02.17 AM
Kalau Steve tidak pergi, Anna pasti lebih banyak menghabiskan waktu dengannya. Kalau Anna tidak sakit, mungkin Anna juga tidak tinggal seharian di tower. Bucky bisa menghabiskan waktu dengan Anna selama dua hari belakangan dan ia sangat berterima kasih pada alam semesta untuk itu, apalagi setelah mimpi buruknya lima hari yang lalu. Bisa dibilang, dua hari ini adalah momen terbaik dalam hidupnya setelah beberapa puluh tahun.
Bucky hampir menyelesaikan buku ketiga yang dibacanya ketika ia melihat lift berhenti dan Steve berjalan keluar. Ia terlihat berantakan. Bucky menduga kalau ia baru sampai dan langsung ingin mengunjungi Anna. Satu.
"Bucky??? Kok ada di sini?" tanya Steve yang tidak menyangka akan menemukan Bucky dulu sebelum Anna.
"Dia sakit. Seharian tidur. Jadi aku menemaninya setelah makan malam, tapi habis makan obat, dia tidur lagi. Aku nggak ngantuk, jadi baca buku-bukunya saja," Bucky menjelaskan.
Steve menoleh ke arah tumpukan buku yang berada di meja, "Oh begitu. Sakit apa dia? Sekarang gimana?"
"Flu ringan kok. Sekarang sudah lebih baik. Demamnya sudah hilang. Gih, sana, aku yakin dia senang bertemu denganmu," Bucky tersenyum iseng. Dua.
"Hmm, iya, nanti saja deh. Kebetulan kau di sini, ikut aku ke ruang kontrol dulu. Kami menemukan sesuatu."
"Oke." Dua kali hatinya seperti tertusuk, namun Bucky tidak menyangkal kalau ada perasaan lega karena Steve tidak jadi menemui Anna malam itu. Tapi ada sesuatu yang lain. Raut wajah Steve terlalu tegang, ia seperti ingin menyampaikan sesuatu, tapi selama di lift, mereka berdua malah tenggelam dalam diam.
Sejak melangkahkan kaki ke ruang kontrol, pandangan Bucky tidak dapat terlepas dari benda warna merah yang ada di meja. Ketika ia makin mendekat, benar saja kalau Bucky langsung mengenali buku catatan yang memiliki gambar bintang warna hitam di sampulnya. Bulu kuduk Bucky langsung berdiri. Berbagai kenangan buruk pun membanjiri pikirannya.
"Buku itu... Aku mengenalinya. Karpov menulis semuanya di sana kan?" tanya Bucky.
Steve mengiyakan. Nat kemudian memberi tahu Bucky kalau mereka sudah mengambil semua rekaman dan catatan dari fasilitas itu. Begitu pula Winter Soldier yang lainnya.
Mata Bucky membelalak, "Kau apakan mereka?"
"Mereka ada di cryo, jadi mudah saja untuk membunuh mereka. Seperti yang kau katakan, dunia tidak butuh Winter Soldier yang lain. Mereka HYDRA. Berarti tindakan yang benar, ya membunuh mereka semua," jawab Nat enteng, lalu ia bertanya lagi, "Kami juga menemukan cara lain untuk mengaktifkan Winter Soldier. Sembilan kata kunci, benar?"
Bucky mengangguk.
"Kami mendapatkan semuanya. Semua bukti yang bisa membuktikan kalau kau tidak bersalah," ujar Sam. Bucky sangat lega mendengarnya. Tapi raut wajah Steve berkata sebaliknya. Sahabatnya itu terlihat murung dan jelas-jelas sedang memikirkan sesuatu.
"Steve? Kau kenapa?" tanya Bucky.
"Apa yang kau ingat dari orang tua Stark?"
Bucky terlihat bingung dan mempertanyakan alasan Steve yang tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Bucky saja baru mengenal Tony ketika sampai di sini, kenapa ia bisa dikaitkan dengan orang tuanya?
Kecuali...
Sebuah pikiran mengerikan langsung muncul di pikiran Bucky. Dari awal ia bertemu Tony, Bucky bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal dalam hati. Tapi karena tidak kunjung menemukan alasannya, Bucky mengacuhkan perasaan tersebut sampai akhirnya hilang dengan sendirinya. Tapi sekarang, dengan mudahnya sebuah potongan memori langsung terputar dalam kepalanya dan membuat Bucky bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
A New Job
FanfictionKetika Anna Evans menerima tawaran pekerjaan dari Tony Stark, hidupnya pasti menjadi lebih menarik. Setidaknya ia tidak harus melakukan pekerjaan admin yang membosankan. Note: verrryyyy slow burn, your patience is highly required :) *Disclaimer* I o...