C H A P 1

31.6K 862 14
                                    

Fina pov.

4 tahun yang lalu.....

Aku kembali menginjakkan kaki ke taman yang indah ini. Alasan aku kembali datang ke sini adalah aku sudah janjian dengan seseorang. Seseorang yang sudah menjadi temanku seminggu ini. Aku tak henti-hentinya tersenyum. Entahlah, aku merasa kebahagiaan dia adalah kebahagiaanku. Dia senang karena kenal denganku, aku juga senang karena kenal dengannya.

Kenalkan, Namaku Anantia Syafina panggil saja Fina. Saat ini aku menginjak usia 20 tahun, masih muda memang. Aku tinggal dirumah sederhana peninggalan kedua orang tuaku. Mereka sudah lebih dulu meninggalkanku dua tahun yang lalu. Untunglah saat itu aku sudah lulus SMA.

Aku sudah berdiri dikedai ice cream, seperti yang kujanjikan padanya kemarin.

"Kak Fina!!" Teriaknya. Gadis lucu itu sudah datang.

"Hai! Kamu ke sini sendiri?" Tanyaku saat ia sudah ada didepanku.

"Ga ko, Lala sama supir" jawabnya. Aku mecubit pipinya yang gembul dan berwarna merah alami.

Dia adalah Karina Salsabila atau aktab dipanggil Lala. Sebenarnya Lala itu adalah panggilan sayangku untuknya. Jika tadi kalian mengira yang tunggu adalah seorang pria, maka kalian salah. Yang kutunggu adalah gadis kecil yang lucu ini.

Aku bertemu dengannya saat ia sedang sendiri duduk dikursi taman sambil memakan ice cream. Lala baru saja menginjak usia delapan tahun. Walaupun sudah agak besar, tetapi Lala tetap lucu seperti anak bayi. Sikapnya pun masih seperti anak kecil.

"Kakak! Kakak janji mau ngasih Lala kado sekarang" ucapnya. Aku lupa, saking senangnya aku sampai lupa memberi Lala kado.

"Mmm...Kakak lupa La" cicitku. Lala yang mendengar itu memasang raut wajah yang kecewa.

"Kalo kakak ganti dengan ini gimana?" Aku mengeluarkan sesuatu didalam tasku.

Lala membulatkan matanya, jangan lupa mulunya juga menganga lebar melihat benda yang berada ditangaku saat ini. Ia menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Ah tidak! Apa dia akan menangis?

"Kakak!" Lala memelukku, ia menangis.

Aku mengelus puncak kepala Lala. Yang aku berikan pada Lala adalah squisy. Ya, memang tidak mewah tapi Lala sangat menginginkan itu. Ia bilang papa nya tidak memperbolehkan dia membeli benda empuk itu.

"Makasih Kakak" ucapnya dengan suara parau.

Aku melepaskan kedua tangannya yang melingkar dipinggangku. Aku berjongkok untuk menyamakan tinggiku dengannya.

"Lala ga boleh nangis" aku menghapus air mata Lala dipipinya. "Nanti kalo Lala nangis, cantiknya ilang" lanjutku.

"Lala sayang kakak" Lala kembali memelukku. Kali ini aku membalas pelukan Lala.

Hampir dua menit kami berpelukan, aku melepaskan peleukkan Lala dan mengajak Lala berjalan-jalan. Seandainya, Lala adalah anakku mungkin aku tidak akan pernah meninggalkan anak yang lucu ini, seperti yang dilakukan ibu kandung Lala. Aku jamin dia akan menyesal.

"Lala mau permen kapas?" Tanyaku pada Lala yang sedang memainkan squisy.

"Mau kak, tapi satu berdua aja. Soalnya kata nenek Lala ga boleh makan banyak permen kapas sama es kim nanti gigi Lala rusak terus ompong deh. Lala ga mau gigi Lala ompong kak" ocehnya.

Aku hanya terkekeh mendengat celotehannya yang menurutku lucu. Apa yang ada didalam diri Lala itu semua lucu dan menggemaskan. Aku memesan satu permen kapas berwarna biru, warna kesukaanku.

Setelah selesai aku langsung membayar permen kapas tersebut. Aku mengajak Lala untuk duduk disalah satu bangku taman. Kami memakan permen kapas itu berdua diselingi candaan.

"Kak, Lala kangen mamah Lala" ucapnya tiba-tiba, aku tertegun.

"Seandainya Lala masih punya mamah, pasti Lala ga akan sendirian" lanjutnya, beruntunglah aku yang ditinggal saat sudah dewasa. Mungkin jika kedua orang tuaku meninggalkanku saat kecil, nasib tak jauh beda dengan Lala. Hanya saja, Lala berasal dari keluarga kaya dan aku keluarga biasa saja.

"Kan Lala masih punya papa" ucapku. Lala menggeleng, aku mengernyit bingung.

"Papa sibuk kerja, Lala kaya ga dianggep"

"LALA!"

Aku dan Lala terkejut. Kami langsung menoleh kesumber suara tersebut. Dia itu...

___________________________________

Tebece.

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang