C H A P 5

13.2K 545 4
                                    

Edgar pov.

"Siapa yang bersedia menjadi ibu
Lala" ucap Lala -anakku-.

Aku terkejut, aku yakin semua orang yang ada disini juga terkejut. Ibu-ibu yang datang langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Aku berusaha menahan emosiku, aku sangat sensitif jika sudah membicarakan tentang dia, tapi didalam hati kecilku aku sangat merindukkan dia dan masih berharap bahwa ia akan kembali, dan kami akan membangun semuanya dari awal.

Dengan cepat aku membawa Lala keluar dari cafe ini dan menuju parkiran.

"Sakit paaa..." rintihnya, sepertinya aku mengenggam tangannya terlalu kencang.

Nafasku memburu, "Kamu mau bikin papa malu?! Iya?!! " bentakku.

Lala menggelengkan kepalanya, "Lala cuma mau mama, pa" ucapnya.

Entah mengapa jika Lala sudah membahas tentang mama nya emosiku sangat susah dikontrol. Aku kesal, marah,kecewa, tapi aku juga rindu padanya. Aku sendiri tidak tahu apa statusku dengannya, suami istri? Bahkan dia sudah pergi meninggalkan aku dan Lala dari empat tahun yang lalu. Ibu? Tidak akan ada seorang ibu yang tega meninggalkan anaknya.

Aku menghela nafas berusaha mengendalikkan emosiku agar tidak membentak Lala lagi.

"Lala, denger papa. Papa yakin mama akan pulang, Lala harus sabar. Tunggu sebentar lagi, nanti8 mam9 a akan datang" ucapkku.

"Kapan pa? Kapan mama dateng?"

Aku tidak bisa memberi jawaban yang pasti, bahkan aku sendiripun tidak tahu kapan ia akan datang atau mungkin tidak akan pernah datang.

"Papa, Lala mau punya mama sekarang. Papa ga liat? Temen-temen Lala dateng ke ulang tahun Lala sama mamanya, pa"

Bagaimana aku menjelaskannya pada Lala, ia masih kecil pasti ia tidak akan mengerti apa yang aku katakan.

"Lala, mau mama pa"

Ini bukan melibatkan perasaan Lala saja, tapi melibatkan perasaanku juga.
Aku juga ingin Lala seperti teman-temannya, tapi aku belum siap menerima wanita manapun untuk menjadi istriku saat ini.

"Papa belum siap" lirihku.

"Papa belum siap, La" ulangku.

Lala hanya memandangku dengan mata bulatnya, terpancar kesedihan disana. Aku jadi tidak tega. Apa aku harus melawan gengsiku demi membahagiakan anakku?

Aku tersenyum tipis, "papa akan berusaha mencari mama untuk Lala"

"Tapi Lala harus sabar, tidak semua wanita mau menjadi mama Lala. Jika itu ada, pasti itu hanya memanfaatkan uang papa" lanjutku. Aku harap Lala mengerti apa yang aku ucapkan.

Lala mengangguk kecil, ia maju beberapa langkah dan memelukku.

"Kita masuk lagi ya" ajakku, Lala hanya menjawab dengan anggukkan dan senyuman.

Kami masuk kembali kedalam cafe, semua orang sedang menyantap makanan ringan yang disediakan. Mungkin, MC sudah mengalihkan perhatian orang-orang tadi dengan melanjutkan ke acara selanjutnya.

Setengah jam telah berlalu, teman-teman Lala pun sudah pada pulang. Apa aku salah ambil waktu? Tapi tak apalah sekali-kali mereka menghadiri acara yang diadakan pada malam hari, tidak dipagi, siang dan sore hari melulu.

Aku menoleh ke samping untuk mengajak Lala pulang, namun Lala tidak ada disampingku. Dimana dia?

Aku keliling cafe ini, namun nihil aku tidak melihat Lala. Aku mencoba mencari Lala di toilet, tapi apa harus masuk toilet wanita. Bagaimana jika ada orang didalam dan menuduhku yang tidak-tidak.

Aku memberanikan diri masuk kedalam saat suara tawa Lala terdengar. Aku melihat Lala sedang berbicara dengan seorang wanita, tapi aku tidak tahu itu siapa karena posisinya membelakangiku.

"Papa?" Ucap Lala terkejut. Aku melihat wanita yang ada dihadapan Lala juga terkejut.

Ia menoleh ke arahku, Si wanita cerewet. Lala sudaj ada dihadapanku, aku tidak tahu kapan Lala berjalan ke arahku.

"Papa ngapain masuk kesini? Ini kan toilet cewe" ucap Lala. Kepalanya mendongak untuk menatapku.

"Tadi papa mau ngajak Lala pulang, tapi Lala ga ada disamping papa. Jadi papa cari Lala kesini" jelasku.

"Ka Fina, Lala pulang dulu ya" pamit Lala pada wanita cerewet yang kudengar bernama Fina. Ia tersenyum pada Lala, lalu ia menatapku tajam. Sepertinya dia masih kesalku denganku. Tapi, aku tidak peduli dia kira aku tidak kesal mendengar ocehannya yang dapat membuat telingaku hampir rusak. Oke ini berlebihan.

Aku menggandeng Lala untuk keluar dari toilet dan cafe ini. Tidak lupa sebelum aku keluar cafe ini, aku berterimakasih pada semua yang telah menyiapkan pesta dadakan ini.

_________________________________

Tebece.

Maaf klo ada typooo...

Ku tinggal menunggu nilai 😒
Btw yang kemaren malem itu kepencet, makanya kepublis 😆

Sampai jumpaaa 👐👐

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang