Aku, Kamu, Dia

1K 137 55
                                    

Anna tidak peduli kalau di luar masih gelap, atau jam dindingnya yang masih menunjukkan pukul 05.00 pagi, atau kakinya yang masih sedikit sakit. Ia sangat butuh keluar dari tower. Anna bangun dari ranjang dan langsung mencari pakaian lari di lemarinya. Begitu menemukannya, Anna berganti pakaian, lalu membawa handphone dan handsfree earphone-nya, kemudian berlari ke lift untuk turun. Anna menyalakan musik, lalu menyelipkan handphone di armband, dan berlari keluar dari kompleks Avengers Tower. Anna sangat ingin melupakan kejadian kemarin, khususnya kemarin malam. Seolah-olah perkelahian Tony dan Steve tidak ada apa-apanya dibanding apa yang terjadi antara dirinya dan Steve.


-----


Kembali ke ruang makan, Anna berniat untuk mengompres kakinya lagi dengan handuk hangat. Namun tidak disangka, Steve masih ada di sana dan sedang duduk di sofa sambil menonton berita.

"Lho, kau masih di sini?" tanya Anna. Steve menoleh ke belakang, lalu mematikan TV.

"Tony gimana?"

"Well...," Anna menghela nafas, "He'll live, dan mungkin dia tidak akan membunuhmu atau Bucky dalam waktu dekat," jawab Anna sambil mengambil handuk bersih di laci dapur, lalu merendamnya dalam mangkuk kecil yang sudah diisi air hangat.

Steve sudah duduk di manis ketika Anna memindahkan mangkuk ke meja makan. Anna memeras handuk yang sudah direndamnya, lalu membungkuk untuk mengompres kakinya. Steve buru-buru berpindah ke hadapan Anna supaya bisa membantunya.

"Aku saja ya," kata Steve seraya mengambil handuk dari tangan Anna dan menempelkannya ke pergelangan kaki Anna. Pijatan lembut dari tangan Steve membuat sakitnya jadi tidak terlalu kentara dan Anna jadi merasa rileks.

"You're good," puji Anna sambil tersenyum ke arah Steve. Pria itu balas tersenyum, lalu merendam lagi handuk yang sudah agak dingin itu ke air hangat, dan kembali mengompres kaki Anna. Setelah diulang sampai empat kali, Steve meminta Anna untuk berjalan.

"Eh, udah enakan nih. Makasih yaa," Anna nyengir lebar.

"Sama-sama," balas Steve sambil membereskan handuk dan mangkuk yang tadi terpakai.

Anna sedang asyik mondar-mandir ketika Steve mengajaknya duduk kembali. Entah kenapa, melihat ekspresi Steve yang kembali serius, membuat jantung Anna berdetak tidak karuan. Anna duduk di hadapan Steve dengan wajah bingung. Pria itu meraih kedua tangan Anna dan menggenggamnya.

"I'm sorry," kata Steve setelah terdiam sesaat. Kening Anna langsung berkerut, lalu ia menanyakan alasan Steve meminta maaf padanya.

"When I saw you and Bucky, I thought.... I didn't even know what to think exactly," tambah Steve.

Anna langsung menarik tangannya dari genggaman Steve, "Um, kayaknya nggak ada yang perlu diomongin soal itu," jawab Anna sambil menunduk ke arah kakinya.

Steve menghela nafas, tapi tidak mengatakan apa-apa, ia hanya ingin Anna menatapnya ketika membicarakan hal ini. Namun Anna tetap saja tidak berkutik sampai Steve harus memanggilnya.

"Anna, lihat aku, please."

Anna harus benar-benar memaksa dirinya untuk berani menatap Steve. Sejujurnya, Anna sangat tidak suka dengan ke mana arah percakapan ini. Setengah mati Anna berusaha menghindar, tapi sekarang ia malah harus bicara empat mata dengan Steve.

"What are we exactly, Anna? Beritahu aku dan apapun jawabanmu, aku akan percaya dan tidak akan menanyakan hal ini lagi," nada paksaan semakin tersirat dalam suara Steve.

A New JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang