C H A P 12

11.1K 467 7
                                    

Edgar pov.

Hari ini adalah hari yang membuatku takut. Aku takut kejadian yang dulu terjadi kembali. Aku takut, ia akan meninggalkanku sama seperti yang dulu. Alasan mengapa aku tidak ingin jatuh cinta padanya adalah agar saat ia pergi nanti, aku tidak merasakan sakit yang sama.

Hari ini dihadapan orang tuaku dan juga tuhan, aku mengikatnya sebagai seorang istri. Apa sekarang aku memiliki dua istri? Mengingat aku belum menggugat cerai istri pertamaku.

Melihat Lala yang tersenyum sejak tadi membuat ketakutanku akan hal tadi sedikit memudar. Setelah beberapa tahun berlalu, akhirnya aku bisa melihat anankku tersenyum dengan bahagia.

Terkadang aku merasa menjadi seorang ayah yang tidak berguna. Aku tidak memperhatikan anakku sejak dia pergi. Aku tidak tahu harus bagaimana, karena saat itu pikiranku sedang kacau. Bodohnya, aku memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan anakku agar bayangan wanita itu tidak menghantui pikiranku.

"Papa!" aku terkejut karena Lala tiba-tiba memelukku dari samping.

Aku tersenyum seraya mengelus rambutnya yang dibiarkan terurai.

"Papa, Lala seneng banget akhirnya Lala punya mama lagi" ucapnya antusias.

"Papa, bentar lagi bunda dateng. Pasti bunda cantikan, pa?"

Bunda? Lala sudah memanggilnya bunda? Apa hanya aku saja yang baru tahu?

"Pasti," jawabku.

Tak lama Fina datang, ya ku akui dia sangat cantik saat ini. Tak ku sangka, gadis gila nan cerewet yang hampir ku tabrak saat itu kini menjadi istriku. Takdir macam apa ini? Kenapa dunia begitu sempit? Bahkan sampai saat ini aku tidak pernah tau seluk beluk kehidupan wanita yang kini telah resmi menjadi istriku.

Aku mantapnya sedikit terpesona. Tidak ada yang menarik, hanya saja mataku ini selalu saja menatapnya. Hey, bekerja sama lah kawan, aku tidak ingin dia salah paham.

"Papa, apa Lala bilang, bunda pasti cantik," bisik Lala.

"Lala, minggir dulu ya, bunda Lala mau duduk," ucap ibuku, ia membawa Lala kepinggir agar tidak menghalangi.

Ia duduk disampingku, ia mencium telapak k tanganku. Yang ada dipikiranku sekarang adalah, apa aku harus menciumnya? Haruskah?

Dengan perasaan tak menentu aku memberanikan diri untuk mendekati wajahnya dan mencium keningnya hanya 10 detik, tidak terlalu lama. Setidaknya fotografer bisa mengambil moment itu.

Penghulu memanjatkan beberapa doa, setelah itu kami bertukar cincin. Cincin ini bukanlah pilihanku ataupun pilihan Fina, melainkan pilihan Lala. Lala yang memilih cincin ini untuk kami.

Setelah itu kami menyalami para saudara yang hadir dan juga beberapa kerabat dekat keluargaku. Aku bingung harus melakukan apa, tidak ada topik yang harus aku bicarakan dengannya. Selama satu bulan ini bukan aku yang memulai pembicaraan melainkan dia. Biasanya dia cerewet, namun entahlah, mengapa hari ini dia sering sekali diam.

"Ekhm, saya mau bicara," ucapku. Ia menatapku.

"Ini tentang kehidupan kita setelah pernikahan" lanjutku. Ia mengalihkan tatapannya ke bawah.

"Saya tidak akan menyentuh kam--"

"Bisa kita bicarakan ini nanti?" selanya.

"Baiklah"

Aku memandang langit yang mendung. Jika hari ini hujan, apa yang akan terjadi dengan pernikahan ini? Aku harap hujan itu datang saat acara ini selesai, aku tidak ingin acaraku kacau.

________________________________

Tebece.

Ups,, apa yang aku tulisss?

Maaf yeth.

Mungkin aku bakal update antara 1 atau 2 kali lagi sebelum UAS.

Oh ya, klo ada yg aneh, typo atau ga jelas + ga nyambung, komen aja 😊

Aku minta cuma buat revisi aja.

See you... ❤️💋

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang