⚫COLD LUNA (15)⚫

5.3K 357 8
                                    

Kelas Alena sudah selesai, kini gadis cantik bermata biru laut itu sedang menunggu sang kakak untuk menjemputnya.

Sedari tadi pikirannya melayang pada Dimitri, sahabatnya sejak kecil. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya ia tak menyadari bahwa Juan tengah berdiri di sebelahnya.

"Alena!" Panggil Juan membuat Alena tersadar dari lamunannya.

"Ah, ya! Ada apa Juan?" Tanya Alena sambil mengalihkan pandangannya ke arah Juan.

"Kau...kau mau pulang bersamaku?" Tanya Juan sedikit gugup.

"Maaf Juan, hari ini aku di jemput kakakku, sekalian aku akan pergi ke rumah Dimitri, dia sedang sakit." Tolak Alena datar membuat Juan merasa sakit, di tambah gadis itu lebih mementingkan Dimitri dari pada dirinya membuat hatinya serasa di tusuk ribuan pisau perak yang tajam.

"Ma-mau ku antar ke sana?" Tawar Juan lagi sambil menelan kekecewaannya pada Alena.

"Tidak perlu! Aku di jemput kakakku, lagi pula aku dan dia berencana menemui daddy Devian dan mommy Clara hari ini." Lagi-lagi Alena menolak Juan, membuat Juan ingin menangis karena penolakan Alena.

Daddy? Mommy? Sebenarnya seberapa dekat hubungan keluarga Vampire sialan itu dengan Alenanya, Juan tidak tahu pasti.

Memang Alena tidak tahu seberapa pengaruhnya dirinya bagi Juan, tapi paling tidak Alena tidak perlu menyakiti hati Juan juga kan?

"Oh, baiklah, kalau begitu aku pulang dulu Alena! Jaga dirimu baik-baik!" Ucap Juan dan mulai melangkah menjauhi Alena.

Namun, di tengah langkah lebarnya Juan berhenti, ia berbalik dan berjalan menuju ke arah Alena.

Cup

"Aku mencintaimu Alena!" Ucap Juan setelah mencium pipi Alena dan langsung kembali berjalan meninggalkan Alena yang mematung karena perlakuan Juan.

Tak lama setelah kejadian itu, Alano sudah datang dengan mobil hitamnya.

"Alena, ayo masuk!" Teriak Alano dari dalam mobil membuat Alena tersadar dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Kau tak apa?" Tanya Alano saat melihat keanehan pada adik kesayangannya itu.

"Hah? Aku tak apa, sudahlah ayo jalan! Dimitri pasti sudah menunggu." Ucap Alena mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah." Ucap Alano tak ingin mengulur waktu lagi.

Mobil Alano pun mulai melaju menuju ke rumah, ah lebih tepatnya mansion Dimitri.

Mereka berdua telah sampai di depan gerbang mansion Dimitri, seperti biasa mereka akan di sambut oleh para pengawal yang memiliki kulit putih pucat seperti mayat dengan wajah dingin nan datar seperti tembok.

Alano memarkirkan mobilnya di halaman depan mansion yang luas seperti lapangan bola, bahkan mungkin lebih besar.

Kedua kakak beradik itu keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu depan mansion milik keluarga Dimitri.

Tanpa perlu di ketuk atau memencet bel, pintu sudah terbuka dengan sendirinya, dengan para pelayan yang sudah berjejer rapi di samping kanan dan kiri sambil menunduk hormat ke arah mereka berdua.

LUNA QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang