⚫COLD LUNA (22)⚫

3.3K 188 11
                                    

Sebelum kalian baca part ini saya mau bilang untuk part ini sampai seterusnya Alena nggak manggil Alano dengan sebutan kak lagi.

Untuk part-part yang sebelumnya akan di revisi setelah cerita ini ending.

Happy reading....

- - - - -

"Lakukan apa yang harus kau lakukan! Jangan membuat kesalahan yang membuat Alena curiga, kau mengerti?" Ucap Juan pada gadis di depannya.

"Baik Alpha, saya mengerti." Dia Lorenza Gray, warrior wanita terkuat di Royale Pack.

Juan memerintahkan gadis itu untuk menjaga matenya dengan cara menjadi teman Alena. Setidaknya saat ia tidak sedang berada di dekat gadis itu Lorenza bisa menjaganya.

Saat ini mereka berada di parkiran kampus, suasana sedang sepi karena ini masih sangat pagi.

Juan menatap dingin warriornya. "Ingat, kau harus menjaga Lunamu sebaik mungkin. Jangan sampai lengah, atau nyawamu menjadi taruhannya!"

"Baik, Alpha. Saya akan menjaga Luna semaksimal mungkin, bahkan nyawa saya akan saya pertaruhkan demi Luna." Ucap Lorenza sembari menundukkan kepalanya.

"Bagus, sekarang pergilah! Aku ingin kau dekati Alena saat dia sendirian nanti." Setelah mendengar perintah terakhir Juan, Lorenza segera melesat pergi menjauh dari sang Alpha.

Setelah kepergian Lorenza, mata Juan mendapati mobil Dimitri yang memasuki area parkiran. Mobil itu parkir tepat di samping mobil Juan.

Alena dan Dimitri keluar dari mobil itu, sedangkan Juan hanya bisa menatap mereka dalam diam meskipun dalam hatinya tersimpan rasa cemburu pada Dimitri.

"Dimi, bagaimana kalau kita ke cafetaria dahulu? Aku sedang ingin minum kopi saat ini." Ajak Alena pada Dimitri yang berdiri di sampingnya.

Dimitri menatap Juan sebentar, lalu menatap Alena. "Kau duluan saja ke sana, aku ada urusan sebentar. Tidak akan lama hanya sebentar, aku janji."

Alena mengangguk mengerti. "Baiklah kalau begitu, jangan lupa tepati janjimu Dimi! Hanya sebentar, tidak boleh pergi terlalu lama, aku akan menunggumu di sana."

Dimitri hanya mengangguk dan tersenyum manis ke arah Alena.

"Baiklah, aku pergi dulu, sampai nanti Dimitri, dan Juan juga." Ucap Alena sambil melambaikan tangannya.

Juan tersenyum manis, ia tak menyangka matenya akan berpamitan padanya juga. Hatinya menghangat karena hal itu.

"Baiklah, sekarang waktunya serius." Perkataan Dimitri membuat wajah Juan kembali menjadi dingin.

"Aku ingin membicarakan hal penting tentang gadis wizard itu. Alice ternyata bekerja untuk King of Wizard, King Albert. Aku baru mengetahuinya saat aku dan Alena pergi keluar beberapa hari yang lalu." Jelas Dimitri.

Alis Juan mengerut kesal tanda ia tak menyukai penjelasan ini.
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?"

"Aku tidak punya waktu untuk pergi ke packhousemu kau tahu, salahkan saja packhousemu yang berada di tengah hutan itu." Jawab Dimitri kesal.

Juan tetap menatap Dimitri dengan tatapan dinginnya. "Ada lagi?"

"Tidak."

"Sekarang, giliranku yang bicara. Aku memutuskan untuk memberikan pengawasan pada Alena saat aku atau kau tidak ada, dia adalah warrior wanita terkuat di packku. Kau tenang saja ia sudah sangat terlatih, aku memintanya mendekati Alena sebagai teman agar Alena tidak curiga." Juan menjelaskan panjang lebar, untuk pertama kalinya ia berbicara sepanjang ini kepada orang yang ia anggap asing.

Dimitri menganggukkan kepalanya. "Tidak masalah, asalkan tidak membahayakan Alena dan demi kebaikan Alena."

"Aku harus pergi, Alena sudah menungguku." Sambung Dimitri yang dijawab anggukan oleh Juan.

Di sisi lain, Alena sedang duduk di salah satu sudut cafetaria dengan segelas kopi di depannya. Gadis itu menatap dalam diam kerumunan orang-orang yang ada di dalam cafetaria sembari menunggu Dimitri menghampirinya.

Namun, matanya tak sengaja menangkap seorang gadis berambut pendek sebahu yang berjalan menuju ke arahnya. Alis Alena mengernyit samar.

"Boleh aku duduk di sini?" Tanya gadis itu saat sudah berada di depan Alena.

Alena menatap gadis itu datar. "Tentu."

Gadis itu menatap Alena dengan tatapan berbinar senang. "Namaku Lorenza Gray, kau bisa memanggilku Loren. Ah, aku dari fakultas seni."

"Alena Wilbert, fakultas music." Balas Alena dengan senyum tipisnya.

Loren tersenyum lebar menatap Lunanya. "Senang bertemu denganmu Alena, kau hanya sendiri di sini?"

Alena menggeleng pelan. "Tidak, aku sedang menunggu seseorang."

"Ah, kekasihmu ya?" Tebak Loren dengan senyum seringainya.

Alena tersedak kopi yang diminumnya setelah mendengar ucapan Loren, gadis itu menatap Loren dingin membuat warrior wanita terkuat itu bergidik ngeri saat melihat sang Luna.

"Sahabatku." Jawab Alen singkat, lengkap dengan wajah dinginnya.

Loren menganggukkan kepalanya kaku sembari menatap sang Luna takut-takut. Aura milik Alena hampir sama dengan aura milik Juan membuat Loren yakin bahwa Alena memanglah mate Juan dan ditakdirkan menjadi Luna Queen.

Alena menatap Loren yang terlihat tegang itu pun menaikkan sebelah alisnya. "Kau kenapa?"

"A-ah, aku baik." Balas Loren gelapapan sambil mengusap tengkuknya yang terasa sedikit dingin.

Baru saja Loren membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, penciuman tajamnya dikejutkan dengan aroma citrus bercampur mint yang menyegarkan. Sontak kedua mata Loren melebar tak percaya.

Matanya tak sengaja menangkap seorang vampire yang berjalan ke arah mereka berdua, tepatnya ke arah Alena.

"Alena, maaf aku lama dan sepertinya aku tak bisa menemanimu minum kopi. Kita harus pergi sekarang, kelas akan dimulai sepuluh menit lagi." Jelas Dimitri dengan wajah menyesalnya.

Alena menatap Dimitri kesal, nsmun sedetik kemudian ia menghela nafas pelan. "Baiklah, ayo kita pergi!"

Alena menatap Loren dengan senyum tipisnya. "Aku pergi dulu, sampai jumpa."

"Sampai jumpa... Luna." Balas Loren dengan suara yang memelan di akhir kalimatnya.

Loren menatap kepergian Dimitri dan Alena dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, ia tak bisa berbohong bahwa sudut hatinya terasa nyeri melihat Dimitri merangkul Alena.

'MATE!!!'

Loren dan serigalanya hanya bisa menatap pangeran vampire itu dalam diam, dia harus merahasiakannya. Matenya adalah seorang pangeran vampire dan Loren tau bahwa Dimitri mencintai calon Lunanya.

Werewolf itu hanya bisa tersenyum miris, merutuki kenapa Moon Goddess memberikannya mate yang bahkan tidak akan bisa ia miliki sampai kapan pun.

'Kenapa takdirku harus seperti ini... Moon Goddess, apa yang sebenarnya kau rencanakan untukku?'

- - - - -

COLD LUNA kembali, dengan part yang entah apa kalian suka atau enggak.

Ada yang nungguin nggak nih? Kalo ada nanti author lanjut terus, ini belum konflik puncak ya.

Kaget tahu Dimitri matenya Loren? Jangan lupa vomment okay? Karena setiap vomment dari kalian sangat berarti untuk author, hehehe.

See you guys, bye bye.

LUNA QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang