Sendirian

1.2K 230 4
                                    

"Hey, kid. You almost miss dinner," Tony berkata kepada Anna yang baru berjalan keluar dari lift.

"Yeah, that's why I'm here, Sir," balas Anna dengan tenang, "Good evening, Colonel," ia menyapa Rhodey.

"Hi, Anna. Kebetulan kau sudah pulang, aku harus pergi sekarang. Awasi dia ya, please" kata Rhodey sambil menunjuk ke arah Tony. Anna tersenyum dan mengangguk. Setiap melihat Tony dan Rhodey, Anna tidak habis pikir bagaimana caranya dua orang itu bisa bersahabat. Sesekali Anna merasa kasihan pada Rhodey yang tidak jarang harus bertindak sebagai baby sitter-nya Tony. Tapi Rhodey memang satu dari sedikit orang yang bisa mengerti Tony dan Tony memang membutuhkannya. 

"Leaving so soon?" tanya Tony ke sahabatnya yang berjalan masuk ke lift.

"It's late," balas Rhodey tepat sebelum pintu lift menutup.

"Ini kan baru jam 9," gumam Tony sebelum mengarahkan pandangannya ke arah Anna. Anna bisa langsung tahu kalau Tony sedang mengawasi gerak-geriknya. Ditambah kalau bos-nya itu tidak berkata apapun padanya. Anna merasa agak grogi sekaligus takut. Tony tidak sedetikpun mengalihkan pandangannya dari Anna. Matanya terus mengikuti kemanapun Anna bergerak. Dari sejak ia mengambil mangkok berisi salad dari dalam kulkas lalu meletakkannya di meja, dan sekarang saat Anna mengambil gelas dari dalam lemari. 

"Do I have something on my face, Sir?" Anna akhirnya bertanya sambil mengisi air ke gelasnya. Anna yakin sekali kalau ia tidak memulai percakapan, ia pasti akan hilang kendali. 

"Nope. Everything's good," jawab Tony, namun matanya masih tertuju pada asistennya.

"Lalu.. Ada yang ingin Anda katakan?" Anna duduk di seberangnya setelah mengambil garpu dari dalam laci.

"Did Rogers make you do things you don't want to?"

"Tidak ada yang di luar keinginanku sendiri, Sir," Anna tersenyum tipis.

"Yakin?"

"Yes, Sir. Positive."

Tony mengangkat sebelah alisnya yang menandakan kalau ia kurang percaya dengan apa yang barusan Anna katakan.

"Sir, have you seen Ms. Potts again lately?" Anna mengubah topik pembicaraan namun segera menyesali pertanyaannya. 

Anna masih ingat ketika Tony bertengkar dengan Pepper dua minggu yang lalu. Anna baru melangkah masuk ke dalam apartemen mereka untuk meminta tanda tangan Pepper ketika ia mendengar mereka berteriak satu sama lain dari dalam kamar tidur. Anna memutuskan untuk menundanya dan ia berniat untuk langsung turun ke kantor, namun Tony terlanjur melihatnya. Ia berkata kalau ia sudah selesai dan Anna dapat menemui Pepper. Tony langsung menuju ke workshopnya. Ia terlihat sangat marah saat itu. Kemudian sesaat sebelum Pepper keluar dari kamar, Anna yakin kalau ia melihat Pepper mengusap pipinya sendiri, pasti ia habis menangis. Sehari setelahnya, Pepper pulang ke apartemennya miliknya, meninggalkan Tony tinggal sendirian di tower.

"Huh? ... Oh... Belum, aku belum bertemunya lagi," balas Tony dengan suara terputus-putus.

"Um. Have you tried to call?"

"I called, she didn't answer. I came to her apartment, but she never home or didn't have the time to see me," Tony meninggikan suaranya. Ia terlihat marah tapi sekaligus sedih.

"I'm sorry to hear that, Sir," jawab Anna. Ia pun tidak tahu harus bicara apa lagi. Anna tidak bermaksud untuk membicarakan hal itu. Mereka sedang break , harusnya ia mengerti hal itu. Anna langsung mengutuk dirinya sendiri karena terlalu ceroboh.

"No, no, I think I deserve that," balas Tony sambil menatap ke arah gelasnya yang sudah kosong.

"Well then. I'm gonna leave you with your salad. Batalkan semua jadwalku besok ya. Aku akan berada di compound seharian penuh," kata Tony sebelum beranjak dari tempat duduknya, menuju ke lift.

"Of course, Sir," jawab Anna, "Mr. Stark," panggil Anna sebelum Tony masuk ke lift, "Menurut Anda, apakah Captain Rogers dan lainnya akan kembali segera?" 

Tony mengalihkan pandangannya ke arah Anna. Ia dapat melihat dari raut wajahnya kalau Anna khawatir. "We never know, Anna. Let's hope they will. Mereka akan baik-baik saja. Kau tidak perlu terlalu memikirkannya ya," balas Tony tersenyum dan kemudian ia berjalan masuk ke lift. Tony pasti salah mengira kalau Anna mengkhawatirkan keselamatan Steve dan yang lainnya. Anna tahu pasti kalau para Avengers itu bisa menjaga diri. Sedikit luka disana-sini tidak akan membunuh mereka. Bukan itu yang Anna khawatirkan. Makin lama Steve kembali, makin lama juga Bucky akan menghubunginya lagi. Tapi Anna tidak yakin kalau ia sudah berani untuk berhadapan dengan orang itu lagi setelah kejadian tadi. 

Setelah lift bergerak turun dan menghilang dari pandangannya, Anna menghela nafas panjang, lalu meraih garpu dan membuka tutup plastik yang membungkus mangkok saladnya. Ia mencoba untuk memakannya meskipun ia tidak merasa lapar sama sekali. Anna benar-benar kehilangan nafsu makan. Ada sensasi aneh yang dirasakan dari dalam perutnya. Anna pikir, ia pasti akan muntah kalau sampai ada makanan yang masuk ke perutnya. Ia meletakkan garpunya dan menghela nafas lagi, sebelum akhirnya kembali menutup mangkok saladnya dengan plastik dan menaruhnya kembali ke dalam kulkas. Kemudian Anna duduk di sofa dan meraih handphonenya. Ia menghubungi Daisy.

"Aku kira kau melupakan ku," kata Daisy, langsung setelah ia mengangkatnya.

Anna mendengus, "I will never do that."

"Something wrong?" tanya Daisy. Ia dapat mendengar ada yang tidak biasa dari suara Anna.

"Oh wow, you know me so well, D," sindir Anna, "No, no, everything's fine, I just wanna talk. How's everyone?"

"Well, sekarang sih, semuanya baik-baik saja. Beberapa hari lalu ada serangan kepada adiknya Mack. Mack tertembak, namun sekarang ia sudah dalam masa pemulihan," jawab Daisy.

"Watchdogs?"

"Yep. Mereka hanya bisa menambah masalah di sana-sini. Aku muak sekali pada mereka. Kau tahu kan rasanya. Seperti rasa gatal yang mengganggu di kepalamu yang ingin kau garuk sekuat tenaga. Ugh..." protes Daisy. Anna tertawa kecil mendengarnya.

"Ada petunjuk baru mengenai siapa yang mendanai mereka?"

"Kami masih terus menyelidikinya. Akan lebih bagus lagi kalau kau bisa membantu, Anna. So, how's work?"

"Uh, kau tahu sendiri, mengatur dan menyiapkan ini itu, tidak ada yang menarik di sini, D."

"Aku tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu."

"Itulah yang biasa kami lakukan disini. Setiap orang punya sesuatu untuk disembunyikan. Tell everyone I said 'Hi', okay?"

"Anna," Daisy berhenti sejenak, "Apapun itu, ku mohon, jaga dirimu baik-baik, ya. Kami semua tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu."

"I know, Daisy. Thank you for your concern. Sudah dulu, ya. Aku akan menghubungimu lagi lain waktu," Anna langsung menutup teleponnya sebelum Daisy bisa membalasnya.

I'm sorry, D. Kau tahu kan aku tidak bisa cerita banyak sekarang.

Anna menahan tangisnya. Ia butuh waktu untuk memproses apa yang sudah terjadi beberapa jam belakangan. Tiba-tiba ia merindukan teman-temannya di SHIELD. Anna pernah melalui yang lebih buruk dari pada hari ini sebelumnya, tapi dengan kondisi yang benar-benar berbeda. Biasanya ia selalu dikelilingi teman-teman yang bisa menghibur dan mendukungnya, apalagi ada Daisy. Anna sudah biasa bercerita tentang apapun padanya. Namun di sini, ia harus bisa menghadapi semua sendirian. Ditambah lagi hari ini, Winter Soldier menampakkan diri ketika ia benar-benar sendirian dan tidak ada yang bisa melindunginya. Anna merasa dirinya tidak berguna.

Setelah beberapa menit berlalu dan merasa dirinya sudah lebih tenang, Anna memutuskan untuk pergi ke gym. Tidak ada gunanya mengasihani diri sendiri terus menerus, pikirnya. Satu-satunya yang dapat mengalihkan pikirannya saat ini adalah dengan memaksakan tubuhnya untuk bergerak.

A New JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang