Aku terbangun karena mimpi buruk yang sering aku alami dua hari belakangan ini. Entah mengapa mimpi itu seperti berhubungan satu sama lain, sayangnya aku tidak bisa mengingat secara detail apa yang terjadi di dalam mimpiku itu. Aku menetralkan napasku yang sedikit memburu.
Perlu kalian ketahui, aku dan Edgar tidur dalam satu ranjang, hanya saja kita di batasi oleh sebuah guling. Walau terkadang guling itu pindah dari tempatnya.
Aku menyibakkan selimut yang menutupi separuh tubuhku, mataku melirik jam yang tertempel di dinding. Jam setengah lima pagi, itu artinya sebentar lagi akan adzan subuh. Aku memasuki kamar mandi untuk menyegarkan tubuhku.
Setelah selesai aku membangunkan Edgar untuk mengajaknya shalat subuh berjamaah. Aku selalu menahan senyumku saat membangunkan Edgar, pasalnya ia selalu diam selama beberapa menit setelah bangun, lalu ia akan sadar bahwa ia telah bangun dari alam mimpi. Melihat wajahnya yang polos dan rambut yang berantakan, membuatku semakin gemas dengannya.
"Jam berapa sekarang?" tanya nya dengan suara khas bangun tidur.
"jam 5, cepat bangun lalu ambil wudhu untuk shalat subuh," jawabku, ia merapihkan rambutnya menggunakan tangan dan berjalan menuju kamar mandi.
Ini yang aku suka, saat Edgar bangun tidur ia selalu menganggapku seperti seorang istri. Dan itu membuatku bahagia. Sangat sederhana bukan?
Ku lihat Edgar sudah keluar dari kamar mandi, aku pun memakai mukena dan bersiap untuk shalat.
Setelah shalat aku memutuskan untuk membuat sarapan, namun sebelum itu aku harus membangunkan Lala terlebih dahulu.
"Lala sayang, bangun yuk. Udah pagi," aku mengusap kepala Lala.
"Bundaaa.." rengeknya manja.
"Bangun sayang, udah pagi. Lala harus sekolah, "
Ia merentangkan kedua tangannya, namun matanya masih terpejam. Aku mengerti, Lala memintaku untuk menggedongnya.
"Anak bunda yang cantik, ga boleh malas," aku menggedongnya seperti bayi koala.
"Masih ngantuk bunda" ucapnya.
"Iya, bunda tau. Tapi, Lala harus sekolah, sekarang Lala mandi nanti ngantuknya ilang ke bawa sama air, oke?"
Lala mengangguk, aku membawanya ke dalam kamar mandi.
"Lala mandi sendiri ya, bunda mau bikin sarapan dulu," ujar ku yang di angguki oleh Lala.
Aku menutup pintu kamar mandi Lala, setelah itu aku berjalan meuju lantai satu tempat di mana dapur berada.
"Selamat pagi, Nyonya," sapa Bi Iyah, salah satu pembantu yang berkerja di rumah ini.
"Selamat pagi juga, bi. Jangan panggil nyonya, panggil Fina aja," balas ku, sebenarnya aku tidak enak jika harus di panggil nyonya oleh Bi Iyah.
"Tidak enak, Nyonya. Lagian nyonya adalah istri tuan Edgar,"
"Bi, tolong keluarlan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng ya, bi"
Aku mengambil satu bungkus roti yang masih tertutup rapat. Pagi ini, aku akan membuat sarapan roti bakar dengan selai. Dan untuk bekal mereka, Edgar dan Lala, aku akan membuat nasi goreng. Lala pernah bilang padaku, kalau nasi goreng buatanku sangat enak.
Setelah selesai aku memanggang roti, aku memberinya selai kesukan Lala, selai strawberry dan juga selai kesukaan Edgar, selai coklat dan selai kacang.
Semua sudah selesai, hanya tinggal membuat nasi goreng untuk bekal mereka. Aku menaruh roti itu di atas meja makan.
"Bundaaa.." teriak Lala yang masih berdiri di tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti
RomanceAku sangat menghargai sebuah hubungan dan juga ikatan. Tapi bagaimana jika hubungan itu harus hancur karena datangnya diriku di keluarga kecil mereka? Apa ini salahku? Atau salahnya? Update setiap hari minggu. Cover by : @Hakalaila #792 - Romance...