C H A P 19

11.4K 543 22
                                    

3 bulan kemudian

Hari ini hari minggu, tak ada bedanya. Aku hanya berdiam diri di rumah seperti biasa. Sesekali aku membantu Bi Iyah jika perlu.

"Bunda... Bunda..." aku mencari keberadaan Lala. Seingatku dia sedang ada di rumah ibu mertuaku dan akan pulang nanti malam.

Aku menengok ke kanan dan kiri. Tapi aku tidak menemukan siapapun.
Aku mematikan TV yang sedang menayangkan kartun kesukaan ku sejak kecil.

"Lala? Lala udah pulang?" aku menyerukan nama Lala, namun tak ada balasan. Apa itu halusinasi ku saja? Tapi kenapa terasa sangat nyata.

"Bunda... Bundaaaa..." lagi-lagi suara itu terdengar. Tapi aku tidak melihat Lala.

"Hahaha... Lala sayang bundaa.." Lala berlari ke halaman depan rumah. Saat aku ingin menyusulnya tiba-tiba aku merasa ada memeluk pinggangku dari belakang.

"Anak kita sangat lucu bukan?" suara ini, ini suara Edgar. Pelukannya semakin erat, ia juga memasukan kepalanya ke dalam ceruk leherku dan mengecupnya.

Aku sedikit menoleh untuk melihat jika orang yang memelukku adalah Edgar. Dan benar saja, kini ia juga tengah menatapku dengan lekat. Kemudia ia tersenyum dan mencium keningku. Aku memejamkan sambil berharap ini bukanlah mimpi.

"Aku mencintaimu. Sangat, " ia membalikkan tubuhku agar berhadapan dengannya.

Perlahan ia mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Tangannya yang semula ada di pundak ku kini berada di tengkuk ku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Aku memejamkan mata saat aku merasakan bibir Edgar mencium bibirku. Awalnya hanya sebuah kecupan, namun kini menjadi lunatan. Tidak ada nafsu yang aku rasakan melainkan ketulusan.

Edgar menjauhkan wajahnya dan menyatuka kening kami. Ia kembali tersenyum.

"Aku akan menyusul Lala, kau di sini saja." ia mengecup bibirku lalu mengusap kepalaku.

Aku memandangi punggung Edgar, terlihat sangat gagah. Aku tersenyum sendirinya. Dengan mengendap-ngendap aku mengikuti Edgar dari belakang.

Aku bisa melihat kasih sayang yang besar dari Edgar untuk Lala. Lala tertawa saat ia tertangkap oleh Edgar. Lalu ia kembali berlari, namun Lala berlari ke luar rumah. Edgar menyusulnya dan membawa Lala dalam gendongannya.

Aku berjalan bermaksud menyusul mereka, kini aku sudah besebrangan dengan mereka.

"Bunda di situ saja, nanti Lala sana Papa akan ke sana." ucap Lala sedikit berteriak.

Aku hanya meng iyakan ucapan Lala. Dengan senyum yang masih terukir di bibirku, aku menyaksikan mereka yang asik bercanda berdua.






TIN.. TIN... TIN....



BRAK!!

...






....





.....





....




....


















Kring.. Kring.. Kring....

Aku membuka mataku begitu mendengar nada dering hp ku yang berbunyi. Nafasku memburu seperti habis lari maraton. Kejadian itu, terasa seperti sungguhan.

Aku melihat sekelilingku, masih di dalam rumah. Aku mengusap wajahku yang penuh dengan keringat. Sepertinya aku tertidur di sofa.

"Mimpi tadi terasa nyata," monologku.

Aku segera mengambil hp ku yang masih berbunyi. Aku mengernyitkan dahi, nomor tidak di kenal.

Dengan ragu aku menerima panggilan itu.

"Hallo,"

"Fina?"

"Ya, saya Fina. Anda siapa?" suara nya terdengar sangat familiar.

"Bisa kita bertemu sekarang, di cafe xx"

"Anda siapa?" tanya ku. Tak mungkin aku menerima ajakkan orang yang tidak aku kenal. Apalagi dia adalah seorang laki-laki.

"Jahat sekali. Kamu tidak mengenalku ?"

Aku semakin bingung. Siapa dia?

"Sepertinya anda salah sambung, maaf."

Saat aku ingin memtika teleponnya, ia tiba-tiba berteriak.

"Hey! Aku tau hari ini kamu sedang ulang tahun bukan?"

Ulang tahun? Aku melihat tanggal yang tertera di layar atas hp ku. Benar saja, hari ini adalah hari ulang tahunku. Bagaimana aku bisa lupa? Sedangkan orang yang tidak aku kenal ini mengingatnya.

"Datanglah ke cafe xx jam 12 siang nanti. Aku menunggumu. Jika kau ingin tau siapa aku, maka datanglah. Jika tidak, maka aku akan datang ke kantor suami mu dan meminta ijin padanya untuk membawa istrinya pergi."

Setelah orang itu berbicara tidak jelas aku langsung memutuskan sambungan teleponnya. Orang aneh.

***

Saat ini aku sedang asik memberi makan ikan. Kasihan, sepertinya ia belum di beri makan dari kemarin. Aku tersenyum melihat betapa antusias nya ikan itu saat aku memberinya makan.

Lagi-lagi hp ku berbunyi, dengan malas aku mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang itu dari kantung celanaku. Tertera nama Edgar di sana, dengan cepat aku meberima panggilan tersebut. Ini pertama kalinya Edgar menelepon ku.

"Hallo"

"Pergi."

"Ha?"

"Pergi." ulangnya. Aku semakin tidak mengerti. Apa maksud Edgar? Ia menyuruhku pergi dari mana? Dari rumah ini?

"Bodoh sekali. Kekasih sialanmu itu mengajak mu pergi bukan? Pergilah."

Kekasih?

"Aku tidak memiliki kekasih,"

"Cih! Pergi saja kamu dengan kekasih mu itu. Aku harap kau tidak kembali."

"Ta-tapi ----"

Sambungan telepon langsung di matikan oleh Edgar. Aku menghela nafas. Aku bersumpah, aku tidak memiliki kekasih atau laki-laki lain selain Edgar, suamiku.

Tunggu. Apa jangan-jangan. Oh sial! Pasti orang aneh itu benar-benar datang ke kantor Edgar dan mengaku bahwa dia adalah kekasihku. Cobaan apa lagi ini.

Hp ku bergetar mennadakan sebuah pesan masuk.

From : 08xxxxxxxxx

Suamimu sudah memberi ijin. Maka datang lah ke cafe xx jam 12 siang. Aku menunggu mu.

Orang gila!
________________________

Udah.

Maap klo ada typo.

Aku tau ini gaje.

Aku lagi ga mood nulis. Banyak tugas dan juga selama beberapa bulan ini aku harus ngapalin materi uprak dan UN.

Maap kalo ga jelas.

Maap juga tadi kepencet publis.

Aku tau ini part ter gaje yg pernah aku buat.

Aku harap kalian suka.

See you....




Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang