C H A P 9

10.5K 436 3
                                        

Dua minggu telah berlalu. Dan selama itu aku selalu berusaha mendekati Edgar, lebih tepatnya aku ingin aku dan suamiku nanti bisa memahami satu sama lain. Tapi, Edgar selalu acuh terhadapku. Aku sudah berusaha melupakan rasa kesal ku pada Edgar. Demi Lala dan juga demi kehidupan rumah tanggaku nanti. Bukankah setiap orang pasti menginginkan rumah tangga yang indah?

Calon mertuaku - Ayah dan ibu Edgar - telah memilihkan tanggal pernikahan kami. Mereka memilih tanggal 7 November, itu berarti pernikahan akan dilaksanakan satu minggu lagi. Untuk konsep, mereka menyerahkan padaku dan juga Edgar. Tapi aku belum bisa menentukannya hingga sekarang. Aku bingung, jika aku memilih konsep bohemian wedding, aku takut Edgar tidak setuju. Hatiku berkata bahwa Edgar setuju, namun pikiranku berkata sebaliknya. Terkadang hati dan pikiran tidak sejalan.

Aku sudah menunggu Edgar sejak lima belas menit yang lalu, namun hingga kini belum ada tanda-tanda bahwa ia akan datang ke rumahku untuk menjeputku. Aku hanya bisa menghela nafas pasrah, ini bukan yang pertama kalinya. Edgar selalu saja membuatku menunggu lama, padahal ia yang menentukan waktu tapi ia juga yang terlambat.

Kami berencana akan fitting baju sekarang. Jika ku kira-kira sepertinya tidak jadi, karena Edgar tak kunjung datang.

Tin... Tin...

Suara klakson mobil itu membuatku sedikit terkejut. Dengan segera aku membuka pintu dan menguncinya. Tak lupa aku mengunci pintu pagar agar tidak kemalingan.

Aku membuka pintu mobil dan duduk disamping kursi kemudi. Susananya selalu sama, hening. Jujur saja, aku tidak suka suasana ini. Jika ada Lala pasti aku akan ada teman bicara. Jika bersama Edgar berdua, aku seperti bersama tembok berjalan. Aku lebih memilih mamang angkot, jika di ajak bicara pasti akan menjawab.

"Aku sudah memutuskan konsep pernikahan kita" ucapku berusaha memcecah keheningan diantara kami.

"Hm." dia hanya berdehem. Sungguh itu bukanlah jawabannya yang ku inginkan.

"Aku memilih konsep bohemian wedding, apa kita bisa menyesuaikan baju pernikahan dengan konsep nya?"

"Hm."

Dan lagi, hanya suara deheman itu yang menjadi jawaban. Aku tidak akan memungut biaya jika ia membalasan ucapanku dengan satu kata.

Tak lama kemudian kami telah sampai di WO yang sudah ditentukan oleh Ayah dan ibu Edgar. Katanya ini adalah WO milik tante Edgar.

Edgar berjalan terlenih dahulu, sedangkan aku masih mengagumi dekorasi luar yang simple namun terkesan mewah.

Aku masuk kedalam dan disambut oleh seorang wanita yang sangat cantik. Seketika aku menjadi iri padanya, kenapa ia bisa memiliki wajah secantik itu?

"Kamu calon istrinya Edgar?" tanyanya.

"Ya, saya calon istrinya Edgar" jawabku.

"Cantik, sepertinya kamu wanita yang baik. Oh, perkenalkan saya Sukma, tantenya Edgar sekaligus pemilik WO ini"

"Saya Fina tante, tante juga cantik, malah lebih cantik dari pada Fina, "

Tante sukma tertawa, "kamu ini, bisa saja"

"Apa kita bisa langsung ke intinya saja!" Sahut Edgar.

Aku dan tante Sukma saling memandang, lalu ia tersenyum simpul padaku.

"Dia memang seperti itu, kamu harus bisa menaklukkan hatinya agar dia bisa jatuh cinta sama kamu" bisik tante Sukma. Ia mengelus bahuku, lalu ia pergi untuk mengambil baju pernikahan yang sudah ia siapkan untuk kami.

Ayah, ibu apa kalian tahu bahwa aku akan menikah? Ibu aku ingin sekali memiliki suami yang seperti ayah, apa aku bisa ibu? Sayangnya Edgar sangat bertolak belakang dengan ayah. Aku harus bagaimana?

"Apa kau akan terus berdiri disitu?" aku tersadar dari lamunanku dan berjalan menuju ke arah tante Sukma yang telah memegang dua buah gaun.

Sepertinya Edgar sedang datang bulan, ia sangat sensitif sekarang.

"Lihat ini Fina. Tante sudah merancang baju ini sendiri, khusus untun calon istri keponakan tante" ucap tante Sukma dengan menekankan kata calon istri.

Aku terkesima melihat gaunnya. Indah. Sangat indah, tidak banyak aksesoris dan hiasan namun terlihat berkelas. Bagian punggung dibiarkan sedikit terbuka namun masih dibalut dengan kain brokat berwarna putih. Dan ada hiasan bunga-bunga di bagian pundak.

"Tante, konsep yang Fina pilih bohemian wedding. Apa akan cocok jika menggunakan gaun itu?" tanyaku, dalam lubuk hatiku aku ingin sekali menggunakan gaun itu. Aku ingin mendengar kata cocok yang keluar dari mulut tante Sukma sebagai jawaban.

"Mmm... Bohemian wedding ya?" tante Sukma terlihat berpikir.

Ayolah, ku mohon katakan cocok.

"Cocok saja, tapi akan lebih bagus jika gaun ini dipakai saat resepsi. Dan untuk akad, kamu bisa pakai yang ini" tante Sukma menunjukan gaun kedua.

Aku kembali dibuat terkesima, gaun yang kedua ini berwarna krem namun juga seperti warna coklat muda.

"Aku mau keduanya," ucapku.

"Baiklah, kau ingin mencobanya?"

Aku mengangguk, tante Sukma memberika kedua gaun itu kepadaku. Aku masuk ke ruang ganti dengan dua orang pekerja wanita.

Tidak terlalu sulit memakainya, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Salah satu dari wanita itu membuka gorden tebal yang menutupi ruang ganti.

Aku bisa melihat raut keterkejutan dari wajah Edgar dan tante Sukma. Namun, Edgar langsung mengontrol ekspresinya menjadi datar kembali.

"Cocok dan cantik"

___________________________

Tebece.

Aku ga tau ini nyambung atau engga 😪 sesungguhnya aku sedang pusing dengan nilai dan tugas. Dan maaf ini aku gantungin, walaupun ga gantung 😁 untuk gaun nanti aja pas nikahan aku kasih tau gambarnya okay.

Aku juga lagi ga enak badan, maaf ya 🙏 sorry for typo 😘

Semoga puas dan suka sama part ini 😇

Bye... 💕💕💕

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang