuju kelas mereka berikutnya.

"Mengapa kau lebih memilih fakultas music dari pada yang lainnya?" Tanya Alena keheranan.

"Maksudmu?" Bukannya menjawab Dimitri malah balik bertanya.

"Kenapa kau tidak memilih fakultas ekonomi, kedokteran, atau politik begitu?" Tanya Alena.

"Eum, bagaimana ya? Kalau ekonomi aku sama sekali tidak tertarik, kedokteran aku memiliki alasan yang membuatkua tidak bisa mengambil fakultas itu, dan politik aku sama sekali tidak tertarik dengan itu." Jawab Dimitri.

"Kenapa? Bukannya kau harus menggantikan ayahmu di perusahaannya nanti?" Alena bingung dengan jalan pikiran Dimitri.

"Ya itu pasti, tapi untuk bisnis ayahku bisa mengajariku, lagi pula satu-satunya hal yang membuatku menyukai musik adalah dirimu Alena." Balas Dimitri, kini mata biru mereka bertemu, dan langkah mereka terhenti.

LUNA QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang