Semalam penuh, Anna tidur di sofa kamar Tony. Sekedar untuk berjaga-jaga kalau sampai Tony terbangun dan mencari minum lagi, tapi ternyata tidak. Bos-nya tidur anteng sepanjang malam, sangat berbeda dengan dirinya. Anna tidak bisa tidur tenang, bukan karena sofanya kurang nyaman, tapi karena ia berkali-kali terbangun untuk memastikan Tony masih ada ranjangnya. Alhasil sekarang Anna masih mengantuk dan badannya terasa pegal-pegal. Meskipun demikian, Anna tetap bangun pagi supaya bisa menyiapkan sarapan: semangkuk oatmeal dengan topping pisang, tidak lupa aspirin untuk mengurangi hangover Tony. Setelah siap, Anna membawanya naik ke kamar Tony.
Tony tidak banyak protes melihat menu makan paginya, padahal oatmeal merupakan salah satu makanan yang menurutnya menjijikan. Anna menemani Tony makan dalam diam. Berbeda dengan kemarin, pagi ini Tony berusaha keras untuk menghindari tatapan Anna dengan lebih banyak menerawang ke arah langit biru dari jendela besar kamarnya. Akhirnya Anna mencoba membuka pembicaraan dengan menyinggung soal Mrs. Almas, "Dia baik sekali. Sudah berapa lama Anda kenal dengannya, Sir?"
"Seingatku, sudah cukup lama," Tony menjawab singkat sambil terus menyuap oatmeal-nya.
"Mrs. Almas minta Anda membawaku kalau ke sana lagi."
"Kenapa harus aku mengajakmu?" Suara Tony naik satu oktaf. "Look," Tony meletakkan (atau lebih tepatnya sedikit membanting) mangkok makannya di meja. "Aku tahu maksudmu, Evans. Kau ingin aku membahas kejadian semalam kan??? Nope, not gonna happen. Kau pikir aku harus menuangkan segala perasaanku padamu? Tidak akan! It's none of your goddamn business! Aku baik-baik saja kok. Aku tidak butuh kau untuk membantuku karena aku memang tidak butuh bantuan. Kau jangan sok tahu! Aku ini bos-mu!"
What the f...?! Kok jadi marah gitu sih?! Oke, Anna, tenang. Tenaaanggg... Dia itu lagi ada masalah... Tenaaang....
Anna sebenarnya sangat berhak untuk marah dan kecewa pada Tony karena sudah membuatnya kalang kabut dua hari ini, tapi tidak. Anna menghela nafas dan dengan suara sehalus dan setenang mungkin, ia berkata lagi, "Anda mungkin memang tidak membutuhkanku, Sir. Itulah kenapa aku sampai harus minta tolong pada Ms. Potts."
"Pepper?? Apa maksudmu?"
Sebelum Anna bisa menjawab, terdengar suara yang familiar dari arah pintu, "Hi, Tony. Kau seharusnya bisa bicara lebih pelan. Aku bahkan bisa mendengar suaramu dari tangga."
"Pepper? Kau... Kau di sini. Why?" Tony tidak dapat menyembunyikan rasa kaget tapi sekaligus senang karena bisa bertemu dengan wanita yang masih menyimpan tempat spesial di hatinya, "Evans, kau bilang apa padanya?"
"Good morning, Ms. Potts," sapa Anna, "I'll leave you two to talk." Setelah Anna membereskan peralatan makan yang dibawa sebelumnya, ia langsung turun ke dapur untuk mencuci semuanya. Hal terakhir yang ia lihat sebelum meninggalkan kamar adalah Pepper yang sedang menjelaskan semuanya pada Tony. Berbeda dengan sebelumnya, raut wajah Tony jauh lebih tenang ketika bicara dengan Pepper.
Sementara itu, tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa lega perasaan Anna begitu mengetahui kalau Pepper bisa secepat ini datang ke Malibu. Seperti sebuah beban sudah terlepas dari pundaknya. Sebelum mencuci peralatan makan, ia menyeduh secangkir teh hijau dan memutar lagu "Beautiful Day"-nya U2 dari Spotify. Senyum lebar merekah di wajah Anna. It's gonna be a beautiful day indeed.
---
Anna mengetukkan jari telunjuknya ke meja makan berulang kali sambil memandangi handphone-nya yang bergetar karena ada panggilan masuk. Nama Steve jelas-jelas terpampang di layar. Entah sudah berapa kali Steve menelepon Anna dari kemarin, tapi sumpah demi apa, ia melewatkan semua panggilan masuk karena sibuk dengan berbagai urusan yang harus diselesaikannya. Semuanya disebabkan oleh mabuknya Tony kemarin pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A New Job
FanfictionKetika Anna Evans menerima tawaran pekerjaan dari Tony Stark, hidupnya pasti menjadi lebih menarik. Setidaknya ia tidak harus melakukan pekerjaan admin yang membosankan. Note: verrryyyy slow burn, your patience is highly required :) *Disclaimer* I o...