"Aku udah cinta sama Edgar" ucapku dengan cepat dan dengan nada yang pelan.
Lina tidak bereaksi apapun, hanya saja mulutnya terbuka. Aku menggaruk tengkuk ku yang tak gatal. Sepertinya Lina mendengar ucapanku tadi, padahal aku sudah mengatakannya dengan pelan.
"Ha? Kamu ngomong apa?" tanya Lina dengan wajah bingung.
Aku menahan tawa ku, wajah Lina sangat lucu sekarang. Tak apa bukan jika mentertawakan teman sendiri? Sepertinya itu bukan sebuah dosa besar.
"Tidak, aku bilang aku sudah menyayangi Lala seperti anakku sendiri. Hanya itu," bohong ku, Lina percaya dengan apa yang aku katakan.
Syukurlah dia tidak mendengar, itu artinya hanya aku dan tuhan yang tahu perasaan ku pada Edgar. Sangat mudah untuk jatuh cinta, apa akan mudah untuk melupakanya?
Sudahlah tidak usah di pikirkan. Sebaiknya aku pulang saja. Tak terasa waktu sudah menunjukan jam sepuluh lewat, Lala akan pulang jam dua belas nanti.
"Lin, aku pulang dulu ya. Udah siang, Lala juga bentar lagi mau pulang, aku mau masak untuk makan siang dulu." pamitku.
"Ya, hati-hati di jalan. Maaf aku ga bisa nganter kamu, aku harus kerja lagi" ucapnya merasa tak enak.
Aku tersenyum, "Gapapa, semangat kerjanya!" aku menyemangati Lina.
Aku melambaikan tanganku pada Lina, ia juga melambaikan tangan kepadaku. Aku berdiri di tepi jalan menunggu angkutan umum lewat.
***
"Assalamualaikum," aku membuka pintu rumah.
Seperti biasa terlihat sepi, di rumah yang besar ini hanya di huni oleh tujuh orang saja. Aku, Edgar, Lala, dua orang sebagai supir dan dua orang lagi sebagai asisten rumah tangga. Terkadang aku curiga, sebenarnya apa posisi Edgar di kantornya hingga ia bisa membangun rumah yang besar dan memiliki tiga buah mobil.
Tak pernah terbayang di pikiranku untuk menikah dengan orang kaya. Aku merasa tidak sederajat, aku selalu mendambakan laki-laki sederhana dan hidup bahagia. Itu jauh lebih baik, dari pada aku harus hidup bergelimang harta tapi aku tidak mendapatkan kebahagian yang aku cari.
Aku mulai memasuki kamarku dan Edgar untuk mengganti pakaian ku. Setelah itu aku turun dan berjalan menuju dapur dengan pakaian rumahan.
"Siang, bi" sapa ku pada bi Iyah yang sedang mengupas bawang merah dan bawang putih.
"Siang juga, Nyonya. Nyonya sudah pulang?" Bi iyah yang semula duduk kini berdiri ketika melihatku.
"Kalau belum aku tidak akan ada disini, bi" ujar ku yang membuat bi Iyah tersenyum canggung.
"Duduk, bi. Biar Fina bantuin" baru saja aku mau duduk, tapi bi Iyah sudah mencegahku.
"Tidak usah, Nyonya. Biar saya saja yang mengerjakan ini"
"Tak apa, bi. Lagian Fina mau buat makanan dan itu butuh bawang merah. Jadi Fina bantuin aja ya, bi. Biar cepat selesai." kali ini bi Iyah tidak mencegahku, aku duduk di hadapan bi Iyah.
Aku mulai mengambil bawang merah dan mengupas kulitnya. Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang ingin aku ketahui sejak aku menikah dengan Edgar. Bi Iyah pernah bilang padaku bahwa ia sudah lama berkerja di sini. Itu artinya, bi Iyah tahu tentang tuannya itu.
Setidaknya aku harus tahu apa pekerjaan dan umur suamiku. Itu saja sudah cukup, tak perlu tahu masa lalu nya pun tak apa. Seiring berjalannya waktu, aku akan mengetahuinya. Entah kapan waktu itu akan datang. Hanya satu jawabannya, aku harus tetap menunggu hingga hari itu tiba.
Otakku bekerja untuk memilih kata-kata yang tepat saat bertanya pada bi Iyah. Setelah berperang dengan pikiranku sendiri, akhirnya aku memberanikan diri bertanya pada Bi Iyah.
Aku berdehem untuk mengalihkan perhatian bi Iyah. Benar saja kini bi Iyah menatapku dengan tatapan bingung.
"Bi Fina boleh nanya ga?" tanya ku ragu.
"Tanya saja Nyonya. Nyonya tidak perlu minta izin," ucap bi Iyah dengan senyuman yang terukir di bibirnya.
"Bi, sebenernya Fina mau tanya. Pekerjaan Edgar itu apa? Umurnya berapa?"
Aku bisa melihat raut terkejut dari wajah bi Iyah, satu detik kemudian bi Iyah langsung tersenyum. Entah apa yang membuatnya tersenyum bukankah seharusnya ia merasa aneh. Seorang istri tidak tahu pekerjaan dan umur suaminya, bukannya itu aneh.
"Maaf jika saya lancang, Nyonya. Dari pertama saya lihat Nyonya saya sudah tahu, jika Nyonya tidak mengenal tuan Edgar. Bukan maksud saya meremehkan atau maksud buruk yang lain Nyonya, hanya saja itu yang saya tangkap dari wajah Nyonya saat itu." jelasnya.
Apa terlihat seperti itu? Aku merasa biasa saja. Ya, aku akui memang awalnya aku bingung tapi aku sudah berusaha semaksimal mungkin agar tidak terlihat seperti orang bodoh saat itu. Sangat tidak lucu jika aku memasang wajah bingung di hari bahagia ku.
Aku menyengir "Keliatan banget ya, bi"
Bi Iyah terkekeh, "Tidak juga, Nyonya. Nyonya sangat pandai menyembunyikan raut wajah, Nyonya. Saya hanya menebak saja saat itu, dan ternyata benar."
"Jadi, bi?"
"Tuan Edgar itu pemimpin salah satu perusahaan yang terkenal di negara ini. Bahkan namanya sudah di kenal oleh pengusaha dari luar negeri."
Aku melongo mendengar penjelasan bi Iyah tentang Edgar. Yang benar saja, pemimpin perusahaan?! Rasanya aku ingin sekali mentertawakan diriku sendiri.
"Umur tuan menginjak 27 tahun, itu lah mengapa banyak sekali wanita yang ingin menjadi istri tuan Edgar. Muda, kaya, tampan dan sukses. Siapa yang tidak ingin bersama dengan tuan Edgar"
Aku. Aku yang tidak ingin bersamanya saat itu.
"Tapi, semenjak istri tuan Edgar yang pertama pergi entah kemana, semua yang ada pada diri tuan Edgar berubah."
Aku menunggu kelanjutan ucapan bi Iyah. Tunggu, kenapa aku jadi sangat penasaran?!
"Semenjak bibi melihat Nyonya. Bibi seperti menemukan orang yang akan mengembalikan tuan Edgar kembali seperti dahulu. Bahkan nona Salsa saja sangat menyukai Nyonya."
"Bi, apa bibi bisa menceritakan apa yang terjadi saat itu. Sampai-sampai Edgar berubah"
Entah mengapa rasa penasaranku akan masa lalu Egar begitu besar. Padahal beberapa menit yang lalu aku mengatakan pada diriku sendiri agar aku mengetahui ini seiring berjalannya waktu. Sepertinya aku mengkhianati ucapan ku sendiri.
"Tuan yang dulu itu...."
____________________
Udah.Typo = manusiawi
Bagaimana part iniii??
Bagaimana cerita ini? Membosankan kah?
Aku ga nyangka sebenernya bakal bisa bikin part sampe part ini. Aku kira aku bakal mogok di tengah jalan. Tapi berkat pembaca yang menunggu cerita ini, aku jadi semangat nulis lagi.
Aku juga ga nyangka bakal dapet pembaca dan vote sampai ribuan. Bener-bener di luar ekspetasi aku. Awalnya aku udah nguatin diri sendiri kalau seandainya cerita ini sepi pembaca. Tapi, yang aku dapat lebih dari itu.
TERIMAKASIH SEMUA!!! ❤️❤️❤️
see youuu..... ❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti
RomanceAku sangat menghargai sebuah hubungan dan juga ikatan. Tapi bagaimana jika hubungan itu harus hancur karena datangnya diriku di keluarga kecil mereka? Apa ini salahku? Atau salahnya? Update setiap hari minggu. Cover by : @Hakalaila #792 - Romance...